Masalah etika yang lebih mendalam adalah pengembangan kecerdasan buatan mengarah hingga mirip Tuhan (God-like AI). Dulu kita sulit membayangkan masalah ini tetapi kini nyata.
Oleh
Redaksi
·0 menit baca
Kecerdasan buatan yang tiba-tiba menjadi fokus banyak pihak terus berkembang. Akan tetapi, ramalan tentang korban teknologi ini menjadi kenyataan.Setidaknya 11.500 penulis naskah film dan pertunjukan Amerika Serikat memutuskan mogok mulai Selasa (2/5/2023). Upah dan penggunaan kecerdasan buatan menjadi sebagian alasan pemogokan itu. Asosiasi Penulis Amerika (WGA) mengumumkan keputusan itu setelah perundingan sejak Maret 2023. WGA berunding dengan sejumlah studio Hollywood, perusahaan pemilik jaringan televisi, dan beberapa penyedia layanan video aliran langsung (streaming). ”Meski komite perundingan memulai proses ini dengan niat membuat kesepakatan yang adil, tanggapan studio secara umum tidak memadai. Mereka menutup pintu untuk pekerja tetap dan membuka pintu bagi pekerja lepas. Kesepakatan seperti itu tidak pernah dipikirkan oleh organisasi ini,” demikian pernyataan WGA sebagaimana dikutip antara lain oleh CNN dan The Washington Post. (Kompas, 3/5/2023).
Penulis naskah hanyalah satu dari pekerjaan yang bakal terdisrupsi dengan kehadiran kecerdasan buatan. Ramalan lama masih sekedar menyebutkan pekerjaan yang berulang bakal digantikan teknologi. Dugaan itu sudah usang. Banyak pekerjaan yang menggunakan kemampuan olah seni, olah pikir, dan teknis juga bakal tergulung. Oleh karena itu pekerjaan-pekerjaan lain yang dulu sepertinya tak mungkin bakal terdisrupsi seperti analis saham, konsultan psikologi, ilustrator, analis politik, dan lain-lain bakal tergantikan.Kabar terbaru menyebutkan saran medis dari mesin kecerdasan buatan untuk seseorang yang menderita penyakit tertentu lebih bagus dan akurat dibandingkan saran dari dokter. Kita akan makin terkaget-kaget karena banyak pekerjaan berbasis kerja otak akan tergantikan dalam waktu dekat.Protes yang muncul seperti dari anggota WGA sebenarnya sudah lama disuarakan oleh mereka yang memahami teknologi kecerdasan buatan. Mereka sudah mencemaskan masalah ini dan juga masalah etika lainnya. Masalah etika yang lebih mendalam adalah pengembangan kecerdasan buatan mengarah hingga mirip Tuhan (God-like AI). Dulu kita sulit membayangkan masalah ini tetapi kini nyata. Mesin bisa menyarankan jodoh untuk Anda dan juga bisa menyarankan Anda agar bercerai dengan pasangan Anda. Beberapa pihak meminta agar pengembangan teknologi seperti ini dihentikan. Akan tetapi perusahaan teknologi terus mengembangkan sembunyi-sembunyi. Mereka tidak mau kalah dibanding perusahaan lain dan negara yang melahirkan teknologi, seperti Amerika Serikat, tidak mau pesaing mereka, secara khusus China, kelak yang berkuasa ketika mereka melakukan pembatasan pengembangan teknologi ini. Pengembangan kecerdasan tengah berada di persimpangan jalan. Apalagi dilanjutkan akan memunculkan sejumlah masalah namun bila dihentikan akan menimbulkan risiko lain.