Cakra manggilingan. Falsafah Jawa itu mengajarkan, hidup itu seperti roda. Pada saat tertentu berada di atas, tetapi pada saat lain di bawah. Hidup pun terus berputar.
Oleh
Redaksi
Β·2 menit baca
AP PHOTO/RICK RYCROFT
Logo Microsoft
Setelah beberapa tahun terakhir menguasai jagat informasi dan komunikasi digital di dunia, sejumlah raksasa perusahaan yang berbasiskan teknologi informasi dan digital menghadapi situasi memburuk. Krisis perekonomian dunia tak bisa dihadapi dengan biasa saja. Kondisi perusahaan berbasiskan teknologi di sejumlah negara pun kian berat sebab tingkat persaingan antar-perusahaan kelas dunia yang berbasiskan teknologi juga semakin tajam.
Setelah Microsoft mengumumkan pengurangan pegawainya, giliran induk perusahaan Google, yakni Alphabet, juga melakukan tindakan serupa. Sejumlah perusahaan sektor teknologi, seperti Meta (Facebook), Amazon, dan Twitter, telah lebih dulu mengurangi pegawai. Karyawan yang dipangkas di perusahaan raksasa itu diperkirakan lebih dari 50.000 orang dan tersebar di seluruh dunia (Kompas.id, 21/1/2023).
Pegawai Alphabet saja mencapai sekitar 187.000 orang di seluruh dunia pada akhir September 2022. Pemangkasan kali ini setara 6 persen dari total pegawai. Selain melakukan efisiensi terkait tantangan perekonomian global, pemangkasan pegawai itu juga akan menajamkan fokus perusahaan dalam hal prioritas, termasuk bidang kecerdasan buatan (AI).
Namun, tak bisa dimungkiri, pemangkasan karyawan itu juga sebagai dampak nyata dari tajamnya persaingan antar-perusahaan di bidang teknologi informasi dan digital. Google yang selama ini mendominasi ranah mesin pencari di internet mulai tertekan oleh ChatGPT, bot percakapan (chatbot) yang disokong Microsoft, selain berkembangnya media sosial ramah anak muda, Tiktok, yang juga menjadi mesin pencari.
Laporan situs ArsTechnica, mengutip paparan Financial Times, 23 Desember 2022, menyebutkan, Meta dan Alphabet kehilangan dominasinya dalam meraih pendapatan dari iklan di Amerika Serikat. Pangsa pendapatan iklan yang dipegang oleh induk Facebook dan pemilik Google itu diproyeksikan turun menjadi 48,4 persen tahun 2022. Inilah untuk pertama kali keduanya tak memegang pangsa pasar mayoritas sejak tahun 2014 sehingga terpaksa mengurangi pegawainya.
KOMPAS/SATRIO PANGARSO WISANGGENI
Tampilan muka aplikasi Youtube Music, seperti yang terlihat pada Kamis (3/2/2022) pada ponsel Android, di Jakarta. Youtube Music adalah layanan musik yang ditawarkan oleh Alphabet Inc, induk perusahaan Google.
Namun, kondisi itu menandai penurunan tahunan kelima berturut-turut untuk duopoli, yang pangsa pasarnya turun dari puncak 54,7 persen pada 2017 dan diperkirakan turun menjadi 43,9 persen pada 2024. Di seluruh dunia, pangsa pasar Meta dan Alphabet pun terus menurun. Sebelum pandemi, sejumlah perusahaan yang berbasis teknologi informasi dan media juga mengurangi karyawannya. Menurut situs Layoffs.fyi, tak kurang dari 194.000 pegawai industri teknologi terpangkas di AS sejak awal tahun 2022.
Dunia tampaknya tengah memasuki keseimbangan baru setelah sejumlah perusahaan rintisan (start up), termasuk di Indonesia, dan sistem keuangan berbasis digital (crypto) juga bertumbangan. Sektor digital tak lagi mendisrupsi kehidupan, tetapi sudah menjadi tempat baru hidup kita, yang perlu harmoni.