Kekejian serangan bom di Peshawar, Pakistan, benar-benar di luar nalar. Kumpulan orang shalat berjemaah di masjid dibom. Jangan pernah lengah pada terorisme.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
AFP/ABDUL MAJEED
Anggota keluarga korban serangan bom bunuh diri di sebuah masjid di Peshawar, Pakistan, meratap dalam kesedihan saat berlangsung unjuk rasa di markas kepolisian di Peshawar, Pakistan, Rabu (1/2/2023).
Melihat lokasinya, sebuah masjid di tengah kompleks polisi yang dijaga sangat ketat, serangan bom bunuh diri pada Senin (30/1/2023) siang itu tidak terbayangkan bisa terjadi. Dari keterangan korban dan beberapa saksi mata, pelaku bom bunuh diri melewati beberapa pos pemeriksaan, lalu duduk di saf terdepan jemaah. Tidak lama setelah imam memulai shalat berjemaah, pelaku meledakkan bom yang dibawanya.
Menurut otoritas Pakistan, lebih dari 100 orang tewas dan sedikitnya 225 orang luka-luka. Dahsyatnya ledakan menyebabkan sebagian atap masjid runtuh. Hampir keseluruhan korban tewas, kecuali tiga orang, adalah polisi. Di Peshawar, kota di barat laut Pakistan dan berbatasan dengan Afghanistan yang sudah puluhan tahun diguncang kekerasan, insiden itu adalah serangan bom paling mematikan dalam satu dekade terakhir.
Pada September 2013, dua serangan bom bunuh diri meluluhlantakkan Gereja All Saints, menewaskan banyak jemaat minoritas Kristen. Seperti di banyak tempat lain, terorisme tidak pandang bulu dalam menarget korban. Perdana Menteri Pakistan Shahbaz Sharif menyebut bom bunuh diri di Peshawar awal pekan ini seperti serangan terhadap Pakistan.
KOMPAS
Sebuah bom meledak di masjid dan kantor polisi Kota Peshawar, Pakistan, Senin (30/1/2023). Melansir Associated Press, 34 orang tewas dan 150 luka-luka akibat ledakan bom. Bom meledak saat masjid dipenuhi orang yang tengah beribadah.
Peshawar—dulu dijuluki ”kota bunga” berkat banyaknya taman dibangun pada era Mughal abad ke-16 hingga ke-19—berlokasi di tepi wilayah suku Pashtun. Di wilayah itu kelompok militan yang paling aktif adalah Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP) atau disebut juga Taliban Pakistan. Tidak ada keterkaitan organisasi antara mereka dan Taliban di Afghanistan meski memiliki banyak kesamaan pandangan.
Di luar TTP, ada kelompok militan lainnya yang beroperasi di Pakistan, seperti Negara Islam di Irak dan Suriah di Khorasan (NIIS-K), Lashkar-e-Taiba (LeT), Jamaat-ul-Ahrar (JuA)—sempalan dari TTP—serta Jaish-e-Mohammad (JeM) di wilayah Kashmir. Namun, sorotan aparat Pakistan kali ini tertuju pada TTP dan faksi-faksi sempalannya.
Seperti Taliban di Afghanistan, TTP mendesak penerapan hukum Islam secara kaku. Kelompok itu berada di balik berbagai serangan berdarah di Pakistan, termasuk di sekolah dan gereja. Mereka juga yang menembak Malala Yousafzai, pegiat pendidikan perempuan, tahun 2012.
AP/MUHAMMAD SAJJAD
Suasana area bersejarah Benteng Bala Hisar Fort di Peshawar, Pakistan, Rabu (1/2/2023).
Kemenangan Taliban di Afghanistan sejak Agustus 2021 disebut mengangkat moril TTP. Islamabad menuding Taliban Afghanistan memberikan tempat berlindung bagi para milisi TTP. Tudingan itu dibantah Kabul. Juru bicara TTP juga menepis anggapan TTP di balik serangan di Peshawar pekan ini.
Menjadi tanda tanya banyak kalangan, termasuk otoritas di Pakistan: bagaimana pelaku bom bunuh diri dengan membawa bom seberat 10-12 kilogram itu lolos dari pos-pos pemeriksaan berlapis di kompleks kepolisian Peshawar.
Gubernur Khyber Pakhtunkhwa, Ghulam Ali, mengakui kecolongan dalam keamanan. Pernyataan ini seolah mengirim pesan kepada dunia bahwa menghadapi ancaman terorisme yang terus mengintai tak boleh ada celah untuk lengah.