
Ujung Kulon, sebagai taman nasional tertua di Indonesia, resmi menjadi salah satu Warisan Dunia yang dilindungi UNESCO sejak 1991. Sampai saat ini, Taman Nasional Ujung Kulon merupakan habitat terakhir badak jawa (Rhinoceros sondaicus).
Saat ini populasi badak tinggal hampir 80 ekor. Kompas (Rabu, 12/4/2023) melaporkan, ancaman di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) meningkat, 15 badak jawa hilang. Auriga Nusantara—sebuah LSM Lingkungan—menyebutkan kesimpulan itu berdasarkan informasi dari berbagai sumber sepanjang September 2022 hingga Maret 2023 serta pengamatan langsung di lapangan, Auriga Nusantara menganalisis rekaman kamera pemantau di TNUK.
Hilangnya 15 badak jawa diduga kuat terkait perburuan satwa liar. Hal ini ditunjukkan dengan temuan jerat yang penggunaannya mengarah ke badak atau mamalia besar. Tanpa upaya efektif melindungi dan mengonservasi badak jawa, tidak mustahil kepunahan akan terjadi.
Dalam kondisi darurat seperti sekarang, kelembagaan Balai TNUK perlu ditingkatkan menjadi Balai Besar TNUK, setara dengan organisasi eselon II di daerah. Konsekuensi dari pengembangan organisasi ini, jumlah personel, anggaran, dan sarana/prasarana juga naik.
Kondisi sekarang, dengan kekuatan 75 orang mengelola kawasan 122.956 ha—terdiri dari 78.619 ha daratan dan 44.337 ha perairan/lautan—tidak akan mencukupi. Dari jumlah itu, hanya 37 personel yang merupakan petugas jagawana atau polisi kehutanan, bertugas menjaga TNUK dari penebangan, penambangan, dan perburuan liar. Idealnya satu petugas efektif menjaga kawasan 200-250 hektar. Jadi untuk menjaga daratan TNUK, dibutuhkan petugas jagawana 315 orang.
Batas zonasi harus diperjelas, khususnya zona inti TNUK yang hanya 22.235 ha atau 28 persen dari luas daratan TNUK. Kalau diperlukan, zona rimba yang luasnya 34.628,70 ha digabung dengan zona inti guna memperluas habitat baru populasi badak jawa.
Zona inti mempunyai keunikan dan memperoleh perlakuan khusus. Tidak boleh ada perubahan terhadap keutuhan zona inti taman nasional, termasuk mengurangi, menghilangkan fungsi dan luas, maupun menambah jenis tumbuhan dan satwa lain yang tidak asli.
Pramono Dwi SusetyoPensiunan KLHK, Villa Bogor Indah, Ciparigi, Bogor