Di kalangan para pendukung dan pengagumnya, peran Muhammad ibn Abd al-Wahhab, sang ideolog Wahabi, di Arab Saudi kerap dibesar-besarkan atau bahkan disakralkan. Kini, cendekiawan Arab Saudi berupaya meluruskannya.
Oleh
MUSTHAFA ABD RAHMAN, DARI KAIRO, MESIR
·3 menit baca
Arab Saudi pada hari Rabu, 22 Februari 2023, merayakan hari jadi ke-296. Hari jadi negara Arab Saudi itu merujuk pada berdirinya negara Arab Saudi I yang diproklamasikan oleh Muhammad bin Saud pada 22 Februari 1727 M. Negara Arab Saudi I disebut dengan nama Emirate Diriyah di tengah gurun Nejd yang sekarang berada di wilayah ibu kota Riyadh.
Sebelum ini, hari berdirinya negara Arab Saudi merujuk pada negara Arab Saudi III yang diproklamasikan pada 23 September 1932. Arab Saudi III menyatukan semua wilayah Hejaz (barat), Nejd (tengah), Al-Ahsa (timur), dan Asir (selatan).
Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud mengeluarkan keputusan mengubah peringatan hari jadi negara Arab Saudi dari 23 September 1932 menjadi 22 Februari 1727. Raja Salman menetapkan setiap tanggal 22 Februari sebagai hari libur nasional di Arab Saudi.
Seiring dengan peringatan hari jadi Arab Saudi tersebut, isu peran Wahabi di negara itu kembali ramai diperbincangkan oleh para kaum cerdik pandai di Arab Saudi. Sejumlah cendekiawan Arab Saudi tampak ingin meluruskan sejarah peran Muhammad ibn Abd al-Wahhab, sang ideolog Wahabi.
Ideologi Wahabi telah menjadi mazhab resmi negara Arab Saudi sejak era negara Arab Saudi I hingga saat ini. Artinya, sudah hampir 300 tahun Wahabi menjadi mazhab resmi negara Arab Saudi. Setelah melalui kurun sepanjang itu, ada upaya di kalangan cendekiawan Arab Saudi untuk mendekonstruksi peran Muhammad ibn Abd al-Wahhab di negara mereka.
Adalah Abdel Rahman al-Rashed, seorang cendekiawan, yang memberi evaluasi kritis terhadap peran Muhammad ibn Abd al-Wahhab atau mazhab Wahabi di Arab Saudi. Dalam tulisan di kolom harian Asharq al-Awsat edisi hari Rabu 22 Februari 2023, ia menulis, negara Arab Saudi I yang diproklamasikan oleh Muhammad ibn Saud di wilayah Diriyah pada tahun 1727 M mengusung misi dan visi politik murni.
Misi dan visi pendirian negara Arab Saudi I adalah menciptakan stabilitas dan menyatukan wilayah Nejd—kini Arab Saudi bagian tengah—yang terpecah-pecah oleh lahirnya banyak wilayah kekuasaan kabilah yang berperang satu sama lain.
Wilayah Nejd sejak berakhirnya era Khulafa al-Rasyidin pada 661 M tidak lagi berada di bawah kontrol kekuasaan yang terpusat. Wilayah itu terpecah belah di bawah kekuasaan banyak kabilah yang saling berperang. Muhammad ibn Saud, yang mengusung negara Diriyah pada tahun 1727 M, berhasil menumpas kekuasaan banyak kabilah itu dan menyatukan wilayah Nejd di bawah bendera negara Diriyah di bawah pimpinan Muhammad Ibn Saud.
Menurut Rashed, Sheikh Muhammad ibn al-Wahhab adalah seorang pelarian dari desanya, Uyayna, menuju desa tetangganya, Diriyah. Ia kemudian ditampung dan dilindungi oleh Muhammad Ibn Saud.
Sheikh Muhammad Ibn al-Wahhab adalah seorang yang sangat alim dan memiliki visi pembaruan dalam agama Islam. Visi Sheikh Ibn Al-Wahhab itu diamini dan didukung oleh Muhammad ibn Saud. Bahkan, Ibn Saud kemudian menggandeng Ibn al-Wahhab sebagai mitra. Ajaran-ajaran Ibn al-Wahhab pun dijadikan mazhab resmi negara Arab Saudi.
Namun, menurut Rashed, Ibn Saud tidak memberi peran apa-apa kepada Ibn Al-Wahhab dalam negara Arab Saudi. Bahkan, Ibn Saud meminta Ibn Al-Wahhab banyak berada di rumah.
Peran Sheikh Ibn Al-Wahhab dan mazhab Wahabi di Arab Saudi kemudian disalahtafsirkan oleh para pengikut dan pengagumnya pada era-era berikutnya. Para pengikut dan pengagum Sheikh Ibn Al-Wahhab cenderung membesar-besarkan dan bahkan menyakralkan peran Sheikh Ibn Al-Wahhab dalam negara Arab Saudi dan posisinya disejajarkan dengan Ibn Saud.
Para pengikut dan pengagum Sheikh Ibn Al-Wahhab sering membangun narasi bahwa wilayah Nejd sebelum berdirinya negara Arab Saudi I sebagai wilayah musyrik atau kafir, seperti kota Mekkah pada zaman jahiliyah sebelum era kenabian Nabi Muhammad SAW.
Para pengikut dan pengagum Sheikh Ibn Al-Wahhab cenderung membesar-besarkan dan bahkan menyakralkan peran Sheikh Ibn Al-Wahhab dalam negara Arab Saudi.
Para pengikut dan pengagumnya menyebut pula, peran Ibn Al-Wahhab di wilayah Nejd seperti peran Nabi Muhammad SAW di kota Mekkah, yakni mengislamkan kaum musyrik. Padahal, tulis Rashed, warga wilayah Nejd sebelum lahirnya negara Arab Saudi I adalah warga Muslim, tetapi mereka dikontrol oleh banyak kabilah yang saling berperang.
Misi Ibn Saud yang kemudian didukung oleh Ibn Al-Wahhab adalah menyatukan warga Nejd yang tercerai-berai itu dan disatukan di bawah bendera negara Arab Saudi I.
Hal senada juga disampaikan cendekiawan Arab Saudi, Uwaidah bin Metaireek al-Juhany dalam disertasi doktornya pada Universitas Washington, AS, dengan judul ”The History of Najd Prior to The Wahhabis”. Menurut Bin Metaireek, proyek negara Arab Saudi I bukan untuk menyebarkan agama Islam karena penduduknya adalah sudah Muslim.
Metaireek menyebutkan, proyek berdirinya negara Arab Saudi I adalah untuk menghentikan peperangan antara satu dan lain kabilah, mengakhiri kelaparan penduduknya, menumpas para perampok, dan berada di bawah naungan satu bendera negara kesatuan.
Bin Mataireek menegaskan, visi negara Arab Saudi I adalah murni politik, bukan agama, dan tidak ada peran agama dalam proses berdirinya negara Arab Saudi I. Karena itu, lanjut Bin Metaireek, tidak ada kesejajaran peran dan posisi antara Ibn Wahhab dan Ibn Saud dalam negara Arab Saudi I.
Ibn Saud adalah pemegang peran sentral dan tunggal dalam proses berdirinya negara Arab Saudi I yang mengusung misi dan visi politik murni, bukan agama.