Menyoal Sekolah Pukul Lima Pagi
Kebijakan masuk sekolah pukul lima pagi dapat berdampak negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan siswa, serta keseimbangan kehidupan kerja guru dan staf sekolah. Evaluasi harus memprioritaskan kualitas pengajaran.

Ilustrasi
Baru-baru ini, Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) mengusulkan kebijakan masuk sekolah pukul lima pagi (pukul 05.00 Wita). Katanya, untuk melatih siswa agar lebih disiplin dalam belajar.
Kebijakan ini menimbulkan pertanyaan: apakah memulai sekolah pukul lima pagi adalah solusi terbaik untuk mendorong disiplin dan prestasi akademik siswa? Saya kira, penting untuk mengevaluasi secara menyeluruh potensi konsekuensi dan kelemahan dari kebijakan semacam itu sebelum menerapkannya di sekolah-sekolah.
Pertama dan terpenting, waktu mulai sekolah pukul lima pagi yang diusulkan mungkin berdampak negatif kepada kesehatan dan kesejahteraan siswa. Penelitian menunjukkan bahwa remaja membutuhkan setidaknya 8-10 jam tidur setiap malam untuk menjaga kesehatan fisik dan mental mereka. Bahkan, untuk kesehatan yang optimal, anak-anak berusia 6-12 tahun harus tidur secara teratur 9-12 jam per 24 jam dan remaja berusia 13-18 tahun harus tidur 8-10 jam per 24 jam (Sharman & Illingworth, 2020; Paruthi, dkk., 2016).
Baca juga: Sekolah Pukul 05.30, Obsesi Serasa Sensasi
Maka, memaksa siswa bangun pukul empat pagi atau lebih awal untuk mempersiapkan sekolah dapat menyebabkan kurang tidur. Ini menyebabkan konsekuensi serius seperti kesulitan berkonsentrasi, penurunan prestasi akademik, dan bahkan depresi.
Selain itu, dengan memulai sekolah pada pukul lima pagi, guru mungkin harus bangun lebih awal untuk menyelesaikan pekerjaan mereka. Tentu berdampak kepada kehidupan pribadi mereka. Faktanya, para guru memiliki berbagai tanggung jawab, termasuk menyiapkan bahan ajar, menilai tugas, dan menghadiri pertemuan. Tugas-tugas ini dapat menambah beban kerja mereka yang sudah berat, sehingga sulit untuk mempertahankan keseimbangan kerja.
Selain itu, pegawai sekolah, seperti petugas kebersihan, dan pegawai administrasi, juga terpengaruh oleh waktu mulai sekolah yang lebih awal. Mereka harus tiba di sekolah bahkan lebih awal dari guru dan siswa untuk memastikan bahwa semua sudah siap untuk hari sekolah. Hal ini dapat menyebabkan kelelahan dan penurunan produktivitas, yang dapat berdampak pada fungsi sekolah secara keseluruhan.

Suasana apel pagi di SMAN 1 Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur pada Rabu (1/3/2023). Hanya 19 dari 496 siswa yang hadir tepat waktu. Pemerintah Provinsi NTT memberlakukan jam belajar mulai pukul 05.30.
Pada 2014, American Academy of Pediatrics menerbitkan sebuah penelitian berjudul School Start Times for Adolescents yang mengeksplorasi pola tidur remaja dan dampak waktu mulai sekolah awal terhadap kesehatan, kesejahteraan, dan prestasi akademik mereka. Para peneliti yang tergabung dalam Adolescent Sleep Working Group, Committee on Adolescence, dan Council on School Health berpendapat waktu mulai sekolah dini merupakan kontributor yang signifikan terhadap kurang tidur di kalangan remaja, yang dapat berdampak negatif kepada kesehatan fisik dan mental, prestasi akademik, dan kualitas hidup secara keseluruhan. Peneliti justru merekomendasikan agar sekolah menengah dan atas dimulai tidak lebih awal dari pukul 08:30 agar remaja cukup tidur.
Selain itu, peneliti menyarankan agar sekolah harus mempertimbangkan penerapan kebijakan untuk mendorong kebiasaan tidur sehat di kalangan siswa. Hal itu seperti membatasi tugas pekerjaan rumah dan kegiatan ekstrakurikuler berlebihan yang mengganggu tidur, mendorong aktivitas fisik, dan mengurangi waktu bermain gadget sebelum tidur.
Soal meningkatkan kedisiplinan dan pembentukan karakter siswa, tidak harus dilakukan dengan masuk sekolah pukul lima pagi.
Memulai sekolah pada pukul lima pagi berpotensi membahayakan kesehatan siswa, karena membuat mereka bangun lebih awal dari siklus tidur alaminya. Jika kurang tidur di kalangan remaja terus berlanjut, maka pola tidur alami remaja cenderung bergeser lebih lambat selama masa pubertas, yang dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya.
Soal meningkatkan kedisiplinan dan pembentukan karakter siswa, tidak harus dilakukan dengan masuk sekolah pukul lima pagi. Misalnya, sekolah dapat mempertimbangkan untuk menerapkan program yang mendorong siswa berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler, seperti olahraga atau kegiatan sukarela, yang dapat membantu membangun karakter dan mengajarkan disiplin. Selain itu, sekolah dapat menawarkan pelatihan manajemen waktu dan keterampilan belajar untuk membantu siswa mengelola pembelajaran mereka dengan lebih baik dan mengembangkan kebiasaan belajar yang baik.

Pendidikan Karakter
Kualitas pengajaran
Terlepas dari kebijakan itu, menurut saya, ada faktor penting yang seharusnya dipikirkan bersama: faktor kualitas pengajaran, motivasi siswa, dan dukungan keluarga. Saya kira, ini merupakan pertimbangan penting untuk mendorong keberhasilan akademik siswa ketimbang memaksakan kebijakan masuk sekolah pukul lima pagi.
Meskipun gagasan memulai sekolah lebih awal di pagi hari mungkin bermaksud baik, penting untuk mempertimbangkan potensi kelemahan dan konsekuensi dari kebijakan semacam itu. Kebijakan lain seperti masalah transportasi dan keselamatan, juga harus dievaluasi dengan hati-hati.
Selain itu, penting untuk dicatat bahwa faktor-faktor yang berkontribusi terhadap keberhasilan akademik itu kompleks dan beragam. Meskipun memulai sekolah lebih awal dapat meningkatkan jumlah waktu yang tersedia untuk belajar, hal itu belum tentu meningkatkan kualitas pengajaran atau meningkatkan motivasi siswa.
Meskipun gagasan memulai sekolah lebih awal di pagi hari mungkin bermaksud baik, penting untuk mempertimbangkan potensi kelemahan dan konsekuensi dari kebijakan semacam itu.
Kualitas pengajaran merupakan faktor penting dalam mempromosikan keberhasilan akademik. Metode pengajaran yang efektif dapat menginspirasi siswa, membantu mereka mengembangkan keterampilan berpikir kritis, dan memberi mereka pemahaman yang lebih baik tentang materi pelajaran. Namun, jika kualitas pengajaran buruk, siswa mungkin merasa tidak terlibat dan tidak termotivasi, terlepas dari waktu sekolah kapan dimulai.
Motivasi siswa adalah faktor penting lainnya yang dapat memengaruhi kinerja akademik. Ketika siswa termotivasi, mereka lebih cenderung melakukan upaya yang diperlukan untuk belajar dan mencapai tujuan mereka. Namun, jika siswa kurang motivasi, memulai sekolah lebih awal di pagi hari belum tentu meningkatkan tingkat keterlibatan mereka.
Terakhir, dukungan keluarga dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap keberhasilan akademik siswa. Orangtua yang terlibat dalam pendidikan anak mereka dan memberikan dukungan dan dorongan dapat secara positif mempengaruhi prestasi akademik anak mereka. Meskipun memulai sekolah lebih awal di pagi hari mungkin tidak secara langsung memengaruhi dukungan keluarga, penting bagi sekolah untuk memupuk kemitraan yang kuat dengan keluarga guna memastikan bahwa siswa memiliki lingkungan yang mendukung untuk belajar.
Baca juga: Mencari Solusi Tak Sekadar Memulai Sekolah Lebih Pagi
Secara khusus, kebijakan masuk sekolah pukul lima pagi ini dapat berdampak negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan siswa, serta keseimbangan kehidupan kerja guru dan staf sekolah. Selain itu, faktor-faktor yang berkontribusi terhadap keberhasilan akademik sangat kompleks dan beragam, dan tidak hanya melibatkan jumlah waktu yang tersedia untuk belajar tetapi juga kualitas pengajaran, motivasi siswa, dan dukungan keluarga. Maka dari itu, sangat penting bagi pembuat kebijakan dan pemangku kepentingan pendidikan untuk secara hati-hati mengevaluasi setiap kebijakan, memprioritaskan kesejahteraan serta keberhasilan siswa.
Roy Martin Simamora, Dosen Filsafat Pendidikan PSP ISI Yogyakarta

Roy Martin Simamora