Alarm dari Miyazaki tentang keadaan pangan global harus jadi perhatian bagi Pemerintah Indonesia meski Indonesia bukan anggota G7. Apalagi, kebijakan pertanian memegang peran penting mewujudkan target SDGs tahun 2030.
Oleh
PRIMA GANDHI
·3 menit baca
Para menteri pertanian kelompok negara maju G7 berkumpul di Miyazaki, Jepang, 22-23 April 2023. Pertemuan Miyazaki menyepakati 27 poin komunike yang menegaskan kondisi ketahanan pangan global hari ini tak sesuai rencana dan harapan G7.
Perubahan iklim, hilangnya biodiversitas, pandemi Covid-19, serta perang Rusia-Ukraina merupakan akar masalah pangan dan gizi di dunia. Perang Rusia-Ukraina menjadi bahasan utama karena menyebabkan lonjakan harga tanaman serealia, bahan bakar, dan pupuk dunia. Perang juga menyulitkan pencapaian sasaran kedua Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), yakni dunia tanpa kelaparan pada 2030.
Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) merilis data, sebelum pandemi, 678 juta penduduk dunia dilanda kelaparan. Tahun 2021, saat pandemi, tercatat kenaikan 150 juta orang. Terakhir pada 2022, terdapat tambahan 10,7 juta orang mengalami kelaparan kronis karena perang ini.
Lonjakan kelaparan di dunia membuat upaya Rusia menggunakan pangan sebagai instrumen geopolitik dan alat destabilisasi dampak perang tidak efektif dalam mengambil simpati menteri pertanian G7.
Malah menteri pertanian G7 di Miyazaki merancang tindakan penyelamatan sumber daya pertanian terdampak perang, seperti menghancurkan ranjau di lahan pertanian serta rekonstruksi infrastruktur pertanian berupa sistem irigasi, gudang, dan fasilitas pemrosesan makanan yang dihancurkan oleh Rusia.
Perubahan iklim, hilangnya biodiversitas, pandemi Covid-19, serta perang Rusia-Ukraina merupakan akar masalah pangan dan gizi di dunia.
Selain pada sektor pertanian on-farm, para menteri pertanian G7 juga sepakat membantu akses petani pada sektor off-farm di wilayah perang dalam satu tahun ke depan. Bantuan terkait modal, keuangan, penyediaan benih unggul, dan penerapan teknologi digital untuk meningkatkan produktivitas pertanian berkelanjutan.
Melihat ketidakpastian kapan perang berakhir, menteri pertanian G7 menyerukan diversifikasi pasokan pangan global dan lokal bagi setiap negara. Seruan ini bentuk kesadaran G7 tentang fakta mayoritas negara di dunia saat ini mengandalkan produksi dalam negeri untuk menjaga stok pangan.
Oleh karena itu, negara maju dan berkembang harus mencari cara meningkatkan sistem pangan lokal secara berkelanjutan. Terkait ekspor-impor pangan, menteri pertanian G7 tetap berkomitmen pada perdagangan pangan yang adil, terbuka, transparan, dapat diprediksi, tak diskriminatif, sesuai peraturan, dan melarang pembatasan ekspor pangan yang sengaja dilakukan suatu negara.
Pertanian berkelanjutan
Pertemuan Miyazaki pun mencontohkan beberapa praktik pertanian berkelanjutan untuk meningkatkan produktivitas yang mudah dan murah, seperti penanaman tanaman penutup, rotasi pola tanam, budidaya pertanian rendah karbon, pelestarian padang rumput polikultur, dan penggunaan pupuk kompos dari peternakan lokal. Di samping itu, praktik pengendalian hama terpadu menggunakan pestisida alami dan peningkatan efisiensi konsumsi air dalam produksi pangan juga diserukan dari Miyazaki.
Ilustrasi
Pentingnya akses konsumen terhadap informasi pangan tak luput dibahas. Ke depan konsumen pangan harus dapat memilih dan membeli produk pertanian dengan pengetahuan bagaimana produk pertanian diproduksi, diproses, dan didistribusikan. Ini penting untuk promosi diet sehat dan kampanye anti-pemborosan makanan. Keterbukaan informasi pangan juga bagian dari mitigasi penyakit zoonosis.
Semua imbauan dari Miyazaki dapat terwujud apabila ada kesadaran, inovasi, dan investasi pertanian yang inklusif. Saat ini sektor pertanian membutuhkan inovasi dan investasi yang meningkatkan pendapatan bagi petani di daerah perdesaan.
Alarm dari Miyazaki tentang keadaan pangan global harus jadi perhatian bagi Pemerintah Indonesia meski Indonesia bukan anggota G7. Ini bisa jadi acuan kebijakan pertanian ke depan. Terlebih kebijakan pertanian memegang peranan penting mewujudkan target SDGs tahun 2030. Dari 17 target SDGs, setidaknya sembilan terkait kebijakan pertanian.
Upaya Ditjen Tanaman Pangan Kementan dengan kebijakan sosialisasi pembuatan elisitor biosaka ke seluruh petani harus didukung. Elisitor biosaka jadi salah satu solusi di saat tingkat kesuburan lahan pertanian kian menurun, harga pupuk dan pestisida kimia terus meningkat, serta terbatasnya subsidi pupuk dari pemerintah.
Prima Gandhi, Mahasiswa Doktoral Tokyo University of Agriculture (NODAI)Jepang/Dosen Sekolah Vokasi IPB University