Setelah viral di media sosial, Presiden pun turun tangan. Dengan gayanya yang khas, Presiden Joko Widodo mencoba ”menikmati” sebuah perjalanan darat di Provinsi Lampung. Ternyata apa yang menjadi pergunjingan masyarakat terbukti kebenarannya.
Sebagian besar jalan di Provinsi Lampung hancur, rusak berat, Presiden pun bahkan harus berganti mobil. Pemerintah pusat terpaksa mengambil alih perbaikan agar rakyat tidak semakin sengsara.
Dana Rp 800 miliar bakal digelontorkan pemerintah pusat, menurut rencana untuk perbaikan 15 ruas jalan. Puluhan tahun jalan-jalan itu rusak, sepertinya dibiarkan saja. Gubernur dan bupati seperti tak peduli kendati masyarakat sudah memprotes dengan berbagai cara.
Terbatasnya dana atau anggaran perbaikan selalu menjadi alasan klasik terjadinya pembiaran. Pejabat daerah setempat tampaknya tidak peka, melihat situasi dan keadaan seperti ini selama bertahun-tahun.
Skala prioritas adalah sebuah cara dan upaya sederhana untuk mengatasi berbagai keterbatasan, khususnya dana atau anggaran. Jalan adalah urat nadi perekonomian suatu daerah. Potensi dan produktivitas suatu daerah berikut masyarakatnya tidak akan menjadi nilai tambah ekonomi tanpa dukungan prasarana jalan yang memadai.
Hampir semua daerah di Tanah Air mengalami hal serupa dengan Provinsi Lampung. Namun, berkat sensitivitas dan kreativitas, hambatan semacam ini bisa diatasi dengan sebaik-baiknya.
Pembangunan ekonomi daerah bakal berkembang pesat apabila infrastruktur jalan sangat mendukung. Sebagaimana ditunjukkan pemerintah pusat saat ini, dengan membangun ribuan kilometer jalan tol untuk kepentingan konektivitas perekonomian antarwilayah dan nasional.
Budi Sartono SoetiardjoCilame, Ngamprah, Kabupaten Bandung
Belajar dari Peristiwa Guci
Melihat video yang beredar di media sosial dan membaca berita lengkap di harian Kompas (Senin, 8/5/2023) tentang kecelakaan bus wisata yang terjun ke sungai di Guci, Tegal, Jawa Tengah, sungguh memprihatinkan.
Sepantasnya peristiwa ini menjadi bahan renungan agar kecelakaan serupa tidak terulang. Semua pihak terkait perlu mencari tahu penyebab dan bagaimana peristiwa itu bisa terjadi, dan kemudian cara pencegahannya.
Walaupun rem tangan sudah dipasang dan roda sudah diganjal (tidak dijelaskan seberapa besar ganjalnya), parkir di lokasi yang menurun sangat berbahaya, berbeda dengan kendaraan yang diparkir di tempat rata.
Menurut kesaksian sopir, bus diparkir sejak semalam. Memang kenyataannya aman. Namun, di pagi hari ketika mesin sudah dihidupkan, penumpang biasanya mulai masuk bus. Sementara sopir tidak dalam posisi siap di dalam.
Makin banyak penumpang yang masuk, total 37 orang, beban bus makin bertambah. Tentu saja pergerakan para penumpang di dalam bus juga memengaruhi beban rem tangan. Rem tangan lama-lama tak sanggup bertahan. Rem pakem akhirnya nglepeh.
Akan sangat berbeda ketika bus diparkir di tempat yang rata. Sekalipun sopir tidak di dalam bus, pasti lebih aman.
Jika memang tidak ada tempat parkir yang datar, adanya di tempat menurun, sebaiknya selain rem tangan perlu juga ganjal. Dalam hal ini ganjal pintu yang besar, kalau bisa lebih dari satu.
Sopir atau kernet perlu berjaga di dalam bus agar, jika terjadi pergerakan, bisa segera mengatasinya. Kerusakan dapat diantisipasi sehingga keselamatan jiwa penumpang tetap terjamin.
WiyanaGunungkidul 55893
Martabat Bayi

Bayi merupakan masa depan umat manusia. Pada waktunya mereka memasuki usia produktif dan memegang peran penting dalam struktur pemerintahan, lembaga pendidikan, perusahaan, dan sebagainya.
Untuk mencapai potensi positif mereka, kita bertanggung jawab mulia terhadap mereka. Melindungi, merawat, mendidik, menafkahi, dan memberi teladan baik. Cara orangtua dan masyarakat memperlakukan tertanam di hati dan pikiran mereka.
Berita hasil investigasi Kompas soal maraknya kasus perdagangan bayi di Indonesia sungguh mengagetkan. Ada orangtua yang tega menjual anaknya supaya bebas dari tanggung jawab. Ada tenaga medis yang tega menjadikan ketidakmampuan orangtua sebagai kesempatan meraup keuntungan. Mereka tidak peduli bahwa bayi bermartabat penuh sebagai manusia.
Keluarga dan tenaga medis memiliki tanggung jawab moral dan kemanusiaan untuk memberlakukan mereka sebagai manusia. Hal itu ditegaskan dalam Pancasila, sila kedua, ”Kemanusiaan yang adil dan beradab”.
Mari memberikan perlindungan kepada para bayi dan anak-anak.
Dominikus WaruwuJl Sultan Agung, Bandung Wetan, Kota Bandung
Labuan Bajo

Infografik-Kunjungan Wisatawan ke Labuan Bajo 2017-2021
Artikel bertajuk ”Sumbangsih Sunyi Warga Labuan Bajo” (Kompas, 12/5/2023) membuat saya terharu.
Saya, yang berada di tanah Jawa (dekat Bandara Juanda, Surabaya), membayangkan pengorbanan dan keluasan hati masyarakat Labuan Bajo. Semua itu tak kecil maknanya bagi kesuksesan KTT ASEAN tahun ini di negeri tercinta. Hormat saya bagi warga Labuan Bajo yang diberitakan.
Salut saya bagi Kompas yang membuat kontribusi orang biasa bergaung merdu sehingga tak sunyi lagi catatan dalam sejarah. Makin terasa bahwa membaca artikel-artikel berkedalaman di Kompas setiap hari adalah kebiasaan yang layak untuk dipertahankan dan dilanjutkan.
Paksi Ekanto PutroGriyo Mapan Sentosa, Tambak Sawah, Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo
Hukuman Rasuah
Hingga detik ini rasuah dan gratifikasi di NKRI tetap merajalela, terkesan tidak lagi dipandang sebagai perbuatan tercela. OTT dan rasuah gratifikasi dianggap hal biasa.
Sudah 400-an kepala daerah dipenjarakan KPK, tetapi hukuman mereka belum sukses membuat jera.
Sebenarnya UU, KUHP, kinerja BPK, KPK, dan jaksa sudah cukup bagus, tetapi belum memuaskan. Ke depan pemerintah bisa membuat hukuman bagi pelaku rasuah, bermanfaat bagi negara dan rakyat. Karena penjara sudah dipenuhi pelaku rasuah, maling ayam, maling jemuran, dan tindak pidana ringan lainnya tak perlu masuk bui. Cukup subsider wajib reboisasi.
Pelaku rasuah Rp 10 juta subsider hukuman wajib reboisasi 10 ha hutan gundul dan kelipatan hukuman bagi rasuah yang lebih besar. Rasuah Rp 100 juta wajib reboisasi 100 ha dan seterusnya agar hutan Indonesia semakin hijau dan lestari. Semoga pemerintah mendatang semakin serius membasmi rasuah.
Sahat SitorusPondok Bambu Asri, Duren Sawit, Jakarta Timur
Komunitas Pembaca
Setelah acara Serbu Gerai Kompas (27 Januari-3 Februari 2023), seorang teman bertanya, apakah saya sudah masuk ke grup Whatsapp Komunitas Buku (Kompas)?
Saya menjawab belum. Teman saya mengatakan, dia akan menghubungi administrator grup untuk memasukkan nama saya.
Setelah menunggu beberapa lama, saya akhirnya masuk grup Komunitas Buku. Grup ini membagi informasi berkaitan dengan buku-buku Kompas dan acara webinar yang tentunya bermanfaat untuk menambah wawasan.
Kami mendapat nomor keanggotaan, yang dapat dimanfaatkan untuk membeli buku. Terima kasih sudah memanjakan pelanggan setia.
Vita PriyambadaMalang 65145