Berkah dalam Amplop Merah Angpao
Berawal dari tradisi di Dinasti Qin, pemakaian amplop merah pun semakin berkembang, tidak hanya ketika Imlek tiba tetapi juga diberikan ketika pernikahan, kelahiran bayi atau ulang tahun.
Sejak kapan berlangsung tradisi membagikan amplop merah berisi uang pada hari raya tahun baru Imlek? Berbagai literatur mengatakan tradisi ini sudah ada sejak Dinasti Qin (221-206 Sebelum Masehi).
Dinasti Qin merupakan salah satu dinasti yang terkemuka sepanjang sejarah China. Para kaisar dari dinasti itu pula yang membangun Tembok Besar China.
Berawal dari tradisi di Dinasti Qin, pemakaian amplop merah pun semakin berkembang, tidak hanya ketika Imlek tiba tetapi juga diberikan ketika pernikahan, kelahiran bayi atau ulang tahun. Amplop merah akhirnya kerap ditaruh di laci kantor, rumah hingga laci mobil sekedar untuk berjaga-jaga.
“Dalam tradisi China, ada dua macam amplop. Amplop putih untuk orang meninggal yang disebut pekpai atau baibao, dan amplop merah untuk berbagi kebahagiaan disebut angpao atau hongbao. Jangan sampai tertukar ya,” kata pengamat kebudayaan China Eddy Prabowo Witanto, Selasa (17/1/2023) ditemui di Jakarta. Sambil tertawa lebar, dia sekali lagi mengingatkan, agar jangan sampai salah bawa, apalagi salah memberikan amplop.
Warna merah pada amplop itu melambangkan kegembiraan, energi, juga keberuntungan. Awalnya, bentuk angpao adalah kain atau kertas berwarna merah pembungkus uang koin. Kain merah ini diberikan kepada anak-anak untuk menghindari dari mahluk jahat yang senang menganggu anak-anak.
Berdasarkan tradisi, yang penting sebenarnya justru kain berwarna merah itu. Bukan uang yang ada di dalamnya. Seiring perjalanan waktu, anak-anak tentu lebih mementingkan uang ketimbang kain atau amplop merah.
Belakangan, gambar pada amplop merah juga semakin beragam. Tidak hanya bertuliskan huruf Fu, yang berarti keberuntungan, dengan bertinta emas. Namun kini, amplop-amplop itu juga bergambar shio seperti kelinci yang sosoknya tidak lagi formal tapi imut-imut.
Bahkan gambarnya menjadi semakin beragam, seperti gambar tokoh kartun Disney, Mickey Mouse yang jelas tidak ada dalam budaya China. Bahkan warnanya pun terkadang tidak lagi didominasi merah. Perusahaan yang memiliki warna korporat biru misalnya, dapat mencetak amplop tahun baru berwarna biru juga.
Kegunaan amplop itu tetap sama yakni untuk membagikan uang, membagikan kebahagiaan. Reaksi yang menerima baik amplop merah atau biru pun sama, tersenyum. Lebar atau tidaknya senyum itu kemudian tidak dipengaruhi oleh warna amplop sebaliknya oleh jumlah warna dan jumlah lembaran uang yang diselipkan di dalamnya.
Simbol berbagi
Eddy mencermati bahwa pemberian amplop berisi uang tersebut merupakan simbol berbagi yang ada dalam berbagai kebudayaan. Dalam kebudayaan China, salah satu momen berbagi yang hingga kini masih dilakukan secara luas adalah berbagi uang di amplop merah tersebut.
Setelah satu tahun bekerja keras, tidak ada salahnya untuk membagikan sebagian dari hasil kerja tersebut kepada kerabat. Dipercaya juga, dengan memberi dan berbagi, keberuntungan akan menghampiri.
“Sama seperti ketika Lebaran amplop berwarna hijau diberikan kepada anak-anak,” kata Eddy yang pernah mengajar di Beijing Foreign Studies University, Beijing ini. Di Malaysia, amplop Lebaran ini disebut juga sampul hijau atau sampul duit raya.
Orang yang sudah menikah dan bekerja, memberikan amplop merah ini kepada anak-anak juga orang tuanya. Seorang berusia 40 tahun, mapan, berkedudukan tinggi di tempat bekerjanya, tapi masih lajang, tetap akan mendapatkan angpao dari kerabatnya.
“Orang yang belum menikah dianggap belum mandiri,” jelas Eddy. Dengan begitu, secara tradisi, orang dewasa yang belum menikah tidak wajib memberikan angpao.
Walau kebahagiaan dalam sepucuk angpao akhirnya juga kerap diberikan oleh bos kepada anak buahnya. Bahkan, sebelum pandemi, menjelang Imlek di Wihara Dharma Bakti atau Klenteng Jindeyuan di kawasan Petak Sembilan Glodok Jakarta, puluhan orang akan duduk berbaris rapi di halaman wihara. Mereka menantikan angpao Imlek dari pengunjung yang datang.
Di wihara itu, pemberi dan penerima angpao umumnya tidak saling mengenal. Semangat berbagilah yang mempertemukan mereka dalam selembar angpao. Dan, tidak perlu ada perkenalan terlebih dahulu karena yang penting semuanya senang dan bersuka cita.
Tebal atau tipis?
Pengamat kebudayaan China dan penulis buku "Hidup Tidak Berarti Pergi", Herwiratno mengatakan, jumlah uang di dalam angpao ditentukan oleh beberapa faktor. Diantaranya, hubungan dengan orang yang diberi angpao. Semakin dekat hubungan seperti anak kandung atau cucu, tentu semakin banyak isinya dibandingkan angpao untuk anak tetangga.
Terkadang tebal atau tipisnya angpao tergantung juga dari ucapan yang disampaikan oleh anak kepada orang tua. Kalau hanya bilang “Gongxi facai”, bisa-bisa yang keluar amplop tipis. Kalau anak atau cucunya bilang “Gongxi facai, wanshi ruyi”, amplop yang diterima biasanya agak tebal.
Ada anak yang bisa mengucapkan “Gongxi facai, wanshi ruyi, shenti jiankang” wah bisa dapat angpao tebal,” kata Herwiratno. Tidak heran jika menjelang Imlek anak-anak berusaha menghafalkan ucapan salam tahun baru ini.
Gongxi facai bermakna semoga sejahtera. Wanshi ruyi berarti semoga harapan terpenuhi. Shenti jiankang berarti semoga sehat. Terkadang, ada pula ucapan Xinnian jinbu, semoga mendapat kemajuan di tahun baru ini dan suisui pingan, semoga terhindar dari bencana.
Ucapan tersebut, sebaiknya diungkapkan kepada orang yang tepat. Misalnya, shenti jiankang yang disampaikan pada kakek atau nenek, merupakan doa dan pengharapan untuk kesehatan mereka. Angpao diterima dengan menggunakan kedua tangan dan tidak dibuka di depan orang yang memberi angpao,
Menurut kepercayaan, uang yang diberikan dalam angpao sebaiknya uang baru yang masih licin mengkilap. Ada yang percaya, memberi angpao berisi uang kusut dan kumal akan mengurangi berkah bagi pemberinya, jadi usahakan memberi yang terbaik dengan tulus, bukan sembarang mengisi angpao. Tidak heran jika banyak orang rela antre di bank untuk menukarkan uang menjelang Imlek, sama seperti ketika Lebaran hampir tiba.
Uang yang diberikan dalam angpao sebaiknya uang baru yang masih licin mengkilap.
Lembaran uang yang ada di dalam angpao pun tidak boleh berisi empat helai. Sebaiknya enam atau delapan helai. Nominalnya tidak perlu seragam, misal ada Rp 10.000-an dua lembar ditambah empat lembar Rp 5.000-an.
Dalam berbagai aspek kehidupan budaya China, angka 4 selalu dihindari. Pelafalan angka empat si, sama seperti pelafalan si yang berarti mati. Nomor rumah, nomor lantai gedung, hingga isi angpao pun menghindar dari angka 4 ini.
Herwiratno mengatakan, saat ini tidak hanya amplop fisik yang diberikan ketika Imlek. Perkembangan zaman telah memungkinkan angpao Imlek diberikan berupa uang elektronik.
“Angpao elektronik itu juga diberi latar belakang merah,” kata dia. Ketika pandemi berlangsung, karena keterbatasan gerak, angpao elektronik ini sangat banyak digunakan. Apalagi, ketika pertemuan-pertemuan keluarga besar hanya dilakukan terbatas demi menjaga kesehatan anggota keluarga yang sudah tua.
Baik angpao kertas ataupun e-angpao punya esensi sama yakni berbagi berkah. Semoga saat Imlek kemarin, banyak dari kita yang dengan tulus banyak-banyak berbagi.