Ketika Special Olympics (SO) Indonesia menggelar malam dana untuk memberangkatkan delegasi ke Special Olympics World Summer Games di Berlin, ada lukisan yang berhasil dilelang dengan nilai Rp 1 miliar.
Acara Special Olympics World Summer Games akan dihelat pada 17-25 Juni 2023. Sementara acara penggalangan dana berlangsung 25 Januari 2023 di Museum Nasional Indonesia. Bertajuk ”Akulah Bintang Dunia”, acara dihadiri beberapa menteri kabinet. Mereka juga melelang barang-barang pribadinya. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo turut memberikan sambutan sebagai Dewan Kehormatan SO Indonesia.
Lukisan yang laku dengan harga tinggi itu karya Olliver Adivarma Wihardja. Pria yang akrab disapa Ollie itu didiagnosis autis saat berusia 3,5 tahun. Ollie yang sejak kanak-kanak tertarik dengan seni lukis mulai melukis sejak usia 6 tahun sebagai salah satu bentuk terapi.
Siapa sangka, lukisan yang berjudul ”Reach for the Stars”, menggambarkan seorang atlet badminton, renang dan senam, pelelangannya mencapai Rp 1 miliar. Ollie telah sukses membantu keberangkatan teman-temannya yang juga bertalenta khusus.
Saya mendapat semua informasi itu dari ibunda Ollie, Bu Sinhwi Halim. Kami bertemu di Taman Literasi Martha C Tiahahu, Jakarta. Ia tidak menyangka karya lukis putranya dihargai sedemikian tinggi.
Mendengar cerita itu, saya pun mencari tahu tentang acara malam dana SO Indonesia. Ternyata pemberitaannya sangat sedikit, bisa dihitung dengan jari.
Perlu diketahui, SO Indonesia merupakan satu-satunya organisasi di Indonesia yang mendapatkan akreditasi dari Special Olympics International (SOI) untuk penyelenggaraan pelatihan dan kompetisi olahraga bagi warga tunagrahita di Indonesia. SO Indonesia mulai bergabung ke SOI pada 9 Agustus 1989 menjadi anggota ke-79.
Melalui surat pembaca ini, saya berharap akan semakin banyak masyarakat Indonesia yang mengetahui bahwa negara kita memiliki talenta-talenta hebat dengan berbagai macam kebutuhan khususnya.
Dengan segala kemampuan ini, mari kita bersama-sama memberikan kontribusi untuk kemajuan negara dan bangsa kita tercinta, Indonesia.
Akhlis Al MajidSukarelawan Taman Literasi Martha C Tiahahu, Jakarta
Apa Perlu Belajar ke Luar Negeri?
Stadion Kanjuruhan
Saya heran, tetapi senang juga membaca keterangan bahwa sebagai respons atas Tragedi Kanjuruhan, Kapolri Jenderal Listyo Prabowo akan mengirim anggotanya untuk belajar ke luar negeri (Kompas, 2/2/2023).
Beberapa orang akan dikirim untuk studi banding manajemen pengamanan pertandingan sepak bola. Mudah-mudahan mereka pulang membawa oleh-oleh yang bisa diterapkan di negeri kita.
Sebenarnya, inti penyebab segala kekacauan, termasuk dalam menonton pertandingan sepak bola, tidak perlu jauh-jauh dipelajari. Kuncinya ada di sini.
Yang perlu cuma disiplin. Inilah yang perlu ditegakkan kepada semua pemangku kepentingan sepak bola Indonesia. Tidak saja bagi polisi, tetapi juga penjaga, pengurus, wasit, pemain, dan siapa pun petugas yang terlibat. Tetapi, tentu saja yang terutama adalah penonton.
Disiplin bagi penonton menyangkut mulai dari parkir kendaraan, punya tiket, antre masuk, duduk di tempat yang ditentukan, membuang sampah di tempatnya, hingga menghargai tim yang menang. Bagi unsur-unsur petugas lain, disiplin adalah bertanggung jawab sesuai dengan tugas masing-masing.
Jadi, sebenarnya pelajaran terpenting dari Tragedi Kanjuruhan adalah belajar berdisiplin dan itu menjadi tugas kita semua. Adalah tugas bangsa ini memulai, meski sudah agak terlambat, untuk mendisiplinkan diri dalam segala hal agar kita bisa jadi bangsa yang maju dan dihormati bangsa lain.
Oh, ya, di negara maju juga ada penonton yang lebih brengsek, seperti para hooligan. Mudah-mudahan yang ini tidak ditiru oleh penonton kita.
Renville AlmatsierJalan KH Dewantara, Ciputat, Tangsel 15411