Selamat Datang Ramadhan
Dalam konteks Indonesia, ada pendekatan yang berbeda antara Muhammadiyah dan NU dalam penentuan awal puasa, Syawal, dan Zulhijah. Pemerintah perlu menunjukkan toleransi terkait perbedaan ini. Cukup mengatur hari libur.
Sidang isbat Kementerian Agama yang digelar pada 29 Syaban 1444 Hijriah/22 Maret 2023 menetapkan puasa Ramadhan 1444 H dimulai pada Kamis Pon, 23 Maret 2023.
Ormas Muhammadiyah, yang menggunakan metode hisab hakiki wujudul hilal, mengeluarkan maklumat no 1/MLM/I.0/E/2023 yang di antara menyebutkan tinggi hilal pada saat Matahari terbenam setinggi +07° 57¢ 17².
Berpegang pada metode imkanur rukyah sekurang-kurangnya 3 derajat dan sudut elongasi 6,4 derajat yang dipedomani pemerintah (kriteria MABIMS) hasil sidang isbat potensial sama dengan Muhammadiyah, yakni awal puasa jatuh pada Kamis Pon, 23 Maret 2023.
Momentum awal puasa 2023 terasa istimewa karena beriringan dengan hari raya Nyepi Tahun Baru Saka 1945. Nyepi merupakan hari suci umat Hindu yang dirayakan setiap Tahun Baru Saka. Perayaan Nyepi bagi umat Hindu adalah meninggalkan aktivitas duniawi dalam keheningan dengan cara tapa brata atau empat larangan, yakni amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tak bepergian), amati geni (tidak menyalakan api), dan amati lelanguan (tidak bersenang-senang).
Momentum awal puasa 2023 terasa istimewa karena beriringan dengan hari raya Nyepi Tahun Baru Saka 1945.
Potensi konflik
Pada umumnya para sarjana melihat agama dalam dua perspektif. Pertama, sebagai identitas atau afiliasi keagamaan (religious affiliation). Kedua, sebagai keberagamaan atau religiosity yang dimaknai sebagai komitmen pada keyakinan, prinsip, dan aktivitas keagamaan.
Dalam Islam diyakini addinu nasihat, agama adalah komitmen. Lillahi, walikitabihi, walirasulihi, waliaimmatil muslimin, wa’ammatihim. Agama adalah komitmen kepada Tuhan, kitab, rasul-Nya, pemimpin kaum Muslimin/ulama, dan umat Islam pada umumnya.
Dalam konteks afiliasi keagamaan, di Indonesia setidaknya ada enam agama besar yang dilayani pemerintah: Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu. Selain itu, pemerintah merekognisi berbagai kepercayaan dan ”agama lokal” yang hidup di Indonesia.
Menurut Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia (MLKI), setidaknya terdapat 164 kepercayaan yang tergabung dalam MLKI. Mafhum bahwa setiap agama dan kepercayaan itu memiliki berbagai aliran. Aliran dalam Islam contohnya adalah Muhammadiyah dan NU.
Dalam konteks Indonesia, kedua ormas inilah yang memberi warna dan pengaruh kuat di masyarakat. Keduanya memiliki pendekatan yang berbeda dalam penentuan awal puasa, Syawal, dan Zulhijah.
Pendekatan yang berbeda berpotensi menghasilkan keputusan yang berbeda. Jika tidak dikelola secara baik, perbedaan ini bisa menimbulkan konflik. Mafhum bahwa awal Ramadhan 1444 H/2023 hampir dipastikan sama. Namun, 1 Syawal 1444 H/Lebaran 2023 dan Idul Adha/lebaran haji 10 Zulhijah berpotensi berbeda antara metode hisab wujudul hilal dan imkanur rukyat.
Potensi perbedaan ini karena tinggi hilal masih di bawah kriteria MABIMS. Muhammadiyah berpedoman berapa pun tinggi hilal di atas ufuk sudah masuk bulan berikutnya.
Tinggi hilal saat Matahari terbenam (29 Ramadhan 1444 H) + 010 47’ 58”. Artinya, bagi Muhammadiyah, Lebaran adalah pada Jumat Pahing, 21 April 2023. Sementara pemerintah, dengan tinggi hilal 1 derajat (di bawah kriteria MABIMS), berpotensi menetapkan Lebaran pada Sabtu Pon, 22 April 2023.
Demikian juga, lebaran Idul Adha akan berbeda. Muhammadiyah menetapkan Idul Adha pada Rabu Kliwon, 28 Juni 2023. Sementara pemerintah (baca: NU) berpotensi akan menetapkan Idul Adha pada Kamis Legi, 29 Juni 2023.
Sebenarnya cara Muhammadiyah (hisab/perhitungan/rasionalisme) dan cara NU (rukyat/melihat bulan/empirisme) sudah ada titik temu, yakni dengan pendekatan ilmu, cara-cara rasional dan empiris sekaligus. Namun, kriteria atau standar keduanya yang belum disepakati (bisa juga sulit disepakati) mirip halnya qunut dalam shalat Subuh, tarwiyah dalam ibadah haji, shalat Tarawih delapan atau 20 rakaat, dan persoalan khilafiah lainnya.
Bisa jadi pilihan hisab atau rukyat masuk kategori khilafiah, tergolong wilayah internum atau dimensi belief dari agama.
Selain pendekatan ilmu (hisab-rukyat), di masyarakat juga berkembang metode penentuan awal Ramadhan yang lain. Pengikut Tareqat Naqsabandiyah di Padang atau Jemaah An Nazir di Gowa, Sulawesi Selatan, sering tak sama (mendahului). Islam Aboge di Banyumas biasanya juga berbeda dengan keputusan pemerintah. Pernah perbedaannya dua hari. Kabarnya mereka menggunakan cara sendiri, waninwon (wawu Senin Kliwon) dalam penentuan awal Ramadhan.
Pendekatan yang berbeda berpotensi menghasilkan keputusan yang berbeda. Jika tidak dikelola secara baik, perbedaan ini bisa menimbulkan konflik.
Toleransi umat beragama
Selain berpotensi menimbulkan konflik internal umat beragama (intern umat Islam), ada juga potensi konflik antar-umat beragama, yakni Islam dan Hindu. Dimensi belief and doctrines pada ajaran agama Hindu menyambut Nyepi dengan melakukan catur brata penyepian.
Nyepi dilakukan mulai pukul 06.00 hingga 06.00 keesokan harinya. Umumnya ada pecalang atau petugas pengamanan adat yang akan memantau situasi saat Nyepi. Dalam tradisi Islam, menyambut Ramadhan biasanya ada tradisi tarhib Ramadhan yang umumnya berbeda ekspresi dengan Nyepi. Hari raya Nyepi mengandung ekspresi meditasi (hening), sementara tarhib Ramadhan mensyaratkan tradisi syiar (ramai).
Dewan Masjid Indonesia sudah mengeluarkan seruan kepada pengurus masjid dan mushala di Indonesia. Di antara seruan itu adalah agar semus takmir masjid mengindahkan Surat Edaran Menteri Agama No 05/2022 tentang pedoman penggunaan pengeras suara di masjid dan mushala. Ini karena intensitas suara pengeras suara masjid, mushala, langgar, dan surau di bulan Ramadhan akan meningkat lebih dari biasanya.
Baca juga : Ramadhan Momentum Jaga Persatuan dan Hidup Sederhana
Baca juga : Posisi Bulan Menyatukan Awal Ramadhan 1444 Hijriah di Indonesia
Umat Islam perlu lebih menunjukkan sikap toleransi dalam mengatur suara loudspeaker, apalagi dalam situasi saudara kita yang tengah memperingati Nyepi. Tak hanya umat, barangkali pemerintah juga perlu lebih menunjukkan sikap toleransi, misalnya dengan tak masuk dalam wilayah khilafiah penetapan awal puasa dan awal Lebaran. Biarlah ini menjadi otoritas majelis agama dan ormas-ormas keagamaan. Pemerintah cukup mengatur hari libur, sementara penentuan awal puasa dan awal Lebaran menjadi otoritas lembaga-lembaga keagamaan.
Mari sambut bulan suci Ramadhan 1444 H/2023 dengan rasa gembira. Hadis Nabi menyebutkan, barang siapa bergembira dengan hadirnya bulan Ramadhan, Allah akan mengharamkan jasadnya dari siksa api neraka. Marhaban ya Ramadhan 1444 H/2023 M.
Aji Sofanudin, Kepala Pusat Riset Agama dan Kepercayaan, Ilmu Pengetahuan Sosial, dan Humaniora BRIN