Google Bangun Tidur Saat Persepsi AI Dipegang ChatGPT
Perang teknologi AI mulai terjadi antara Google dan Microsoft dengan kemunculan Bard dan ChatGPT yang terintegrasi ke mesin pencari. Siapa yang bakal menang?
Oleh
ANDREAS MARYOTO
·4 menit baca
ILHAM KHOIRI
Andreas Maryoto, wartawan senior Kompas
ChatGPT yang dikembangkan oleh OpenAI boleh dibilang sebagai pembuka cakrawala baru pengembangan kecerdasan buatan (AI). AI sudah lama dikenal tetapi begitu ChatGPT keluar, orang seperti disadarkan bahwa AI dekat dan bisa digunakan untuk keseharian mereka. Perusahaan lain, termasuk Google, seperti dibangunkan dari tidur. Mereka kemudian bergegas dan mengumumkan ke publik soal pengembangan AI. Apakah Google dan perusahaan lainnya mampu mengalahkan ChatGPT?
Setelah berminggu-minggu orang penasaran dan penuh gairah menjelajahi teknologi tentang bot percakapan ChatGPT, Google mengumumkan produk berbasis AI generatif yang baru. Perusahaan teknologi yang pernah dianggap sebagai pemimpin dalam kecerdasan buatan pada hari Senin lalu meluncurkan Bard, sebuah platform percakapan berbasis AI. Google mengatakan sedang membuka Bard untuk penguji tepercaya sebelum membuatnya tersedia lebih luas untuk umum dalam beberapa minggu mendatang.
Google tampaknya tak mau kalah. Mereka tak cukup berleha-leha melihat kemunculan ChatGPT. Setidaknya ChatGPT telah memimpin persepsi publik tentang kecerdasan buatan. Sesederhana orang berpikir, kecerdasan buatan ya ChatGPT, ChatGPT ya kecerdasan buatan. Google mau merebut persepsi ini. Oleh karena itu waktu pengumuman Bard pun diperhitungkan dengan cermat. Bard muncul sehari sebelum pengumuman Microsoft yang berencana untuk memasukkan ChatGPT ke dalam produk platform andalannya seperti Bing dan Word. Meski ada kabar juga sebaliknya, Microsoft segera mengadakan jumpa pers usai Google mengumumkan Bard.
Laman The Information menulis, jelas bukan sebuah kebetulan bahwa pengumuman itu datang sehari sebelum Microsoft menjadwalkan jumpa pers di Redmond, Washington, di mana diharapkan mereka berbicara lebih detail tentang rencananya untuk teknologi OpenAI. Terlepas dari sedikit keunggulan itu, Microsoft tampaknya telah mendapatkan keunggulan dibanding Google, setidaknya dalam persepsi publik tentang AI. Analis pun mengatakan, banyak pendapat yang menyebutkan betapa lambannya Google sehingga ia membiarkan dirinya terlihat seperti pengikut di wilayah yang seharusnya ia mendominasi.
AFP/NOAH BERGER
Logo Google di kantor perusahaan ini di Mountain View, California, AS, 22 Juni 2022. Google mengumumkan fitur terbaru yang ditenagai AI bernama Bard untuk bersaing dengan Microsoft yang ditenagai ChatGPT.
Kedua produk itu dan juga produk yang dikembangkan perusahaan lain sebenarnya adalah platform untuk mencari informasi. Namun, platform ini dapat mengubah cara konsumen mencari informasi. Cara orang membuat konten juga berubah. Platform tersebut bekerja sesuai perintah pengguna dan bisa mengurangi waktu dalam pembuatan konten.
Layanan yang akan ditawarkan Bard dan ChatGPT serupa. Pengguna harus memasukkan pertanyaan, permintaan, atau memberikan input tertentu untuk menerima respons jawaban yang seperti dilakukan oleh manusia. Microsoft dan Google berencana untuk menyematkan produk ini untuk mendukung layanan pencarian mereka di Bing dan Google Search, yang selama ini menyumbang sebagian besar pendapatan mereka.
Ada beberapa perbedaan keduanya seperti yang ditulis di laman Medium. Bard dapat memasukkan peristiwa terkini ke dalam tanggapannya dan memanfaatkan informasi yang lebih luas dari internet. Sebaliknya, ChatGPT didasarkan pada rangkaian model bahasa generative pre-trained transformer (GPT) OpenAI dan memiliki akses data hingga 2021.
ChatGPT tengah dibangun untuk mendapatkan lebih banyak informasi dari internet, termasuk Bing. Oleh karena itu, semua orang masih menunggu untuk melihat seperti apa hasil akhir dari ChatGPT. Bard dibangun di atas model bernama LaMDA atau model bahasa untuk aplikasi dialog. Bard untuk sementara bisa diakses oleh kalangan terbatas, yaitu penguji. Di sisi lain, OpenAI membuat pratinjau penelitian ChatGPT gratis untuk penggunaan umum sejak November tahun lalu.
CEO Google Sundar Pichai dalam unggahan di blognya menggambarkan alat tersebut sebagai layanan AI percakapan eksperimental yang akan menjawab pertanyaan pengguna dan mengambil bagian dalam percakapan. Namun, laman The Verge menyebutkan, tidak jelas kemampuan apa yang akan dimiliki Bard, tetapi tampaknya bot percakapan akan sama bebasnya dengan ChatGPT dari OpenAI. Tangkapan layar platform itu mendorong pengguna untuk mengajukan pertanyaan praktis kepada Bard, seperti bagaimana merencanakan perayaan kelahiran bayi atau makanan apa yang bisa dibuat dari daftar bahan untuk makan siang.
AP PHOTO/STEPHEN BRASHEAR
CEO Microsoft Satya Nadella berbicara saat mengumumkan integrasi mesin pencari Bing dan browser Edge dengan ChatGPT, 7 Februari 2023.
Pichai menambahkan, Bard dapat menjadi pelampiasan kreativitas dan landasan untuk rasa ingin tahu. Platform itu juga akan membantu Anda menjelaskan penemuan baru dari teleskop luar angkasa James Webb NASA kepada anak berusia sembilan tahun atau mempelajari lebih lanjut tentang striker terbaik dalam sepak bola saat ini, dan kemudian mendapatkan latihan untuk membangun keterampilan Anda.
Pichai juga mencatat bahwa Bard memanfaatkan informasi dari laman internet untuk memberikan tanggapan segar dan berkualitas tinggi yang menunjukkan bahwa Bard mungkin dapat menjawab pertanyaan tentang peristiwa terkini. Tentu saja kata ”segar dan terkini” menjadi poin penting bagi Bard karena ChatGPT sejauh ini hanya mampu menggunakan data di internet sampai tahun 2021 sementara Bard bisa menggunakan data terbaru.
Apakah yang akan terjadi selanjutnya? Perang sejenis sudah banyak terjadi di dalam dunia perusahaan teknologi. Dulu semisal antara Google dan Yahoo, antara Google Chrome dan Internet Explorer, Gmail versus Hotmail, Netflix versus Disney+, dan lain-lain. Apakah si pemula selalu menang? Tidak juga. Dalam kasus Yahoo, ia yang jadi pemula sekarang malah tertinggal jauh dengan Google. Akan tetapi banyak juga yang memperlihatkan pemula berjaya sangat kuat.
Ketika Tiktok muncul, Facebook mengembangkan platform sejenis, yaitu Lenso. Namun, Lenso tak bisa berlanjut. Tiktok kini bahkan menggerogoti pasar pendahulu mereka, yaitu Instagram. Instagram yang belakangan mengembangkan Reels, dengan harapan bisa menyaingi Tiktok, pun tak bisa bersaing dengan Tiktok. Tidak ada rumus yang pasti tentang siapa pemenang dalam dunia bisnis teknologi. Namun, resep ”tidak terlena dengan kemenangan” sepertinya perlu dipegang mereka.
AFP/SAJJAD HUSSAIN
CEO Google Sundar Pichai, Desember 2022.
Banyak bukti kegagalan perusahaan teknologi untuk berlanjut mendominasi pasar bukan karena mereka tidak hebat, tetapi karena mereka terlena dengan keunggulan dan nama besar. Sementara lawan berpikir cukup sederhana, mengerjakan yang tidak dikerjakan oleh mereka. Keunggulan perusahaan mapan memberi informasi kepada mereka tentang jangkauan mereka namun pada saat yang sama memberi informasi kepada penantang tentang yang tidak dikerjakan oleh mereka yang lahir lebih dulu.
ChatGPT mengerjakan sesuatu yang tidak dikerjakan Google Search, yaitu memberikan satu jawaban yang pasti dengan akurasi tinggi. Namun, ketika Google tahu kelemahan ChatGPT, mereka juga langsung menohok di jantung lawan itu, yaitu basis data yang hanya sampai 2021. Namun, dengan bergabungnya Microsoft, maka kelemahan itu bisa saja tertutup oleh data yang dipasok oleh mesin pencari mereka, yaitu Bing.
Siapakah yang akan menang? Makin tidak bisa diprediksi karena perusahaan lain juga akan masuk di arena ini meski persepsi tentang AI sekarang melekat ke ChatGPT. Baidu dari China dikabarkan akan masuk di dalam permainan. Tentu perang di pengembangan Ai generatif akan lebih ramai lagi ke depan.