Selamatkan Anak-anak Kita dari Eksploitasi Seksual
Eksploitasi anak, yang meliputi pelibatan mereka dalam prostitusi, menghantui Indonesia dan dunia. Problem ini hanya bisa diatasi lewat pendekatan dari banyak sisi.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Peserta aksi menulis pesan dukungan terhadap kampanye anti-kekerasan dan eksploitasi seksual anak, di Jalan Slamet Riyadi, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Juli 2022. Media sosial menambah ancaman kekerasan seksual pada anak-anak .
Laporan investigasi Kompas, 9-10 Maret 2023, mengenai perdagangan anak untuk dipekerjakan dalam dunia hitam prostitusi kembali mengejutkan kita. Meski kasus-kasus seperti itu beberapa kali sebelumnya muncul di permukaan, apa yang disampaikan harian ini tetap membuat kita terperangah, diingatkan betapa kejam dan tak manusiawinya kejahatan eksploitasi seksual anak.
Eksploitasi semacam itu merupakan bagian dari perdagangan manusia (human trafficking), problem besar yang telah menjadi perhatian dunia internasional karena bersifat lintas negara. Kantor PBB Urusan Narkoba dan Kejahatan (UNODC), Desember 2022, mengingatkan, konflik dan krisis yang dipicu perubahan iklim, Covid-19, terorisme, perang, serta ketidakpastian pangan dan ekonomi memperparah kerentanan serta risiko kasus perdagangan manusia. Dengan kata lain, risiko perdagangan manusia, termasuk eksploitasi anak, bertambah ketika di wilayah yang berkaitan mengalami krisis dan tekanan ekonomi yang membesar. Warga miskin kian gampang dimangsa oleh pelaku perdagangan orang.
ARSIP KOMPAS
WI (15), korban perdagangan anak asal Indramayu, Jawa Barat, berada di rumahnya, awal Februari 2023. WI dipaksa bekerja di sebuah kafe di kawasan tambang emas, 99 Ndeotadi, Distrik Bogobaida, Paniai, Papua.
Miller-Perrin dan Wurtele (2017) menyebutkan, praktik perdagangan seks yang melibatkan anak digolongkan pada commercial sexual exploitation of children (CSEC). Di dalam CSEC, selain perdagangan seks anak, ada pula wisata seks dan pornografi anak. Disebutkan pula, anak perempuan bersama perempuan dewasa menempati porsi 98 persen dari keseluruhan korban eksploitasi seks.
Terungkap dalam laporan mendalam Kompas selama dua hari berturut-turut itu, kebanyakan korban anak yang ditipu dan dipaksa menjadi pekerja seks berasal dari keluarga tak mampu. Mereka diiming-imingi gaji memuaskan sehingga bisa mengangkat keluarga dari kemiskinan atau membayar utang. Meski demikian, harus diakui ada faktor pemicu lain, yakni keluarga yang berantakan serta ketiadaan peran orangtua dalam mendidik dan mengarahkan anak.
Problem eksploitasi seksual anak hanya bisa diatasi lewat pendekatan dari banyak sisi. Salah satunya penegakan hukum. Tindak tegas calo, termasuk aparat negara yang terlibat.
KOMPAS/ERIKA KURNIA
EMT (44), tersangka muncikari kasus eksploitasi seksual anak, dihadirkan di Markas Polda Metro Jaya, Jakarta, September 2022.
Pendekatan lainnya berupa perbaikan ekonomi yang meliputi terutama penambahan lapangan pekerjaan di desa dan kota. Jangan biarkan kemiskinan mencengkeram rakyat.
Tak kalah penting ialah perbaikan kondisi pendidikan dan lembaga sekolah sehingga anak-anak dari kalangan miskin terdorong bersekolah setinggi mungkin lewat subsidi dari pemerintah/negara.
Sungguh tak ada jalan singkat untuk menghapus praktik eksploitasi seksual anak. Problem itu hanya dapat diatasi lewat kerja sama dari banyak pihak: pemerintah, masyarakat sipil, dan swasta. Jangan biarkan korban terus berjatuhan. Selamatkan segera anak-anak kita.