Mengantisipasi Lonjakan Mudik
Animo masyarakat untuk mudik diperkirakan melonjak. Pemerintah perlu mengantisipasi sejumlah titik kritis jalur mudik yang berpotensi menjadi ”bottleneck”, yang menimbulkan kemacetan parah akibat penumpukan kendaraan.

Ilustrasi
Sebuah iklan di koran Batavia Centruum, 2 Desember 1937, berbunyi: ”Hari Raja Aidilfitri, Setahoen Sekali Moesti Perloekan Tengok Familie. Itoe Soeatoe Kewadjiban! Goenakanlah Kereta Api SS. Sentausa, Senang, dan Moerah!”
Tradisi mudik telah terbangun dan berkembang sejak era kolonialis Hindia Belanda. Tumbuhnya tradisi ini didukung berkembangnya transportasi massal berbasis rel, khususnya di Jawa, yang dipelopori maskapai kereta api NISM (Nederlansch Indiche Spoorweg Maatschapij) dan SS (Staatsspoorwegen), pasca-Revolusi Industri I di Eropa.
Tahun ini kalender merah Lebaran datang lebih awal dibandingkan tahun lalu, yakni April 2023. Waktu persiapan terasa lebih sempit, sementara jumlah pemudik dapat dipastikan melonjak.
Potensi melejitnya mobilitas kolosal dan ”permintaan” perjalanan mudik tahun ini didorong oleh dua faktor. Pertama, pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) sudah dicabut sejak akhir 2022, persyaratan perjalanan mendekati masa normal. Kedua, perekonomian mulai pulih sejak 2022, pundi-pundi para pekerja, baik formal maupun informal, mulai terisi kembali. Daya beli masyarakat menguat sehingga mendongkrak jumlah potensi pemudik.
Namun, ongkos perjalanan untuk mudik Lebaran tahun ini dipastikan lebih tinggi daripada tahun lalu. Harga pertalite, solar, dan pertamax sudah naik sejak September 2022. Artinya, menggunakan kendaraan pribadi ataupun kendaraan umum yang ber-BBM dihadapkan pada naiknya biaya atau tarif perjalanan.
Baca juga : Evaluasi Mudik 2022
Baca juga : Mudik Gratis Masih Terbuka
Eksplosi jumlah pemudik
Kendati biaya perjalanan naik, animo masyarakat untuk mudik kian tak terbendung. Hasil survei Badan Kebijakan Transportasi (BKT) Kementerian Perhubungan menunjukkan, dari sampel 69.511 responden, 45,8 persen penduduk Indonesia akan mudik tahun ini. Naik 31,6 persen dari tahun lalu. Berdasarkan parameter ini, BKT memprediksi angka potensi pemudik tahun ini mencapai 123,8 juta jiwa.
Wilayah megaurban Jabodetabek sebagai pusat kaum urban akan tetap menjadi pusat mobilitas mudik dan barometer nasional kelancaran pergerakan mudik tahun ini. Mobilitas kendaraan dan manusia terbesar berasal dari wilayah ini, dan diperkirakan mencatat rekor tertinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini, 18,3 juta orang atau 54,31 persen penduduk Jabodetabek akan mudik. Angka ini lebih tinggi dibandingkan 2022 (42 persen) dan sebelum pandemi 2019, yakni 44,1 persen.
Destinasi terbanyak pemudik Jabodetabek adalah Jawa Tengah (34,19 persen), disusul Jawa Barat (31,01 persen), dan Jawa Timur (9,87 persen). Destinasi lain: DIY (5,98 persen), Banten (4,61 persen), Lampung (3,09 persen), Sumatera Selatan (1,53 persen), dan lainnya.
Moda transportasi meliputi mobil pribadi (24,11 persen), bus (22,65 persen), kereta api (17,65 persen), sepeda motor (12,45 persen), mobil sewa (6,32 persen), pesawat (5,5 persen), dan lainnya.
Jalur mudik terfavorit bagi pemudik Jabodetabek bermobil pribadi tetap Jalan Tol Trans-Jawa (JTTJ). Potensi pemudik bermobil pribadi ini mencapai 4,41 juta jiwa. Jika rata-rata satu mobil pribadi berpenumpang 3-4 orang, maka 1,1 juta- 1,47 juta mobil pribadi akan keluar dari Jabodetabek pada musim mudik Lebaran 2023. Angka ini belum termasuk mobil rental, bus, taksi, kendaraan travel dan lainnya, serta trafik nonmudik.

Kendaraan mengantre menjelang Gerbang Tol Palimanan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Sabtu (1/6/2019).
Catatan dari kesuksesan mudik Lebaran 2022, jumlah mobil yang keluar dari Jabodetabek selama masa mudik Lebaran 22 April-2 Mei 2022 (H-10 sampai dengan H-0) mencapai 1,92 juta kendaraan (mobil) melewati tol dan sebanyak 1,9 juta melewati jalur non-tol.
Sementara angka trafik yang melewati jalur non-tol tahun 2019 pada periode yang sama (H-10 hingga H-0) sebanyak 2,2 juta, dan pada jalur tol sekitar 2 juta. Pada periode H-7 sampai dengan H-1 mudik 2019, volume trafik yang melewati JTTJ tercatat sebanyak 1.216.859.
Dengan demikian, peluang trafik menembus angka 2 juta, masing-masing, baik pada jalur tol maupun non-tol yang eksodus dari Jabodetabek pada periode H-10 hingga H-0 pada 2023, cukup besar.
Jalan arteri pantura akan kembali dipadati ratusan ribu sepeda motor pemudik. Potensi pemudik bermotor dari Jabodetabek diperkirakan 12,34 persen, atau 2,28 juta jiwa. Jika masing-masing berpenumpang dua orang, maka, tanpa kebijakan intervensi apa pun, sebanyak 1,14 juta sepeda motor akan memadati jalur-jalur arteri, terutama pantura.
Pada jalur udara, lebih dari 900.000 pemudik dari Jabodetabek diperkirakan menggunakan pesawat. Angka ini kurang lebih sama dengan jumlah penumpang pesawat yang berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta selama periode H-7 hingga H-1 musim mudik Lebaran 2019, atau sebelum pandemi. Sebagai catatan, 2019 merupakan era harga tiket pesawat mahal plus bagasi berbayar sehingga jumlah pemudik jalur udara saat itu lebih rendah daripada tahun-tahun sebelumnya.
Kemungkinan jumlah penumpang jalur udara dari Jabodetabek selama periode H-7 hingga H-1 musim mudik Lebaran 2023 tembus satu juta cukup besar. Sebab, selain pemudik, juga terdapat penumpang internasional dan penumpang bukan pemudik. Ini perlu diantisipasi dengan penggunaan pesawat-pesawat berbadan lebar, di Soekarno-Hatta ataupun Halim Perdanakusuma.
Kendati biaya perjalanan naik, animo masyarakat untuk mudik kian tak terbendung.
Konektivitas lebih baik
Penyelenggaraan mudik Lebaran untuk tahun ini diharapkan dapat lebih baik lagi dibandingkan 2022. Dari sisi infrastruktur, antara lain JTTJ, sebagai jalur favorit, di samping telah tersambungkan seluruh ruas backbone dari Jakarta/Merak hingga Probolinggo, juga sudah banyak ruas baru non-backbone yang dapat beroperasi/fungsional pada saat mudik.
Sebagai catatan, ruas pamungkas JTTJ, yakni Probolinggo-Banyuwangi, sepanjang 175 kilometer, baru dapat selesai sebagian. Ruas-ruas baru yang menjadi ”sirip” JTTJ relatif tidak panjang-panjang, tetapi vital memperbaiki konektivitas dan menunjang kelancaran mobilitas mudik.
Pada Jalan Tol Cisumdawu, misalnya, seksi 6A dan 6B (Ujung Jaya-Dawuan) sepanjang 5,1 kilometer (km), seksi 4A dan 4B (Cimalaka-Legok) sepanjang 8,2 km, dan seksi 5A dan 5B (Legok-Ujung Jaya) sepanjang 14,9 km. Demikian pula di wilayah Jabodetabek, antara lain Jalan Tol Jakarta-Cikampek II Selatan segmen Kutanegara-Sadang sepanjang 8,5 km, Jalan Tol Serpong-Cinere seksi 2 (Pamulang-Cinere) sepanjang 3,64 km, dan Tol Cibitung-Cilincing seksi 4 (Taruma Jaya-Cilincing) sepanjang 7,29 km, serta Tol Serpong-Balaraja, seksi 1B (CBD- Legok) sepanjang 5,4 km.
JTTJ di wilayah Jawa Timur juga akan ada ruas baru fungsional pada musim mudik Lebaran 2023, seperti pada segmen Pasuruan-Probolinggo seksi 4A (Probolinggo Timur-Gending) sepanjang 8,55 km. Dari pintu tol Ciawi Jalan Tol Jagorawi telah tersambung dengan Jalan Tol Ciawi-Sukabumi dan akan dioperasikan seksi 2 (Cigombong-Cibadak) sepanjang 11,9 km. Sebelum ada jalan tol tersebut, jalur Ciawi-Sukabumi dulu dikenal rawan macet parah. Selain itu, masih banyak ruas baru lain yang terkoneksi dengan jalur backbone JTTJ, termasuk di wilayah Jabodetabek.

Petugas menata sepeda motor yang baru tiba dari jakarta untuk dikirim ke Pulau Madura di Terminal Barang Kereta Api Pasar Turi, Surabaya, Senin (20/5/2019). Kiriman paket sepeda motor via kereta api terus meningkat. Untuk alasan keamanan dan efektifitas di kampung halaman sejumlah pemudik mengirim sepeda motornmya dengan kereta atau mengikuti program mudik gratis dari berbagai instansi.
Untuk Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS), hingga Lebaran tahun ini masih ada segmen terakhir yang belum selesai untuk menyambung seluruh jalur back- bone dari Lampung ke Aceh. Segmen terakhir ini akan menyambungkan ruas Betung (Sumatera Selatan)-Jambi-Rengat (Riau)-Pekanbaru. Meski demikian, keberadaan JTTS, baik di wilayah Sumatera bagian utara maupun Sumatera bagian selatan, telah memberikan manfaat besar dari aspek sosial ekonomi, termasuk pariwisata, kelancaran mobilitas mudik Lebaran, efisiensi logistik.
Selain jalan tol, kesiapan dan kemantapan jalan arteri non-tol, seperti jalur pantura, pantai selatan (pansela), dan jalan lintas Sumatera, perlu dipastikan. Besarnya potensi pemudik bermotor perlu diantisipasi dengan lebih banyak pos kesehatan dan rest area, khususnya di sepanjang jalur pantura Jawa Barat yang kepadatannya akan amat tinggi dengan arus mudik Lebaran.
Untuk mengurangi potensi kecelakaan, program mudik gratis perlu ditingkatkan, termasuk yang sekaligus mengangkut motor pemudik. Program mudik gratis ini perlu melibatkan semua pihak, termasuk pemerintah, BUMN, dan korporasi swasta. Kemenhub, misalnya, telah menyiapkan angkutan gratis untuk pemudik bersepeda motor ini.
Program mudik gratis ini menggunakan kereta api, bus, dan kapal laut.
”Debottlenecking”
Salah satu titik paling kritis sebagai bottleneck pada jalur mudik adalah Pelabuhan Merak menuju Bakauheni.
Pada musim mudik 2022 terjadi kemacetan parah sepanjang 20 km dari pintu Pelabuhan Merak hingga jalan tol Tangerang Km 90. Oleh karena itu, penyiapan jalur alternatif, yakni Pelabuhan Ciwandan (Banten)-Panjang (Bandarlampung), Pelabuhan Indah Kiat (Banten)-Panjang, Pelabuhan Bojanegara-Bandar Bakau Jaya, dan mungkin Tanjung Priok-Panjang, disertai penambahan kapal feri atau penyeberangan, merupakan strategi debottlenecking trafik yang efektif untuk mengurangi beban Pelabuhan Merak dan ”kembarannya”, Pelabuhan Bakauheni, pada musim mudik Lebaran 2023.
Besarnya potensi pemudik bermotor perlu diantisipasi dengan lebih banyak pos kesehatan dan rest area, khususnya di sepanjang jalur pantura Jawa Barat yang kepadatannya akan amat tinggi dengan arus mudik Lebaran.
Sementara di jalan tol, titik-titik sumbatan terutama akan terjadi pada Tol Cikampek (khususnya GT Utama) dan Tol Cipali. Potensi penumpukan trafik di jalan-jalan tol ini seperti tahun-tahun sebelumnya akan dikelola melalui rekayasa lalu lintas. Dengan manajemen lalu lintas ini diharapkan kapasitas jalan (V/C ratio) pada Tol Cipali menjadi 0,6.
Selain itu, untuk mengurangi potensi penumpukan trafik, baik pada jalan tol maupun non-tol, Presiden Joko Widodo telah menyetujui usulan untuk menambah cuti bersama dua hari dari ketetapan SKB 3 Menteri dari semula 21-25 April menjadi 19-25 April, sehingga pemudik memiliki waktu lebih panjang untuk mudik, mulai 18 April sore hingga 21 April, dan balik pada 26 April. Sebagian pemudik disarankan untuk balik 30 April.
Masih ada isu lain yang perlu disoroti untuk penyelenggaraan mudik 2023. Isu-isu tersebut ialah pemudik berkendaraan listrik, inflasi, dan pengendalian Covid-19 pra-endemi. Pemudik yang menggunakan kendaraan listrik perlu difasilitasi dengan kesiapan charging station (stasiun pengisian ulang) di berbagai lokasi strategis yang dilintasi pemudik, dan sosialisasi keberadaan stasiun-stasiun pengisian ulang itu. Jika dimungkinkan, mobile charging station bisa jadi alternatif. Sebagai insentif, karena jumlahnya relatif kecil, kendaraan listrik (murni, bukan hibrida) pemudik mungkin saja dibebaskan dari tarif tol selama musim mudik Lebaran.
Kenaikan tarif transportasi publik, seperti tiket pesawat, kereta api, dan bus AKAP/AKDP, selama musim mudik, perlu dikendalikan lewat partisipasi semua pihak terkait agar tak menyumbang inflasi signifikan pada April/Mei 2023. Ini untuk mendukung target inflasi nasional maksimum 4 persen tahun ini.

Para nasabah Bank BRI yang mengikuti BUMN Mudik Bareng 2019 menuju kota-kota di Pulau Jawa menunggu keberangkatan bus dari Kompleks Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, Selasa (28/5/2019). Selain memberikan transportasi mudik gratis bagi nasabah Bank BRI di Jabodetabek, Bank BRI juga memulangkan para pahlawan devisa alias buruh migran yang menjadi nasabah BRIFast.
Sebagai catatan, pada musim mudik/balik Lebaran 2019, inflasi bulanan tercatat 0,68 persen (Mei) dan 0,55 persen (Juni), yang disebabkan terutama oleh faktor meningkatnya konsumsi di bulan Ramadhan dan tarif transportasi. Tingkat inflasi tahunan pada 2019 hanya 2,72 persen. Sementara tahun 2022 tingkat inflasi melesat ke angka 5,51 persen akibat naiknya harga BBM September 2022 dan kenaikan tarif transportasi, baik selama musim mudik Lebaran 2022 maupun pasca-kenaikan harga BBM.
Untuk menjaga situasi pra-pandemi, para pemudik perlu melengkapi vaksin booster (vaksin penguat) sebelum mudik. Sebagai langkah antisipasi, pada titik-titik strategis, seperti rest area utama jalan tol dan pos-pos pengendalian di jalan arteri non-tol, perlu disediakan tempat-tempat untuk vaksinasi penguat.
Segenap destinasi wisata di destinasi mudik dengan sarana/prasarana yang jauh lebih baik juga telah menanti kedatangan para pemudik dan warga yang akan berwisata. Borobudur, Prambanan, Malioboro, Danau Toba, dan lainnya kini kian cantik memesona. Demikian pula kawasan wisata dengan keunikan tinggi, seperti Dieng Plateau, telah mulai menawarkan pemandangan langka ”salju” (frost) ala Dieng di pagi hari yang suhu dinginnya akan mencapai puncaknya pada Juni/Juli mendatang.
Kita berharap penyelenggaraan mudik 2023 sukses, aman, nyaman, dan berkeselamatan serta berkelanjutan dengan angka kecelakaan lalu lintas yang rendah, lalu lintas lancar, laju inflasi terkendali, ”lebih hijau”, dan situasi pra-endemi yang terjaga. Jejaring relasi sosial dan trust yang mungkin sempat melemah selama pandemi dapat dipupuk dan diperkuat kembali melalui tali silaturahmi, mulai dari tingkat keluarga, kerabat/handai tolan, hingga komunitas. Akselerasi pemulihan ekonomi membutuhkan modal sosial ini dalam spirit Indonesia Incorporated.
Wihana Kirana Jaya, Staf Khusus Menteri Perhubungan

Wihana Kirana Jaya,