Teknologi baru akan ditemukan sehingga teknologi mereka akan menjadi kuno pada masa depan. Orang kemudian meramal sampai kapan mereka bisa bertahan. Mereka yang sombong biasanya akan paling awal terjungkal.
Oleh
ANDREAS MARYOTO
·5 menit baca
KOMPAS/ILHAM KHOIRI
Andreas Maryoto
Perusahaan teknologi tidak ingin lagi memiliki rapor merah seperti tahun lalu. Kini mereka berupaya agar kinerja keuangan makin membaik. Sejumlah langkah dilakukan demi memperoleh pendapatan dan indikator keuangan lainnya yang lebih baik. Mereka tentu ingin bisa mendominasi pasar seperti Google ataupun Amazon saat ini. Akan tetapi, itu tidak mudah. Saat ini mungkin menjadi masa antara hidup dan mati perusahaan teknologi.
Upaya perbaikan kinerja keuangan dilakukan baik oleh perusahaan di Indonesia, seperti GoTo, Bukalapak, ataupun perusahaan global seperti Netflix, Google, dan Meta. Namun, langkah seperti ini tidak mencukupi. Saat ini dibutuhkan langkah luar biasa agar kinerja bisnis mereka bisa lebih stabil dalam jangka panjang.
Perusahaan teknologi di dalam negeri masih membutuhkan waktu untuk menjadi dominan di pasar hingga bisa menjadi penentu pergerakan pasar. Mereka masih bergulat dengan masalah klasik, yaitu memainkan kekuatan subsidi harga untuk beberapa lini bisnis dengan berbagai cara karena persaingan dengan perusahaan sejenis. Di bisnis transportasi, kehadiran Maxim dan Indriver menjadi penantang pemain lama, yaitu Gojek dan Grab.
KOMPAS/SUCIPTO
Ratusan pengemudi ojek dan taksi daring di Balikpapan mendatangi kantor cabang Maxim Balikpapan di kawasan ruko Balikpapan Baru, Rabu (31/7/2019).
Kemungkinan pemutusan hubungan kerja juga masih bisa terjadi. Berbagai pemborosan masih akan terus ditangani di perusahaan teknologi. Menaikkan biaya yang dibebankan ke konsumen juga akan dilakukan untuk beberapa lini. Uang ketat semakin menyulitkan mereka untuk mengembangkan bisnisnya. Meski demikian, cara ini belum cukup untuk menjadikan mereka pemenang.
Perusahaan global juga demikian. Netflix tengah berusaha menjadi pemain dominan di bisnis pengaliran konten video. Perang bisnis pengaliran konten video sangat ketat. Sejumlah perusahaan pengaliran konten video terus menambah investasi agar bisa menjadi pemenang di pasar. Beberapa pemain terus masuk pasar dengan berbagai inovasi.
Google yang selama ini telah kuat mendominasi pasar perlu berbenah untuk menghadapi Chat GPT yang mulai menjalankan model bisnis berlangganan. Meta dengan kinerja yang terus menurun berusaha untuk merealisasikan impiannya, yaitu memasuki bisnis baru metamesta ( metaverse) meski langkahnya agak terseok-seok. Bahkan, tren teknologi ke depan kabarnya bukan metaverse, tetapi ada yang lain lagi.
Pertanyaan-pertanyaan soal berapa lama perusahaan-perusahaan teknologi global itu bisa bertahan muncul sejak beberapa waktu yang lalu. Para analis mengatakan, mereka yang melakukan disrupsi juga akan terjungkal pada saatnya. Teknologi baru akan ditemukan sehingga teknologi mereka akan menjadi kuno pada masa depan. Orang kemudian meramal sampai kapan mereka bisa bertahan. Mereka yang sombong biasanya akan paling awal terjungkal.
Mereka yang sombong biasanya akan paling awal terjungkal.
Laporan CNET pekan lalu menyebutkan, Netflix mulai menguji biaya berbagi akun di Amerika Latin setelah keanggotaan globalnya menurun untuk pertama kalinya dalam satu dekade. Selama ini satu akun bisa digunakan untuk sejumlah pengguna tanpa terkena pembayaran tambahan.
Netflix meningkatkan upayanya untuk membuat penonton yang selama ini mendapat akses gratis itu menjadi ikut membayar. Dalam waktu sekitar dua bulan ke depan, Netflix akan mulai menagih akun yang selama ini berbagi kata sandi. Mereka akan menerapkan sistem yang menambahkan biaya untuk sub-akun ”anggota tambahan” di luar mereka yang tinggal satu rumah.
Setelah bertahun-tahun boleh dibilang lalai dalam berbagi kata sandi, tahun lalu Netflix mulai menguji cara untuk memonetisasi berbagi akun setelah mencatat kehilangan pelanggan terdalam dalam satu dekade. Selain biaya berbagi kata sandi, Netflix juga telah meluncurkan langganan yang lebih murah yang didukung oleh iklan, dengan harapan dapat menarik lebih banyak orang untuk membayar jika mereka tidak perlu membayar terlalu banyak.
MS LAS**NY** DG**NY** CH**NY** SPH
Logo perusahaan Netflix di kantor pusatnya di Los Gatos, California, Amerika Serikat.
Cara lain yang masih ditempuh adalah terus melakukan pemutusan hubungan kerja. Beberapa perusahaan teknologi global masih melakukan langkah ini. Mereka berusaha mengurangi tekanan biaya akibat perekrutan tenaga kerja yang berlebihan saat pandemi. Sementara perusahaan pendanaan Softbank yang tahun lalu diperkirakan akan meningkatkan investasi di India dalam jumlah besar ternyata malah menurunkan pendanaan. Koreksi valuasi juga dilakukan terhadap sejumlah usaha rintisan setempat.
Apa yang bisa dilakukan perusahaan teknologi menghadapi masalah seperti itu? Veteran bankir investasi yang berspesialisasi dalam media dan teknologi, profesor Sekolah Bisnis Universitas Columbia, dan penulis The Platform Delusion: Who Wins and Who Loses in the Age of Tech Titans, Jonathan Knee, dalam wawancara dengan Harvard Business Review tahun lalu mengingatkan, saat ini banyak orang di industri ini, akademisi, dan investor tampaknya berpikir bahwa perusahaan platform teknologi besar secara seragam mendapat manfaat dari efek jaringan yang kuat karena jumlah pengikut bisa sangat banyak, hingga bisa mendorong mereka menuju dominasi global. Akan tetapi, anggapan itu terbukti salah.
Knee mengajak kita untuk membahas tentang pengertian skala. Pandangan tradisional terhadap skala adalah membantu perusahaan dengan menyebar beban biaya tetap di setiap konsumen atau akun. Pengertian batu tentang skala baru dalam bisnis berbasis internet berasal dari efek jaringan. Orang-orang kemudian berpendapat bahwa hal itu menawarkan keunggulan kompetitif secara inheren.
Akan tetapi, anggapan itu tidak benar. Dengan tidak adanya biaya tetap yang signifikan, setiap bisnis berbasis efek jaringan akan menarik persaingan dari platform baru yang menemukan bahwa mereka dapat mencapai titik impas pada tingkat penggunaan yang sangat rendah. Selain itu, efek jaringan bukanlah pendorong utama keunggulan kompetitif di sebagian besar perusahaan teknologi yang menjadi penantang.
Untuk itu ia menyarankan, berhati-hatilah terhadap ceruk pasar yang ada di dalam bisnis perusahaan teknologi. Pesaing akan mencoba untuk mendapatkan skala relatif dalam kelompok minat, demografi, atau geografi tertentu. Jadi, Anda harus terus berinovasi dan merilis produk versi baru yang memanfaatkan kekuatan Anda sambil melayani komunitas yang lebih sempit.
Berhati-hatilah terhadap ceruk pasar yang ada di dalam bisnis perusahaan teknologi.
Knee juga memberitahu mereka untuk mengelola ekosistem mereka dengan cara yang lebih konstruktif sehingga orang-orang di atas dan di bawah rantai nilai (value chain) memiliki kepentingan dalam kesuksesan mereka yang berkelanjutan daripada tidur setiap malam berharap kehancuran mereka. Cara itu merupakan aspek yang perlu dipikirkan demi kelangsungan hidup strategis jangka panjang perusahaan yang selama ini kurang dihargai.
Hal yang penting lagi dari pendapat Knee, ia menyarankan agar perusahaan teknologi bersikap proaktif dan bijaksana dalam berhubungan dengan pemerintah dan membantu mereka mencapai tujuan kebijakan mereka. Semua perusahaan ini memiliki sumber daya luar biasa yang dapat membantu memecahkan beberapa masalah terbesar di masyarakat. Bersama-sama atau terpisah, raksasa teknologi harus bermitra dengan sektor publik dalam proyek-proyek yang dalam jangka pendek mungkin mahal secara finansial dan membatasi fleksibilitas, tetapi akan menghasilkan keuntungan jangka panjang.