Pengembangan metamesta sepertinya lesu darah. Arah tak jelas dan pasar juga bingung. Kita perlu menunggu sampai definisi metamesta jelas, secara teknologi bisa dikembangkan, dan pasar merespons pengembangan ini.
Oleh
ANDREAS MARYOTO
·4 menit baca
KOMPAS/ILHAM KHOIRI
Andreas Maryoto, wartawan senior Kompas
Akhir tahun 2021, ketika CEO Facebook yang kemudian berubah menjadi Meta, Mark Zuckerberg, mengumumkan bahwa mereka memasuki bisnis baru, yaitu metamesta atau metaverse, orang kemudian memperbincangkan teknologi ini. Akan tetapi, dalam setahun fokus orang telah beralih lagi. Mereka melihat pengembangan teknologi kecerdasan buatan lebih menarik. Salah satunya adalah kehadiran ChatGPT dari Open AI.
Chaya Shandu di laman New University milik Universitas California Irvine menulis, bayangkan Anda berteleportasi ke pesawat luar angkasa dan disambut oleh teman-teman terdekat Anda. Teman Anda itu yang satu muncul sebagai robot merah cerah, yang lain mengambang di atas tanah, dan yang lainnya tampak seperti diri mereka yang normal. Untuk sisa malam itu, kapal Anda melintasi ruang angkasa saat Anda bermain kartu dan panggilan video dengan teman yang tidak bisa hadir.
Kedengarannya mustahil, bukan? Tidak menurut CEO Meta Mark Zuckerberg. Dia memprediksi masa depan ketika semua itu bisa terjadi dan lebih banyak lagi mungkin muncul di metamesta. Zuckerberg sangat berkomitmen untuk membangun teknologi metamesta sehingga dia mengganti nama perusahaan induk Facebook menjadi Meta pada 2021.
Perubahan nama mencerminkan keinginan Zuckerberg agar perusahaan dipandang sebagai perusahaan metamesta daripada perusahaan media sosial. Meskipun kehebohan seputar realitas virtual dan metamesta telah berkembang pesat sejak Facebook menjadi Meta, sebagian besar perusahaan gagal memenuhi harapan pengguna.
AP PHOTO/ERIC RISBERG
CEO Facebook Inc Mark Zuckerberg mengumumkan perubahan nama perusahaan induk menjadi Meta Platform Inc, Kamis (28/10/2021). Meta, yang diambil dari kata metaverse, nantinya akan memfokuskan diri pada pengembangan teknologi virtual tiga dimensi yang memungkinkan para penggunanya berinteraksi secara langsung dalam satu ruangan virtual.
Bahkan, cerita indah metamesta sepertinya tidak berlanjut untuk saat ini. Penulis Swaptik Chowdhury dan Timothy Marler dalam tulisan di laman Rand Corporation membuat analisis tentang masalah di dalam metamesta. Metamesta berkembang dengan cepat, tetapi maknanya bagi orang kebanyakan tetap tidak jelas. Kesepakatan tentang definisi metamesta perlu dicapai lebih dulu. Upaya untuk mengelola perkembangan teknologi dan kebijakan publik terkait dengan metamesta bisa menjadi kacau apabila definisi tak tercapai.
Metamesta berkembang dengan cepat, tetapi maknanya bagi orang kebanyakan tetap tidak jelas.
Tidak aneh apabila orang mudah sekali melakukan klaim mengembangkan metamesta meski baru membangun realitas virtual (VR). Orang pun mudah terpesona dengan teknologi ini dan sudah merasa memasuki metamesta. Beberapa perusahaan bahkan terjebak dalam penawaran investasi metamesta hanya karena membayangkan layanan bisa dialihkan ke dunia meta. Resepsionis, pegawai bank, layanan warga, dan lain-lain bisa digantikan dengan layanan ini. Padahal, semua ini masih jauh.
Swaptik dan Timothy menambahkan, dalam tinjauan singkat literatur dan yang berkembang di media sosial terungkap bahwa kata metamesta telah digunakan dalam berbagai konteks. Dalam beberapa bulan terakhir, misalnya, ada berita tentang orang yang menikah di metamesta, perusahaan investasi membeli real estat di metamesta, dan manajer mengadakan rapat di metamesta. Ada pula salah satu negara membangun kedutaan besar di metamesta.
Melihat lebih dekat pada berita-berita ini, mereka mengungkapkan dua tema penting. Pertama, karya atau produk yang menggunakan campuran berbagai teknologi dari realitas tertambahkan (augmented reality), VR, NFT, dan teknologi rantai blok (blockchain), maka hasilnya disebut sebagai metamesta.
Kedua, banyak deskripsi metamesta berasal dari perspektif perusahaan swasta sendiri. Meta dan Microsoft adalah dua contoh perusahaan yang membuat definisi tersendiri tentang metamesta. Definisi ini sangatlah baik karena bisa memberi arah pengembangan metamesta ke depan, tetapi pada saat yang sama membingungkan publik.
AFP/FABRICE COFFRINI
Logo perusahaan teknologi Meta terpampang di pusat pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos, Swiss, 22 Mei 2022. Definisi metaverse masih membingungkan sampai sekarang.
Kebingungan seperti itu juga diakui oleh orang-orang yang bergerak di bidang teknologi. Salah satu tulisan di Forbes menyebutkan, sepertinya setiap orang telah menghabiskan waktu dan tenaga setahun terakhir ini untuk memberi tahu kita apa itu metamesta. Awal tahun ini, CEO Apple Tim Cook menunjukkan bahwa dia berpikir berbeda tentang metamesta dengan memberi tahu sesuatu yang bukan bisnis masa depan.
Cook mengatakan kepada sebuah media dengan mengatakan bahwa ia benar-benar tidak yakin rata-rata orang dapat memberi tahu apa itu metamesta. Publik hanya bisa menebak-nebak tentang metamesta. Oleh karena itu, komentar Cook boleh dibilang komentar yang adil. Sejak Facebook mengubah namanya menjadi Meta, satu hal yang menjadi jelas adalah bahwa tidak ada banyak konsensus tentang masalah tersebut. Sama dengan pendapat dua penulis di atas, definisi metamesta tidak jelas sampai saat ini.
Akan tetapi, pendapat pesimistis itu dibantah oleh Zuckerberg. Ia mengaitkan kinerja Meta yang buruk dengan fakta bahwa transisi ke metamesta akan memakan waktu bertahun-tahun. Oleh karena itu, metamesta tidak akan bisa diakses saat ini. Chaya Shandu berpendapat lain, pada kenyataannya Meta bukanlah metamesta yang diinginkan orang dan itu bukanlah metamesta yang dapat dilakukan oleh teknologi pada masa mendatang.
Usaha Meta untuk memonopoli bisnis metamesta pada akhirnya juga akan gagal karena masa depan metamesta akan jauh lebih demokratis daripada apa yang ditawarkan. Perusahaan-perusahaan yang ingin menangguk untung dalam waktu dekat sepertinya juga akan gigit jari. Akses yang tidak eksklusif mungkin saja akan muncul dari pendatang baru sehingga pengalaman di metamesta menjadi sesuatu yang murah atau bahkan gratis.
Apalagi, perhatian orang kini beralih ke teknologi kecerdasan buatan. Teknologi ini lebih dilirik karena sangat fungsional dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ambil contoh, ChatGPT yang baru saja muncul telah bisa menarik pengguna dalam jumlah puluhan juta dalam waktu 40 hari.
AFP/LIONEL BONAVENTURE
Logo chatbot kecerdasan buatan ChatGPT dan lembaga yang mengembangkannya, Open AI, terpampang dalam layar pada 23 Januari 2023. Sejak kemunculannya pada November 2022, ChatGPT menggemparkan dunia teknologi.
Produk ini malah menjadi ancaman bagi Google. Orang yang selama ini menggunakan Google dengan mudah mendapat banyak jawaban, bahkan hingga mencapai jutaan. Namun, ChatGPT memberikan satu jawaban atau hasil kerja dengan akurasi tinggi.
Pengembangan metamesta sepertinya lesu darah. Arah tak jelas dan pasar juga bingung. Kita mungkin perlu menunggu sampai definisi metamesta itu jelas, secara teknologi bisa dikembangkan, dan pasar merespons pengembangan ini.
Kapan? Kita tunggu saja. Publik lagi menikmati kemudahan teknologi kecerdasan buatan sampai suatu saat perhatian mereka mungkin teralihkan oleh metamesta yang lebih dekat dengan kebutuhan pasar.