Tidak semua alat kedokteran canggih harus diadakan, perlu diadakan kajian mengenai manfaat dan biaya alat tersebut. Pemerintah juga mempunyai saringan untuk menentukan apakah alat kedokteran baru perlu disediakan.
Oleh
DR SAMSURIDJAL DJAUZI
·5 menit baca
Layanan rumah sakit di Indonesia sudah bertambah baik. Jika dibandingkan dengan sepuluh tahun yang lalu, saya sebagai pasien merasakan banyak kemajuan. Dulu kita harus antre panjang untuk membuat janji dengan dokter. Sekarang perjanjian dapat dilakukan secara online. Ruang tunggu juga semakin bersih. Toilet pada umumnya juga jauh lebih bersih.
Dokter lebih mudah diajak berkomunikasi. Kita dapat bertanya dengan lebih rinci meski sebagian menyediakan layanan khusus untuk menjelaskan penggunaan obat, perjalanan penyakit, dsb. Biasanya yang menjelaskan adalah perawat senior yang sudah berpengalaman. Kita juga dapat memperoleh nomor telepon seluler dokter atau perawat sehingga dapat berkomunikasi jika ada keperluan mendesak.
Dalam berbagai diskusi, termasuk alasan pasien berobat ke luar negeri, dikemukakan bahwa Indonesia ketinggalan dalam pengadaan alat kedokteran canggih. Jika benar, saya merasa ini perlu menjadi perhatian kita semua.
Rumah sakit rujukan nasional mungkin memerlukan karena menjadi harapan masyarakat untuk menyelesaikan masalah kesehatan mereka.
Teknologi dapat memudahkan kehidupan kita. Teknologi kedokteran dapat menjadikan tindakan medis menjadi lebih nyaman. Peralatan laboratorium mutakhir memungkinkan akurasi yang lebih tinggi, hasil laboratorium juga dapat diketahui lebih cepat. Karena itu, sudah sewajarnya kami sebagai pasien berharap peralatan kedokteran di rumah sakit Indonesia tidak tertinggal dari negara lain.
Saya memahami bahwa alat kedokteran canggih mahal dan penggunaannya perlu dipertimbangkan sehingga tidak menyebabkan borosnya biaya kesehatan. Teman saya baru saja menjalani operasi prostat di negara tetangga. Dia menjalani operasi dengan bantuan robot (robotic surgery). Dia termasuk orang yang percaya pada kemampuan dokter Indonesia, tetapi dia mendapat informasi jika menjalani operasi dengan bantuan robot perdarahan akibat operasi jauh lebih sedikit dan masa rawat pascaoperasi lebih cepat.
Mohon penjelasan Dokter apakah alat kedokteran di rumah sakit di Indonesia memang ketinggalan dari rumah sakit di luar negeri, terutama di negara tetangga? Kenapa kita kurang cepat menggunakan alat kedokteran canggih? Mohon penjelasan Dokter.
M di B
Kita bersyukur pelayanan rumah sakit kita dirasakan masyarakat semakin baik. Patut kita ketahui jumlah tempat tidur di rumah sakit kita sebenarnya masih kurang. Pada rumah sakit tertentu, pasien harus menunggu cukup lama untuk dapat dirawat di rumah sakit. Sebenarnya pemerintah telah berusaha menambah jumlah rumah sakit, termasuk rumah sakit di daerah. Sebagian rumah sakit daerah mendapat bantuan pembangunan dari pemerintah pusat meski operasionalnya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah.
Kita juga mempunyai rumah sakit swasta yang cukup banyak sehingga memperkuat layanan rumah sakit kita secara keseluruhan. Rumah sakit swasta tidak mendapat subsidi pemerintah sehingga biaya berobat menjadi lebih mahal. Namun, sebagian besar rumah sakit swasta di Indonesia juga ikut dalam sistem pembiayaan BPJS Kesehatan sehingga masyarakat bisa mendapat layanan dengan pembiayaan BPJS Kesehatan.
Manfaat alat canggih
Teknologi terus berkembang, termasuk di bidang kedokteran. Alat kedokteran dengan teknologi terbaru terus muncul. Alat ini biasanya mempunyai keunggulan dalam berbagai aspek. Pelayanan kedokteran tentu memerlukan alat kedokteran baru, bahkan alat kedokteran canggih.
Ada banyak jenis alat kedokteran. Mulai dari alat untuk screening penyakit, diagnosis penyakit, alat kedokteran untuk terapi ataupun rehabilitasi. Dunia kedokteran kita mengikuti perkembangan teknologi kedokteran serta mengamati adanya alat-alat kedokteran canggih yang baru.
Untuk memutuskan apakah kita memerlukan alat kedokteran baru tersebut, perlu dipertimbangkan beberapa hal. Misalnya apakah alat tersebut akan bermanfaat bagi masyarakat kita sesuai dengan masalah kesehatan kita.
Kita juga harus mempertimbangkan harga dan biaya pemeliharaannya. Tidak semua rumah sakit harus mempunyai alat kedokteran canggih. Rumah sakit rujukan nasional mungkin memerlukan karena menjadi harapan masyarakat untuk menyelesaikan masalah kesehatan mereka. Namun, rumah sakit lain jika tak mempunyainya dapat merujuk pasien ke rumah sakit rujukan nasional.
Pemerintah sebenarnya cukup memperhatikan perkembangan rumah sakit. Jika kita perhatikan, anggaran Kementerian Kesehatan kita sebagian besar digunakan untuk keperluan rumah sakit. Mulai banyak pendapat agar pemerintah lebih banyak menyediakan anggaran untuk penyuluhan, pencegahan, serta pemeliharaan kesehatan. Usulan untuk meningkatkan upaya pencegahan penyakit perlu diperhatikan, tetapi biaya untuk diagnosis, terapi, dan rehabilitasi harus mencukupi.
Pimpinan rumah sakit beserta komite medik harus bijak untuk melihat alat kedokteran apa yang diperlukan rumah sakit agar dapat lebih baik melayani masyarakat. Tidak semua alat kedokteran canggih harus diadakan, perlu diadakan kajian mengenai manfaat dan biaya alat tersebut. Pemerintah sendiri juga mempunyai saringan untuk menentukan apakah alat kedokteran baru perlu disediakan di Indonesia.
Anda mengemukakan alat bantu operasi dengan robot (robotic surgery) yang cukup populer. Alat ini sebenarnya sudah lama digunakan, yaitu mulai tahun 2000. Alat ini bermanfaat karena perdarahan operasi menjadi jauh lebih sedikit dan masa pemulihan pascaoperasi jauh lebih pendek. Dokter yang melakukan operasi juga menyenangi alat ini karena ruang pandang (visualisasi) operasi menjadi lebih jelas.
Harga alat ini amat mahal. Sekarang harga da Vinci robotic ini sekitar 2 juta dollar AS (sekitar Rp 30 miliar) belum dihitung pajak. Alat ini sekarang sudah ada sekitar 5.500 buah tersebar di sejumlah negara. Di Indonesia sebenarnya sudah ada da Vinci robotic di sebuah rumah sakit swasta meski alat tersebut bukan alat yang terbaru.
Nah, apakah kita memerlukan alat ini? Jika dalam perspektif dokter bedah dan pasien, tampaknya manfaat ini cukup jelas dan sudah seharusnya perlu diadakan.
Diskusi mengenai manfaat jangka panjang alat kedokteran berupa robot ini cukup hangat. Ternyata operasi konvensional dan operasi prostat menggunakan robot Da Vinci dalam penatalaksanaan kanker prostat dalam jangka panjang memberikan hasil yang sama.
Nah, di sinilah pimpinan rumah sakit beserta komite medik harus mempertimbangkan apakah akan mengeluarkan dana sekitar Rp 30 miliar untuk hasil pengobatan yang hampir serupa. Biaya operasi tentu menjadi lebih mahal dan perlu ditanyakan apakah perusahaan asuransi kesehatan, termasuk BPJS, bersedia membiayai biaya yang lebih mahal ini.
Alat kedokteran canggih bermanfaat. Kemajuan teknologi di bidang kedokteran harus dimanfaatkan di Indonesia. Namun, dalam penggunaan alat kedokteran canggih dalam layanan kesehatan perlu dipertimbangkan banyak hal sehingga memang nyata keuntungannya bagi masyarakat.