Arus mudik dan arus balik lebaran relatif lancar. Hal ini tidak terlepas dari kerja pemerintah dan seluruh jajarannya melalui penerapan kebijakan yang tepat.
Oleh
Bharoto
·3 menit baca
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
Keluarga pemudik menunggu keberangkatan bus dalam program balik mudik gratis yang digelar Polresta Banyumas dari Purwokerto ke Jakarta, Rabu (26/4/2023).
Mudik Lebaran tahun ini telah berjalan dengan aman dan lancar. Oleh karena itu, kita patut bersyukur. Salah satu yang dapat kita saksikan adalah relatif lancarnya arus mudik dan arus balik. Sekalipun ada kemacetan, tidak sampai pada situasi horor seperti yang terjadi beberapa waktu silam.
Hal ini tidak terlepas dari kerja pemerintah dan seluruh jajarannya melalui berbagai kebijakan yang tepat. Misalnya soal cuti bersama, rekayasa lalu lintas (one way, contraflow, ganjil genap) terutama di jalan tol. Pemerintah pusat turun tangan memimpin, bahkan Presiden Joko Widodo pun turut memantau. Terima kasih pula atas respons positif petugas di lapangan dan juga masyarakat pengguna jalan.
Tidak salah juga kalau dikatakan inilah jawaban terhadap kritik pembangunan infrastruktur yang masih dilanjutkan pemerintah. Bayangkan betapa ruwetnya lalu lintas saat itu jika infrastruktur belum dibangun, jalan tol belum menghubungkan banyak kota.
Yang tidak kalah penting adalah bagaimana mudik Lebaran berdampak positif dalam menggerakkan ekonomi nasional, regional, dan lokal. Sektor transportasi, perhotelan, kuliner, toko oleh-oleh, dan tempat rekreasi mendapat dampak langsung mudik Lebaran.
Transportasi udara dan kereta api sudah habis dipesan sekalipun harga tiket tidak murah. Hotel-hotel okupansinya tinggi sekalipun tarif hotel dinaikkan. Selain seiring kenaikan taraf hidup masyarakat, ada kecenderungan pemudik tidak menginap di rumah orangtua karena merasa kurang nyaman.
Sekalipun diwarnai perbedaan penentuan hari raya Idul Fitri, Lebaran dapat berjalan aman dan lancar. Tentunya ini didukung situasi sosial ekonomi dan keamanan nasional yang kondusif.
Pada akhirnya kita bersyukur bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa besar yang mampu menyelenggarakan gawe besar dengan segala persoalannya dengan baik.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggelar Festival Anti Korupsi, Puputan!Lawan Korupsi, di Lapangan Puputan Badung, Kota Denpasar, Bali, Sabtu (9/12). Festival ini sebagai bagian propaganda agar masyarakat turut memerangi korupsi termasuk di lingkungan sendiri. Sejumlah komunitas berpartisipasi di antaranya pameran foto, karikatur, dan poster.
Jumlah penduduk Muslim di Indonesia pada 2023, menurut ”World Population Review”, sekitar 231 juta jiwa. Dengan asumsi linier sederhana, RI merupakan negara dengan jumlah orang berpuasa terbanyak Ramadhan lalu.
Seandainya nilai-nilai puasa juga dijadikan momentum untuk penguatan integritas secara kolektif selain ibadah ritual, hal itu akan menjadi berkah tak terkira bagi bangsa. Dengan demikian, kemenangan Lebaran tidak berlalu begitu saja, tetapi berbekas menjadi karakter bangsa.
Pelajaran pertama mengenai integritas dari puasa adalah kejujuran sebagai inti integritas. Puasa mengajarkan kejujuran, bahkan saat tak ada siapa pun yang mengawasi.
Pelajaran kedua mengenai integritas puasa adalah detoksifikasi karakter-karakter tercela. Pada saat Ramadhan biasanya kebohongan diminimalkan, emosi ditahan agar tidak menjadi perkataan dan perbuatan kasar.
Mungkin saat kecil kita pernah mendengar cerita bahwa sebelum menjadi kupu-kupu indah, ulat berpuasa dan membungkus dirinya menjadi pupa. Itulah kiasan agar puasa merupakan proses metamorfosis menjadi lebih baik.
Pelajaran ketiga mengenai kaitan puasa dengan integritas adalah kepedulian. Akhir Ramadhan diiringi dengan pemberian zakat fitrah kepada mereka yang membutuhkan. Selain itu, orang juga berlomba bersedekah setiap harinya.
Jika dikaitkan dengan hasil terbaru ”World Happiness Report 2023”, dua di antara indikator yang diukur dari tingkat kebahagiaan negara-negara adalah perasaan altruisme (kepedulian, saling berbagi), dan rendahnya tingkat korupsi. Dari level individu, seharusnya Ramadhan menjadi salah satu momentum untuk peningkatan integritas nasional yang bisa berujung pada tingkat kebahagiaan negara. Tentu tanpa menafikan perbaikan sistem dan penegakan hukum yang imparsial.
Sekarang Ramadhan telah berlalu. Ada baiknya kita merenung mengapa perilaku koruptif masih saja terjadi saat tidak puasa? Mengapa mencontek jika tidak ada guru pengawas? Mengapa melanggar lalu lintas jika tidak ada polisi yang berjaga? Mengapa kekerasan demi kekerasan masih terjadi? Mengapa mengambil yang bukan haknya tanpa rasa malu?
Zulfadhli NasutionAnalis Pemberantasan, Tindak Pidana Korupsi pada Direktorat Jejaring Pendidikan KPK