Menyelami Gerhana Matahari Total
Tahun ini Indonesia kembal beruntung, sebagian wilayahnya akan dilintasi gerhana matahari total pada 20 April 2023. Pada saat terjadi gerhana matahari dan gerhana bulan, orang mengarahkan perhatiannya ke langit luas.
Matahari. Mata Hari. Ia adalah sumber cahaya alami utama sehingga kita semua bisa melihat dan dilihat. Matahari adalah sebuah bintang; bintang biasa sebetulnya. Namun, untuk kita di tata surya, ia jelas bintang istimewa. Ia kepala keluarga kita.
Untuk kita di Bumi, ia adalah sumber energi yang tak ada habisnya, yang memberikan kehangatan yang ajek, minimal untuk kala waktu hidup generasi demi generasi umat manusia dibandingkan dengan umur khas bintang yang miliaran tahun.
Cahaya matahari, sebagai salah satu bentuk energi yang kita terima, menjadi elemen utama penunjang kehidupan, yang makhluk hidup secara alami manfaatkan, seperti tumbuhan yang berfotosintesis, dan kita manusia lalu ikut menjalankan rantai makanan dengan mengambil posisi di salah satu mata rantainya. Dewasa ini, dengan teknologi, kita juga tuai energi matahari, lalu mengubahnya menjadi energi listrik untuk mendukung berbagai aktivitas kita dalam peradaban modern.
Banyak negara maju telah memanfaatkan matahari sebagai sumber energi terbarukan yang minim polusi. Jerman, misalnya, memanfaatkan energi surya untuk sekitar 10 persen kebutuhan listrik total sebesar 40 gigawatt.
Baca juga : Rupa-rupa Gerhana dalam Balutan Cerita Rakyat
Gerhana matahari total dan penguatan bernalar
Penghitungan saksama menunjukkan bahwa penurunan kontribusi energi surya sebesar 200 megawatt selama 40 menit gerhana matahari melewati Eropa Utara pada 2015. Ini adalah untuk pertama kalinya gerhana matahari memengaruhi hajat hidup banyak orang.
Bumi dan planet-planet besar dalam tata surya terbentuk sebagai hasil samping dari proses kelahiran bintang yang kemudian mapan menjadi matahari kita. Semenjak itu, dengan massanya yang besar dan dominan, semua planet dan berbagai benda kecil lainnya patuh mengelilinginya. Namun, sejarah detail tiap planet berbeda, dan itu menyebabkan fitur dari tiap planet unik.
Trio kita, yakni Bumi, Bulan, dan Matahari, jelas unik. Perbandingan jarak Bumi-Bulan dan Bumi-Matahari tepat proporsional dengan perbandingan diameter Bulan dibandingkan dengan diameter Matahari.
Akibatnya, di langit kita ukuran terproyeksi Bulan dan Matahari sama. Oleh sebab itu, sesekali, ketika pusat Bumi, Bulan, dan Matahari sungguh segaris, kita dapat menyaksikan gerhana matahari total: proyeksi piringan Bulan tepat menutupi proyeksi piringan Matahari.
Pada saat gerhana matahari total terjadi, Matahari memunculkan mahkotanya yang ia sembunyikan pada hari-hari normal. Matahari lebih kaya daripada yang kita bisa lihat dan pahami.
Tahun ini Indonesia beruntung lagi, sebagian wilayahnya akan dilintasi gerhana matahari total pada 20 April 2023. Pada hari-hari di mana terjadi fenomena alam seperti gerhana matahari dan gerhana bulan, orang mengarahkan perhatiannya ke langit.
Infografik Gerhana Matahari
Sepatutnya kita tak menunggu fenomena langit istimewa untuk baru memperhatikan benda-benda langit, terutama Matahari dan Bulan, yang telah memungkinkan Bumi menjadi rumah untuk berbagai makhluk hidup dari yang sederhana, seperti amuba, hingga yang kompleks dan adidaya, seperti kita.
Kita jadikan Matahari, Bulan, komet, bintang, galaksi, semesta sebagai topik perbincangan sehari-hari, yang menjadikan alam berpikir kita rasional dan siap terinspirasi oleh alam.
Manusia jelas sudah setidaknya ribuan tahun mengenali gerhana matahari, bahkan dapat memprediksi dengan baik kapan akan terjadi gerhana.
Kemampuan ini jauh mendahului Hukum Kepler yang mendeskripsikan orbit planet-planet, dan mendahului Hukum Newton yang menjelaskan mekanikanya, suatu relasi kausal yang fundamental. Namun, tetap saja, manusia tak punya kuasa atas gerak Bumi, Bulan, dan Matahari sehingga manusia atributkan pada sesuatu yang kuasanya melampaui dirinya.
Gerhana matahari total dan penghalusan akal budi
Pengalaman spiritual, narasi tradisional, mitologi, telah memperkaya berbagai dimensi yang menghasilkan realitas tersendiri yang ikut mengonstruksi alam berpikir, alam akal budi, alam moral, dan alam estetika dalam jati diri utuh manusia.
Dalam peradaban, narasi saintifik dengan basis relasi kausal rasional mulai berjalan berdampingan dengan narasi tradisional menjelang akhir abad ke-19, di mana surat kabar dan majalah telah menjadi sumber informasi yang semakin demokratis.
Ibu Kartini, yang kita rayakan kiprah hidupnya setiap 21 April, menulis di salah satu suratnya kepada sahabatnya, tentang adanya gerhana matahari total yang melewati Kota Padang pada tahun 1901. Informasi yang dibacanya di surat kabar.
Beliau mengevaluasi pemahamannya akan berbagai hal dengan mengelaborasinya dalam bentuk surat. Kecemerlangan pikirannya dan kemampuan berbahasanya yang amat tinggi sering membuat kita lupa bahwa pendidikan formalnya hanya sebatas SD.
Ibu Kartini, yang kita rayakan kiprah hidupnya setiap 21 April, menulis di salah satu suratnya kepada sahabatnya, tentang adanya gerhana matahari total yang melewati Kota Padang pada tahun 1901.
Alam menginspirasi manusia untuk bertanya, sekaligus menyediakan jawabannya, sehingga esensinya adalah kemampuan bertanya dengan jernih dan kontekstual. Dengan beginilah manusia dapat menginterpretasi alam, memahami berbagai relasi, termasuk relasi manusia dengan alam, lalu mengonstruksi narasi. Alam dengan sendirinya akan terpisah dari akal budi manusia, sampai manusia menanyakan tempat dan perannya dalam semesta.
Gerhana matahari total adalah fenomena alam fisis dengan konfigurasi elemen-elemen geometri yang jernih dan sederhana sehingga relatif mudah untuk dipahami. Kurikulum pendidikan sains memuat tentang ini. Akurasi prediksi lokasi dan saat kejadian gerhana matahari total, dengan akurasi detik yang manusia bisa indera, membuat orang percaya pada sains.
Bukan suatu keberhasilan sepele mengingat kesenjangan lebar dan dalam antara kemajuan sains dan pemahaman masyarakat tentang sains. Kesenjangan ini berakibat negatif pada berbagai sektor kehidupan. Kegagalan memahami obyek dan fenomena alam mengakibatkan keputusan irasional yang memperdalam masalah kehidupan modern.
Itu sebabnya, mengamati dan memahami gerhana matahari bukan sekadar memperkenalkan fakta saintifik, tetapi lebih dalam dan luas: membangun dan menguatkan kemampuan berpikir rasional. Gerhana matahari total kali ini yang hanya sedikit mendahului peralihan dari bulan Ramadhan ke bulan Syawal dalam kalender Hijriah mestinya juga menggugah secara serentak dimensi rasional dan spiritual.
Bumi kita berotasi sambil mengelilingi Matahari, dengan poros rotasi yang tidak tegak lurus terhadap bidang edarnya mengelilingi Matahari.
Akibatnya, posisi tampak Matahari bergeser, mondar-mandir, dari utara ke selatan, dan kembali lagi. Gerak semu tahunan ini yang mengakibatkan empat musim di Bumi bagian utara dan selatan. Indonesia yang merangkul ekuator tidak begitu merasakan banyak perbedaan akibat gerak tahunan ini.
Namun, pameran koleksi foto Suryagrafi yang menggunakan kamera lubang jarum jelas menunjukkan, secara artistik pula, rekaman pergeseran posisi Matahari dari hari ke hari saat terbit di timur dan terbenam di barat.
Foto-foto ini mengangkat nilai budaya karena pergeseran posisi Matahari direkam dengan latar depan berbagai lokasi atau obyek ikonik di Indonesia
Matahari terlalu besar, terlalu energetik, terlalu menyilaukan untuk kita abaikan. Kita coba pahami bintang kita ini sebagai entitas fisis yang kehadirannya ”pas” untuk kita di Bumi.
Besar harapan kita, karya artistik seperti ini mengembalikan perhatian kita pada alam dengan lebih saksama, dengan ketakjuban dan keingintahuan, dan menghadirkan akal budi sepenuhnya.
Dengan begitu, kita bisa mengapresiasi rentannya hidup yang indah ini. Kita jadikan keindahan sebagai yang menjaga kita.
Premana W PremadiTim Gerhana Matahari 2023 Observatorium Bosscha di Pulau Kisar