Jika ada upaya ekstra ketimbang netral semata, termasuk reformasi penerimaan dan birokrasi, bukan tidak mungkin Indonesia dan ASEAN tumbuh lebih melejit.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Perekonomian ASEAN bersinar, hanya kalah dari India dan China soal pertumbuhan. ASEAN diuntungkan dengan dinamika internal dan faktor China.
Namun, pertumbuhan ekonomi ASEAN, khususnya lima negara, yakni Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand, diperkirakan tumbuh 4,5 persen pada 2023 (laporan IMF, April 2023). Ini turun dari 5,5 persen pada 2022. Perkiraan Bank Pembangunan Asia (ADB), April 2023, lebih kurang serupa walau lebih optimistis. Untuk seluruh ASEAN, pertumbuhan mencapai 4,7 persen pada 2023.
”Bagi banyak perekonomian Asia yang terbuka, penurunan ekonomi global punya pengaruh kuat. Ini membuat revisi pertumbuhan ASEAN menurun,” kata ekonom dan Direktur Departemen Riset Dana Moneter Internasional (IMF) Pierre-Olivier Gourinchas pada 31 Januari 2023. Hal itu juga menjadi faktor penilaian dalam laporan April 2024.
Negara-negara seperti Thailand, Singapura, dan Malaysia paling terpengaruh penurunan ekonomi global pada 2023. Singapura hanya tumbuh 1,5 persen pada 2023 (ADB). Dari sisi neraca transaksi berjalan, selisih antara ekspor barang dan jasa dengan impornya mengalami defisit. Untuk Indonesia, defisit neraca transaksi berjalan -0,3 persen terhadap produk domestik bruto pada 2023. Namun, untuk Indonesia, defisit itu tidak sebesar periode 2015-2019.
Faktor lain adalah kawasan masih harus memerangi inflasi. Bank-bank sentral akan menaikkan suku bunga dan inflasi diperkirakan akan turun. Namun, dalam jangka pendek permintaan domestik tetap terpengaruh dan membuat pertumbuhan menurun, kata Daniel Leigh, Direktur Divisi Riset IMF.
Aspek lain, menurut IMF, ada efek perseteruan geopolitik China versus AS terhadap output negara-negara berkembang ASEAN yang masuk ke blok China. Ini menyebabkan hambatan perdagangan dan investasi lebih besar ketimbang negara yang tidak masuk blok mana pun.
Secara keseluruhan, ASEAN tetap bersinar. Bangkitnya China dari pandemi Covid-19 dan pembukaan turisme China akan menguntungkan ASEAN dan China dua arah. Proyek- proyek tertunda kini berjalan, demikian juga konsumsi swasta di ASEAN, dalam pandangan IMF dan ADB.
Jika ada kebijakan pendorong, tidak tertutup kemungkinan ASEAN akan tumbuh lebih melejit. Untuk proyeksi Indonesia, staf IMF menuliskan pertumbuhan 5 persen pada 2023 dan 5,1 persen pada 2024 didasarkan pada asumsi posisi netral kebijakan fiskal, kebijakan moderat perpajakan dan reformasi pemerintahan, serta realisasi pengeluaran, dan pengeluaran modal yang bertahap.
Dengan kata lain, jika ada upaya ekstra ketimbang netral semata, termasuk reformasi penerimaan dan birokrasi, bukan tidak mungkin Indonesia dan ASEAN tumbuh lebih melejit. Jika disadari lebih jauh, bahwa pertumbuhan tinggi akan menurunkan kemiskinan, tuntutan akan reformasi merupakan hal lazim. Reformasi ini juga jadi saran penting ADB.
Editor:
PAULUS TRI AGUNG KRISTANTO, ANTONIUS TOMY TRINUGROHO