Aliran migrasi yang leluasa bagi pekerja asing akan mendorong pemerataan kesejahteraan global. Pekerja dari negara berpenghasilan rendah bisa meraup pendapatan di negara berpenghasilan tinggi.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
AP PHOTO/XINHUA/JIN LIWANG
Seorang warga lansia menjalani uji antigen Covid-19, di Shanghai, China, April 2022.
Bank Dunia dalam Report 2023: Migrants, Refugees, and Societies mengungkapkan perubahan penting demografi dunia. Populasi global sedang menua secara cepat.
Proporsi warga berusia lebih dari 65 tahun di negara-negara berpenghasilan tinggi mencapai rekor terbanyak dalam sejarah: 19 persen pada 2022. Jumlah warga lanjut usia (lansia) di negara-negara itu diproyeksikan tumbuh 118 juta orang tahun 2050. Pada saat yang sama, populasi warga berusia kerja (20–64 tahun) berkurang 53 juta (Kompas, 27/4/2023).
Peningkatan jumlah warga lansia dan penurunan populasi juga sudah dihadapi China. Fenomena ini terjadi saat China sedang berusaha keras menjaga pertumbuhan dan meningkatkan kekuatannya di berbagai bidang, seperti militer, ekonomi, dan diplomasi. Karena itu, pemerintah berusaha keras menciptakan iklim yang mendukung keluarga untuk memiliki anak agar penduduk China tetap muda.
AFP/TOBIAS SCHWARZ
Seorang perempuan berada di Stasiun Utama Hauptbahnhof, di Berlin, Jerman, saat berlangsung pemogokan satu hari para pekerja sektor transportasi.
Di Jepang dan kebanyakan negara Eropa, masyarakat menua sejak lama. Kebutuhan tenaga kerja untuk merawat para warga lansia pun tinggi. Namun, tak banyak warga mudanya yang mau bekerja di sektor perawatan warga lansia. Pekerjaan itu tidak sesuai dengan jenjang pendidikan tinggi yang dimiliki kebanyakan warga muda mereka. Karena itu, tak sedikit warga dari negara lain, termasuk Indonesia, menjadi perawat warga lansia di Jepang.
Isu kelangkaan tenaga kerja juga terjadi di Amerika Serikat. Kebutuhan akan tenaga kerja dengan pendidikan tidak tinggi, seperti sopir truk, cukup besar, tetapi jumlah warga yang mau mengisinya sedikit. Warga dengan pendidikan tinggi menghindarinya karena cenderung memilih pekerjaan yang lebih sesuai, seperti akuntan dan pengacara.
Tidak seperti Jepang yang cukup terbuka terhadap pekerja migran di sektor perawatan lansia, AS membatasi tenaga kerja dengan pendidikan tidak tinggi. Pritchett (2023) menyebutkan, penyebab kelangkaan itu ialah kebijakan menutup perbatasan bagi pekerja migran. Ada kecemasan, aliran migrasi pekerja asing dengan pendidikan tidak tinggi membuat penghasilan warga AS tertekan. Pola pikir ini ditemui di sejumlah negara maju dengan masyarakat yang menua, tetapi sejahtera dan memiliki penduduk dengan tingkat pendidikan yang tinggi.
AP PHOTO/RAJANISH KAKADE
Warga memenuhi peron di sebuah stasiun di Mumbai, India, 20 Maret 2023. India, negara berpenduduk 1,4 miliar, akan menyalip China dalam hal jumlah penduduk.
Pada saat yang sama, di negara-negara berpenghasilan rendah, populasi tumbuh cepat. Pemerintah negara-negara berpenghasilan rendah menghadapi tantangan berat menciptakan lapangan kerja bagi kaum muda sebanyak mungkin.
Di situasi itu, migrasi menjadi solusi bagi problem masyarakat yang menua di negara maju. Mereka seharusnya lebih terbuka terhadap pekerja migran dari negara berpenghasilan rendah. Negara maju diuntungkan. Sektor yang mengalami kelangkaan tenaga kerja tetap berkembang dan penghasilan penduduk setempat justru bertambah, bukan berkurang (”People Over Robots”, Foreign Affairs, 28 Februari 2023).
Di sisi lain, hal itu membantu negara berpenghasilan rendah memperoleh tambahan devisa. Aliran migrasi yang leluasa bagi pekerja asing mendorong pemerataan kesejahteraan global.
Editor:
PAULUS TRI AGUNG KRISTANTO, ANTONIUS TOMY TRINUGROHO