Tidak mudah berdebat tentang pengertian politik identitas. Namun, tidak dimungkiri pengalaman Pilkada DKI 2017 memberi pelajaran mahal tentang keterbelahan bangsa, masih dirasa hingga sekarang.
Oleh
Bharoto
·2 menit baca
Mengejutkan, sebuah partai baru dalam rapat kerja nasionalnya baru-baru ini dengan lantang menyatakan akan mengusung politik identitas.
Mengejutkan karena selama ini oleh berbagai kalangan, Komisi Pemilihan Umum (KPU), bahkan Presiden Joko Widodo sendiri menyatakan menolak politik identitas. Politik ini berpotensi membuat keterbelahan bangsa dan polarisasi dalam masyarakat.
Tidak heran kalau partai baru itu segera mendapat berbagai tanggapan. Rupanya partai baru tersebut memiliki pemahaman tersendiri.
Tidak mudah berdebat tentang pengertian politik identitas. Namun, tidak dimungkiri pengalaman Pilkada DKI 2017 memberi pelajaran mahal tentang keterbelahan bangsa, masih dirasa hingga sekarang.
Sikap partai baru ini ternyata juga didukung tokoh dan bahkan diamini petinggi partai pendukung pemerintah. Bahkan, ada pernyataan akan menjadikan masjid sebagai tempat untuk jihad politik yang sebenarnya juga dilarang oleh MUI. Boleh dikata semua ini menjadi semacam antitesis pemerintahan Jokowi.
Sebagai orang yang awam tentang politik, saya hanya berpikir sederhana, kenapa sebagai partai baru tidak mencari simpati publik sebanyak-banyaknya? Tidak terbatas golongan tertentu saja? Bagaimana kalau partai-partai baru lainnya juga bersikap semacam ini?
Semoga tidak!
Jika partai inklusif, kehadirannya akan berkontribusi positif bagi perkembangan demokrasi kita.
Akhirnya saya hanya bisa berharap agar Pemilu 2024 dapat berjalan dengan aman, lancar, jauh dari hal-hal yang memecah belah bangsa.
Armada dari Batik Solo Trans melintas di sepanjang Jalan Slamet Riyadi, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Selasa (1/11/2022). Pemerintah Kota Surakarta tetap membebaskan biaya bagi penumpang umum untuk bus yang masuk pada skema layanan "buy the service" tersebut. Adapun pemerintah pusat mencabut subsidi yang menggratiskan layanan tersebut per 31 Oktober 2022.
Jalan-jalan dengan kendaraan umum menggunakan Batik Solo Trans (BST), pengganti mikrolet, dan teman keliling Kota Solo, sungguh nyaman.
Tiap kali penumpang naik kendaraan, pengemudi dengan segera menyapa, ”Monggo Pak/Bu/Mbak/Mas, turun mana?"
Dengan demikian, penumpang merasa dihargai dan nyaman dalam perjalanan.
Vonis para hakim terhadap Bharada Richard Eliezer sesuai dengan hati nurani mereka, sesuai dengan rasa keadilan publik, kejujuran serta kesopansantunan, dan status yang bersangkutan sebagai justice collaborator.
Itulah quid pro quo, ada ubi ada talas, ada budi pantas dibalas. Bukan tit for tat karena tit for tat berarti ’mata dibalas mata, gigi dibalas gigi’.