Film Indonesia kian digemari penonton di rumah sendiri. Buktinya, sejumlah film mencatatkan lebih dari 5 juta penonton. Di kancah global, film kita juga dihargai. Ini momen bagi sineas, termasuk kaum muda, untuk tampil.
Oleh
Redaksi
·1 menit baca
ARSIP MD PICTURES
Film KKN di Desa Penari
Perfilman Indonesia terus menggeliat. Sejumlah karya baru memperoleh apresiasi di pasar dan festival internasional. Saatnya para sineas muda tampil.
Di pasar dalam negeri, sejumlah film panjang mencatatkan rekor penonton berdasarkan jumlah tiket terjual di bioskop. Mengacu situs Filmindonesia.or.id, KKN di Desa Penari (produksi tahun 2022) menjadi film terlaris dengan 10 juta penonton. Menyusul kemudian, film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1 (2016) dengan 6,8 juta penonton, Pengabdi Setan 2: Communion (2022) dengan 6,39 juta penonton, dan Dilan 1990 (2018) dengan 6,31 juta penonton. Beberapa film lain menorehkan angka 4 juta sampai 5 juta penonton.
Angka-angka itu menggambarkan, sejumlah film produksi dalam negeri digemari di rumah sendiri. Pasar lokal cukup besar dan melahap karya-karya yang memenuhi hasrat publik. Ini modal baik untuk pengembangan kreasi berikutnya.
Di dunia internasional, sejumlah film pendek karya sineas Indonesia mendapat apresiasi. Mengutip laporan Kompas, Senin (6/2/2023), tujuh film pendek kita tampil pada International Film Festival Rotterdam (IFFR) 2023 di Belanda. Ketujuh film itu adalah Like & Share karya Gina S Noer, Sri Asih karya Joko Anwar, Deadly Love Poem (Puisi Cinta yang Membunuh) karya Garin Nugroho, Mayday! May Day! Mayday! karya Yonri Revolt, The Myriad of Faces of the Future Challengers karya Yuki Aditya dan I Gde Mika, Evacuation of Mama Enola karya Anggun Priambodo, serta Marsiti dan Sapi Sapi karya Wisnu Surya Pratama. Tujuh film pendek kita juga diputar di Clermont Ferrand International Short Film Festival 2023 di Paris, Perancis.
Patut dihargai, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendibudristek) membangun kerja sama dengan Pemerintah Belanda untuk produksi, dokumenter, dan pemutaran khusus di Tanah Air bagi film Indonesia yang tayang di festival luar negeri. Pemerintah Belanda bersama Nederlands Filmfonds membuat pilot project co-development dokumenter pendek tahun 2023.
Ini peluang menarik bagi sineas Tanah Air, termasuk kaum muda, sebagai harapan film nasional masa depan. Saatnya kaum muda tampil dengan kreativitas segar. Soal tema, misalnya, kita memiliki kekayaan pilihan, mulai dari keanekaragaman budaya Nusantara, persentuhan jaringan global, sampai gaya hidup di tengah inovasi teknologi informasi.
Namun, festival dan bioskop hanya bagian akhir dari perjalanan panjang di balik layar. Proses itu butuh dikawal dengan kerja-kerja nyata. Kita perlu lebih tekun membangun pendidikan, pelatihan, dan pengembangan sumber daya manusia perfilman di kalangan generasi muda sejak dini.
Tak melulu soal akting, perkuat juga sisi teknologi, ide, cerita, sinematografi, penyutradaraan, komunitas, pendanaan, dan manajemen produksi film. Jika dibangun ekosistem yang sehat dari hulu ke hilir, konsisten, dan berkelanjutan, hal itu berpotensi akan melahirkan karya-karya baru yang menarik.