logo Kompas.id
OpiniHendak ke Mana Pendidikan...
Iklan

Hendak ke Mana Pendidikan Tinggi Indonesia?

Tanpa perbaikan yang menyeluruh dan penegakan nilai-nilai luhur pendidikan yang perlu dijaga dan diamalkan seorang dosen, arah pendidikan tinggi Indonesia dalam membina dosen menjadi kabur.

Oleh
Mohammad Hamsal
· 6 menit baca
Pamflet joki skripsi yang terpampang di tiang listrik daerah Yogyakarta, Minggu (29/1/2023)
DHANANG DAVID ARITONANG

Pamflet joki skripsi yang terpampang di tiang listrik daerah Yogyakarta, Minggu (29/1/2023)

Bak menganalogikan dengan buku “Robohnya Surau Kami” (RSK) sebuah kumpulan cerpen karya Ali Akbar Navis, benteng terakhir yakni pendidikan kita akhirnya runtuh juga. Cerpen ini pertama kali terbit pada tahun 1956, yang menceritakan dialog Tuhan dengan Haji Saleh, seorang WNI yang semasa hidupnya hanya beribadah dan beribadah.

Isu perjokian karya ilmiah di dunia akademik, yang selama ini ibarat gunung es di bawah laut mulai terkuak. Harian Kompas tiga hari berturut-turut melalui tim investigasinya mengangkat berita: “Calon Guru Besar Terlibat Perjokian Karya Ilmiah,” “Usaha Perjokian Merajalela Bagai Pabrik Karya Ilmiah,” dan “Perguruan Tinggi Masih Mendewakan Gelar”, pada minggu lalu. Tampaknya ini masalah serius dan “bom waktu” yang meledak setelah diangkat oleh Kompas.

Editor:
HARYO DAMARDONO, ANDREAS MARYOTO
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000