Dengan pemberlakuan Gapeka, KAI menjanjikan waktu tempuh kereta akan semakin cepat. Namun, harga tiket kereta juga menjadi lebih mahal. Semakin cepat waktu tempuh, semakin mahal harga tiket.
Oleh
Wiyono
·2 menit baca
Saya adalah salah satu dari ribuan penumpang kereta api dengan status karyawan ”PJKA”, Pulang Jumat Kembali Ahad. Pulang ke kampung halaman untuk mengobati rindu pada keluarga, kembali ke Jakarta untuk bekerja.
Saya dan penumpang lain yang berstatus ”PJKA” banyak yang menjadi pelanggan Kereta Api Bengawan. Kereta api kelas ekonomi ini melayani rute Stasiun Pasar Senen Jakarta-Stasiun Purwosari, Solo. Harganya murah, tetapi cukup nyaman sehingga menjadi andalan para ”PJKA”.
Namun, belakangan ini Kereta Api Bengawan ”menghilang” dari jadwal keberangkatan kereta di semua aplikasi pemesanan tiket. Menurut keterangan dari salah satu customer service (CS) di Stasiun Lempuyangan, Yogyakarta, salah satu faktor penyebabnya adalah pemberlakuan Grafik Perjalanan Kereta Api (Gapeka) 2023, terhitung mulai 1 Juni 2023. Dengan Gapeka, KAI menjanjikan waktu tempuh kereta akan semakin cepat. Akibatnya, kereta ekonomi dengan waktu tempuh lebih lama ”dihilangkan”.
Padahal, di sisi lain, harga tiket ekonomi yang lebih murah sangat menolong kami yang harus bolak-balik menengok keluarga setiap akhir pekan. ”Tidak bisa dipastikan juga apakah kereta-kereta yang ’hilang’ jadwalnya ini akan kembali seperti semula, Pak,” kata petugas CS.
Memang, dengan pemberlakuan Gapeka, KAI menjanjikan waktu tempuh kereta akan semakin cepat. Namun, harga tiket kereta juga menjadi lebih mahal. Semakin cepat waktu tempuh, semakin mahal harga tiket.
Dampak lebih lanjut, angkutan kereta yang identik dengan angkutan ekonomis semakin ke sini semakin hilang. Saya berharap PT KAI sebagai satu-satunya penyedia jasa kereta api tetap pada misinya menyediakan angkutan umum yang aman, nyaman, dan terjangkau oleh rakyat.
Dalam rubrik Internasional tentang risiko kesepian (Kamis, 4/5/2023), Kompas mengutip wawancara BBC dengan Vivek Murthy. Atribusi Murthy ditulis sebagai ahli bedah AS.
Menurut saya, ada kesalahan terjemahan di sini. Surgeon general diterjemahkan sebagai ahli bedah, padahal ahli bedah adalah general surgeon. Surgeon general adalah menteri kesehatan.
Demikian ralat saya. Semoga Kompas makin berjaya sebagai surat kabar yang paling baik dalam berbahasa Indonesia.