Pengelolaan keuangan di bulan Ramadhan yang baik seharusnya dapat membawa keberkahan dan kesejahteraan bagi setiap rumah tangga. Hidup sederhana berbeda dengan hidup pelit.
Oleh
PRITA HAPSARI GHOZIE
·4 menit baca
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Warga berbuka puasa bersama di Masjid Jogokariyan, Mantrijeron, Yogyakarta, Kamis (23/3/2023). Sebanyak 3.000 porsi takjil disiapkan setiap hari di masjid itu selama bulan Ramadhan untuk warga yang hendak berbuka puasa bersama.
Memasuki bulan Ramadhan, karyawan pun bersiap untuk gelombang penghasilan yang memasuki periode pasang. Meski demikian, tetap perlu dipahami ada perbedaan alokasi keuangan untuk gaji bulanan rutin dan tunjangan hari raya atau THR. Hal ini sejatinya mengingatkan bahwa penghasilan bulan ini dan bulan depan sama saja alias tidak ada kenaikan.
Lantas, bagaimana agar anggaran pengeluaran tetap aman terkendali?
Berdasarkan hasil riset, pola pengeluaran rumah tangga mengalami pergeseran di bulan Ramadhan. Pada umumnya pos belanja makanan akan meningkat tajam diikuti dengan pos belanja pribadi dan hadiah. Sebagai kompensasi, banyak orang yang menunda untuk berinvestasi pada bulan ini. Bahkan, tidak jarang juga yang mengambil solusi meminjam akibat lebih besar pengeluaran daripada penghasilan.
Langkah awal adalah membuat anggaran untuk satu bulan ke depan. Penghasilan dari gaji ataupun usaha digunakan untuk biaya hidup selama satu bulan. Pengeluaran rutin rumah tangga, untuk makan sahur, ataupun berbuka puasa, seharusnya tetap mengikuti anggaran bulanan normal. Adapun pengeluaran untuk Lebaran ataupun sedekah lainnya sebaiknya diambil dari penghasilan THR.
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Konsumen memilih barang dagangan di pasar swalayan Super Indo di Jalan Ciater Raya, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (22/3/2023). Tempat-tempat belanja banyak didatangi warga yang berbelanja kebutuhan Ramadhan.
Alokasi dan pemisahan
Berikut ini cara alokasi dan pemisahan anggaran agar keuangan tetap sehat.
Pertama, mengutamakan pos pengeluaran wajib di bulan Ramadhan. Menurut ilmu fikih yang diajarkan, hanya ada zakat fitrah yang memang wajib ditunaikan saat Ramadhan, terlepas besaran penghasilan. Sumber dana dan alokasi persentasenya bergantung jumlah kepala di keluarga. Alokasi untuk pengeluaran ini sebaiknya diambil dari penghasilan bulanan jika khawatir tidak kebagian alokasi dari dana THR.
Kedua, pengeluaran rutin bulanan. Meski dibayarkan di bulan Ramadhan, biaya listrik, uang sekolah anak, dan lainnya tetap harus dikeluarkan seperti biasa. Oleh karena itu, usahakan untuk tidak menggunakan alokasi ini bagi pengeluaran lainnya.
Saya sangat menyarankan untuk segera memisahkan alokasi pengeluaran rutin bulanan ke dalam rekening yang terpisah dengan kebutuhan Lebaran ataupun tambahan kenikmatan pada Ramadhan.
Agar lebih sehat, alokasi untuk pengeluaran rutin bulanan hanya maksimal 50 persen dari penghasilan setiap bulannya. Artinya, alokasi pengeluaran akan ditarik dari penghasilan bulanan yang rutin.
Agar lebih sehat, alokasi untuk pengeluaran rutin bulanan hanya maksimal 50 persen dari penghasilan setiap bulan.
Ketiga, antisipasi pengeluaran tak terduga lebih awal. Bagi rumah tangga, kenaikan harga bahan makanan ataupun pengeluaran lain sering dijadikan alasan bengkaknya pengeluaran. Padahal, jika hal ini terjadi setiap tahun, seharusnya sudah dapat diantisipasi lebih awal.
Khusus di bulan Ramadhan, rumah tangga dapat memperbesar pos pengeluaran insidental dari semula 10 persen menjadi 20 persen dari penghasilan. Dana ini sebaiknya dialokasikan di tabungan yang terpisah dengan rekening operasional harian.
Lalu-lalang pengunjung mal yang menenteng tas belanjaan di Grand Indonesia, Jakarta, Sabtu (18/3/2023).
Keempat, dana gaya hidup Ramadhan. Acara buka bersama akhirnya kembali menjadi bagian dari gaya hidup masa kini di bulan Ramadhan. Meski silaturahmi memang harus dijaga, kesehatan keuangan juga jangan sampai kebablasan.
Pos pengeluaran untuk gaya hidup Ramadhan dapat ditarik dari penghasilan rutin bulanan dengan alokasi maksimal 20 persen. Misalnya, penghasilan rutin bulanan Rp 10 juta, maka budget untuk gaya hidup Ramadhan jadi sebesar Rp 2 juta. Jika dibagi dalam empat minggu, setiap minggunya ada jatah untuk acara buka bersama sejumlah Rp 500.000. Silakan atur dari alokasi ini acara mana saja yang akan dihadiri bilamana harus membeli makanan dan minuman sendiri.
Berikutnya, kiriman (hampers). Saya sarankan membuat daftar kiriman antaran di awal sehingga dapat diketahui alokasi budget antaran sesuai dengan kemampuan finansial. Alokasi pengeluaran untuk ini umumnya ditarik dari dana THR.
Kemudian pesan online dan berbagai promo dompet elektronik memang kerap menggoda terjadinya bocor halus dalam budget rumah tangga. Oleh karena itu, saya sarankan hanya mengisi saldo dompet elektronik satu kali di awal bulan dan mengelola promo untuk pembelian berikutnya.
Upayakan untuk tidak tergoda mengambil fasilitas pembayaran cicilan, bahkan pembayaran di belakang.
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
Atraksi barongsai dari Puhua School memeriahkan pembukaan Pasar Ramadhan di Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (23/3/2023).
Kelima, dana darurat. Tambahan alokasi untuk dana gaya hidup khusus di bulan Ramadhan memang terpaksa diambil dari alokasi tabungan dan investasi bulan ini. Namun, jika memiliki kemampuan untuk menyisihkan lebih, penghasilan bulanan tetap dialokasikan untuk pos dana darurat. Alternatifnya, alokasikan 10 persen dari dana THR untuk menambah porsi tabungan dan investasi.
Bagaimana dengan berutang untuk pengeluaran Ramadhan?
Mengambil pinjaman untuk keperluan konsumtif bukanlah hal yang bijaksana. Pahami bahwa Anda tidak memiliki kepastian di masa depan dalam pembayaran pinjaman dana tunai itu. Konsep ini sedikit berbeda dengan pinjaman untuk membeli rumah ataupun kendaraan. Kedua jenis pinjaman itu mempunyai agunan yang bisa dijual bilamana terjadi kredit macet.
Pengelolaan keuangan di bulan Ramadhan yang baik seharusnya dapat membawa keberkahan dan kesejahteraan bagi setiap rumah tangga.
Pengelolaan keuangan di bulan Ramadhan yang baik seharusnya dapat membawa keberkahan dan kesejahteraan bagi setiap rumah tangga.
Hidup sederhana berbeda dengan hidup pelit. Saat Tuhan memberikan kita kelonggaran rezeki, jangan lupa untuk berbagi kebahagiaan kepada orang-orang yang kita sayangi. Namun, saat kemampuan finansial sudah mencapai batasnya, inilah arti cukup bagi diri.