Mengenang Kota Gaziantep dan Antakya yang Luluh Lantak Diguncang Gempa
Dua kota di Turki tenggara, Gaziantep dan Antakya, terkenal dengan keindahannya. Lantaran lokasinya strategis, Gaziantep juga dikenal kota perdagangan. Keindahan kota dan urat nadi perdagangan itu kini tinggal kenangan.
Oleh
MUSTHAFA ABD RAHMAN, DARI KAIRO, MESIR
·4 menit baca
Saat gempa bumi skala besar berkekuatan magnitudo 7,8 menghantam wilayah Turki bagian selatan dan tenggara pada Senin (6/2/2023) dini hari, ingatan langsung membawa pada kenangan beberapa tahun lalu di Turki. Apalagi, berita yang beredar pada hari Senin itu adalah gempa bumi besar meluluhlantakkan dua kota, Gaziantep dan Antakya. Saya pernah tinggal sekitar dua pekan di masing-masing dua kota tersebut.
Area gempa terbesar berada di area antara kota Gaziantep dan Antakya. Di area dekat antara dua kota itu, terdapat kota Kahramanmaras yang paling parah dihantam gempa bumi. Pemerintah Turki mengumumkan, kerugian besar akibat gempa bumi itu sementara ini mencapai 84 miliar dollar AS.
Harian Asharq al-Awsat edisi hari Minggu, 12 Februari 2023, melalui laporan korespondennya yang dikirim ke Turki melaporkan, "Kota Antakya… kota indah yang tidak wujud lagi". Warga kota itu mengungsi ke kamp-kamp pengungsi di sekitar Antakya karena rumah-rumah mereka hancur ditelan gempa besar pada 6 Februari lalu.
Bangunan indah di sekitar Sungai Asid yang membelah kota Antakya telah berubah menjadi puing-puing. Pemandangan indah kota pun sudah rata dengan tanah.
Adapun kota Gaziantep, menurut laporan harian Asharq al-Awsat edisi hari Selasa, 14 Februari 2023, juga mengalami banyak kerusakan, namun lebih ringan dibanding kerusakan yang ada di kota Antakya dan Kahramanmaras. Pada tahun 2012, saya berkunjung dan tinggal sekitar dua pekan di Antakya. Kota ini adalah ibu kota Provinsi Hatay.
Tiga tahun kemudian, saya pergi dan tinggal sekitar dua pekan di Gaziantep. Ini adalah nama yang merujuk pada ibu kota, sekaligus nama provinsi. Jadi, Provinsi Gaziantep juga beribu kota Gaziantep. Karena itu, kota Antakya dan Gaziantep menyisakan kenangan tersendiri yang tak bisa dilupakan. Dari dua kota tersebut, saya bisa menyeberang ke Suriah.
Kala itu, dari kota Antakya saya menyeberang ke kota Atma di Provinsi Idlib, Suriah utara. Dan dari kota Gaziantep, bisa terlihat kota Kobane (Ain al-Arab) di Suriah utara yang berpenduduk mayoritas warga etnis Kurdi.
Kota yang indah
Antakya maupun Gaziantep adalah dua kota indah di Turki. Taman kota yang hijau terdapat di berbagai sudut dua kota itu. Pada pagi atau sore hari, warga dua kota tersebut terlihat ramai menikmati taman-taman kota dengan duduk santai sambil menghirup udara segar taman kota.
Kota Gaziantep tercatat memiliki jumlah penduduk sebanyak 2,1 juta jiwa. Kota itu dikenal sebagai kota perdagangan terbesar di wilayah selatan dan timur negeri Turki. Keramaian manusia dengan kesibukan urusan masing-masing sehari-hari memenuhi distrik-distrik perdagangan sibuk di kota Gaziantep, seperti sepanjang jalan Inono, Horriyet, Karagos hingga Vilayet Meydan.
Taman kota yang hijau terdapat di berbagai sudut dua kota itu. Pada pagi atau sore hari, warga dua kota tersebut terlihat ramai menikmati taman-taman kota dengan duduk santai sambil menghirup udara segar taman kota.
Letak geografis kota Gaziantep, yang berjarak hanya sekitar 60 kilometer dari perbatasan Suriah-Turki, menambah nilai strategis kota tersebut. Kebetulan kota Gaziantep bersebelahan dengan kota Aleppo di sisi Suriah yang juga dikenal kota perdagangan.
Antara kota Gaziantep dan Aleppo, yang hanya berjarak sekitar 97 kilometer, sejak dulu dikenal sebagai jalur perdagangan lintas batas antara Turki dan Suriah.
Siapa pun yang mengunjungi kota Gaziantep akan segera memiliki kesan bahwa kota itu adalah kota metropolitan dengan segala fasilitas kota dari klasik hingga modern. Mal-mal modern bertebaran di seantero kota. Sanco Park Mal, mal terbesar di kota itu, menyuguhnya barang-barang jualan cukup mewah, baik produk Turki maupun luar negeri. Mal dengan lima lantai itu tampak ramai dikunjungi oleh kalangan kelas menengah kota Gaziantep.
Sedangkan Bazaar atau pasar rakyat yang membentang antara jalan Inono, Horriyet dan Karagos, penuh berjubel dengan manusia setiap harinya. Para pengunjung Bazaar bukan hanya penduduk kota Gaziantep, tetapi dari seluruh desa dan kota kecil seantero Provinsi Gaziantep dan bahkan juga warga dari provinsi tetangga, seperti dari Hatay.
Oase pengungsi Suriah
Meletusnya revolusi Suriah tahun 2011, yang segera beralih menjadi perang saudara, memang mengantarkan kota Gaziantep menjadi salah satu tujuan utama pengungsi Suriah di Turki. Sedikitnya kini ada sekitar 470.000 pengungsi Suriah di kota Gaziantep.
Kehadiran pengungsi Suriah dalam jumlah cukup besar atau sekitar 20 persen dari penduduk asli kota Gaziantep membuat terjadi perubahan dalam struktur kependudukan kota itu. Di distrik perdagangan kota Gaziantep, seperti sepanjang jalan Horriyet, Karagos, dan Velayet Meydan, kini sering ditemukan para pengungsi Suriah yang melakukan berbagai kegiatan bisnis.
Adapun kota Antakya yang berpenduduk 470.8338 lebih kecil dari Gaziantep, namun tidak kalah indah. Kota Antakya dibelah oleh Sungai Asi dan dikelilingi perbukitan yang membuat kota itu semakin indah. Di tepi kiri-kanan Sungai Asi, terdapat tempat-tempat duduk yang biasa digunakan tempat santai sambil duduk warga kota Antakya. Warga Antakya juga biasa berwisata ke area perbukitan di sekitar kota itu.
Di area perbatasan Provinsi Hatay di Turki dan Provinsi Latakia, Suriah barat, tampak jalan perbukitan indah yang berkelok-kelok, bak jalanan di Puncak, Bogor. Kota Antakya juga dekat dengan perbatasan Suriah. Jarak antara Antakya dan perbatasan Provinsi Idlib, Suriah barat laut, hanya sekitar 35 kilometer. Antara Antakya dan Aleppo berjarak sekitar 113 kilometer.
Karena itu, kota Antakya juga menjadi tujuan pengungsi Suriah di Turki. Di sekitar kota Antakya, banyak terdapat kamp-kamp pengungsi Suriah yang berada di bawah kontrol Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Di kota Antakya, tidak seperti kota-kota lain di Turki, banyak ditemukan warga yang berbicara dengan bahasa Arab. Di kota itu, banyak terdapat kaum Syiah Alawiyah. Bahasa Arab adalah bahasa utama mereka.
Cerita keindahan kota Gaziantep dan Antakya kini sudah menjadi masa lalu. Keindahannya sudah tiada lagi, lenyap dihantam gempa bumi besar pada Senin dini hari itu. Mungkin butuh beberapa tahun lagi untuk bisa mengembalikan keindahan dua kota tersebut, seperti sediakala.