logo Kompas.id
OpiniTeater Koma
Iklan

Teater Koma

Nano Riantiarno merdeka dari perangkap dikotomi tradisi versus modernitas. Unsur budaya dari mana pun dan dari zaman apa pun akan dirangkul Nano dan Teater Koma jika dianggap bernilai untuk pentasnya.

Oleh
Ariel Heryanto
· 4 menit baca
Ariel Heryanto
SALOMO TOBING

Ariel Heryanto

Sejak didirikan (1977), Teater Koma berlimpah pujian. Banjir pujian itu marak kembali dalam sejumlah obituari bagi pendiri dan pimpinannya yang baru meninggal, Nano Riantiarno (1947-2023). Apa yang paling istimewa dari Teater Koma? Apa relevansi sumbangannya bagi masa depan Indonesia?

Teater Koma digemari karena humor, kostum, serta aksesorinya. Kritik terhadap penguasa dikemasnya santai. Pujian tertinggi bagi Teater Koma selama ini tertuju pada daya tahan hidupnya yang superpanjang. Menurut saya, ada yang jauh lebih istimewa dari Teater Koma, namun terabaikan publik. Kerja Teater Koma adalah satu dari sedikit contoh jawaban jitu bagi pertanyaan besar yang menghantui Indonesia selama lebih dari seabad tentang identitas nasional.

Editor:
MOHAMMAD HILMI FAIQ
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000