Kesuksesan Fajar Alfian/M Rian Ardianto meraih gelar juara ganda putra All England 2023 membuktikan betapa karakter juara berbuah prestasi dunia.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Perjalanan karier Fajar/Rian dalam setahun terakhir ibarat proses pendakian dari dasar bumi menuju puncak gunung. Pada All England 2022, Fajar/Rian bagai menelan pil pahit, ketika tumbang di babak pertama dari yunior mereka, Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin.
Kekalahan itu berbuah peringatan dari pelatih ganda putra pelatnas, Herry Iman Pierngadi. Terlebih lagi, hasil itu kelanjutan dari stagnasi prestasi pada 2021. ”Saya katakan, prestasi mereka sudah dilewati pemain-pemain di bawah mereka. Jadi, mereka harus mawas diri dan kerja lebih keras,” kata Herry (Kompas, 20/3/2023).
”Cambuk” pelatih itu disikapi positif oleh kedua pemain. ”Peringatan dari pelatih menjadi motivasi untuk membuktikan diri bahwa kami belum habis,” ujar Rian. Setelah All England 2022, Fajar/Rian membuktikan komitmen mereka untuk bangkit. Sepekan setelah kegagalan di All England 2022, mereka menjuarai Swiss Terbuka.
Dalam perjalanan karier berikutnya, mereka menambah tiga gelar juara dari tujuh final lain. Fajar/Rian kemudian untuk pertama kali bertengger di tangga puncak ganda putra dunia pada 27 Desember 2022. Musim 2023 juga dimulai dengan menjuarai Malaysia Terbuka Super 1000.
Dari analisis Herry dan pengamatan selama berlaga dalam beberapa turnamen terakhir, permainan Fajar/Rian lebih matang dengan berkurangnya banyak kesalahan sendiri. Menurut Herry, mereka juga kian percaya diri, dan bisa mengemban tanggung jawab sebagai ujung tombak tim Indonesia seiring posisi sebagai ganda nomor satu dunia.
Sikap Fajar/Rian yang tidak antikritik, terlebih kritik itu dari pelatihnya, patut menjadi teladan bagi yang lain. Kesadaran untuk membuka diri terhadap kritik dan masukan, lalu berbenah diri dalam keseharian mereka, baik saat berlatih maupun berlaga, terbukti berbuah konsistensi prestasi.
Gelar juara Fajar/Rian memperpanjang dominasi Indonesia pada nomor ganda putra. Tim ”Merah Putih” merebut 16 gelar juara ganda putra sejak All England, yang digelar sejak 1899, menjadi turnamen terbuka mulai 1980.
Konsistensi prestasi ganda putra harus menjadi cermin bagi nomor lain yang inkonsisten. Di tunggal putra, langkah terjauh ditempuh Anthony Ginting, yang mencapai perempat final, serupa dengan Gregoria M Tunjung di tunggal putri. Ganda putri Apriyani Rahayu/Siti FS Ramadhanti juga tersisih di perempat final, sedangkan ganda campuran Lisa Ayu Kusumawati/Rehan Naufal Kusharjanto melaju hingga semifinal.
Karakter juara ala Fajar/Rian, dan banyak lagi atlet juara Indonesia lainnya dari berbagai cabang, sepatutnya menjadi kredo bagi yang lain. Para atlet nasional, terutama di bulu tangkis sebagai cabang prioritas dan populer, dibina dengan fasilitas terbaik. Manajemen pelatnas dan pengurus cabang seharusnya mengorbitkan para atlet menjadi juara level dunia.