Toleransi menjadi bagian terpenting dalam menjaga kehidupan berbangsa dan bernegara. Pemerintah pun berkomitmen untuk terus menghidupkan moderasi beragama dalam kehidupan bermasyarakat.
Oleh
Redaksi
·3 menit baca
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Warga keturunan Tionghoa bersembahyang di Kelenteng Hok Lay Liong di Margahayu, Kota Bekasi, Jawa Barat, Jumat (20/1/2023) malam. Kelenteng pertama dan terbesar di Kota Bekasi tersebut siap menyambut tahun baru Imlek 2023.
Tahun baru China, biasa disebut Imlek, dirayakan warga Tionghoa pada Minggu (22/1/2023) besok. Tahun ini, Imlek dirayakan saat pandemi Covid-19 belum berlalu.
Bagi warga Tionghoa di negeri ini dan juga warga lain yang ikut merayakannya, perayaan Imlek 2574 (tahun Kongzili) ini, adalah kali yang ke-24, setelah Presiden Abdurrahman Wahid (1999-2001) menerbitkan Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2000 yang mencabut Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat Cina.
Kelahiran Keppres No 6/2000, yang segera diikuti dengan penyelenggaraan berbagai perayaan agama, budaya, dan kepercayaan Tionghoa di Indonesia, menjadi wujud kehadiran negara untuk melindungi hak warganya. Imlek ditetapkan pula sebagai hari libur nasional sehingga warga yang merayakan bisa leluasa dan khusyuk melaksanakan upacara itu.
Perayaan Imlek diyakini terjadi pada zaman Dinasti Shang (1600-1046 sebelum Masehi). Pada masa itu, orang menggelar upacara pengorbanan untuk menghormati dewa dan leluhur, pada setiap awal dan akhir tahun. Cerita Imlek juga diwarnai dengan legenda serangan monster bernama Nian, yang takut pada bunyi-bunyian keras dan warna merah. Warga melawan monster itu dan mengalahkannya sehingga bisa memulai dan mengakhiri tahun dengan kegembiraan dan kesejahteraan.
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Dua belas patung shio termasuk shio kelinci sebagai shio pada Imlek 2574 Kongzili menghiasi gerbang di kawasan Pantjoran Chinatown Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta Utara, Jumat (20/1/2023).
Dari kisah itu, hakikat perayaan Imlek adalah membina diri dan mengubah hidup ke arah yang lebih baik dengan semangat baru. Warga Tionghoa, terutama umat Khonghucu, diajak untuk melaksanakan ajaran agama dan tradisinya dengan lebih baik, senantiasa mengambil jalan keharmonisan dalam hidup. Semangat ini terasa sangat relevan dengan kondisi bangsa ini yang tahun ini mulai meninggalkan pandemi Covid-19. Warga memasuki tahapan hidup baru dan tak mungkin sendiri atau hanya mengandalkan golongannya, tetapi harus melakukannya bersama-sama dengan warga lainnya secara harmonis.
Tahun baru China juga selalu ditandai dengan simbol hewan menurut siklus zodiak. Tahun 2023 ini adalah tahun kelinci air, yang melambangkan umur panjang, kedamaian, dan kemakmuran dalam budaya Tionghoa. Tahun ini pun bisa dimaknai dengan harapan, bangsa Indonesia tidak hanya memasuki era endemi Covid-19, tetapi memasuki tahun yang penuh kedamaian dan kemakmuran. Inilah tahun awal kehidupan baru.
Pemilu 2024, yang digelar pada 14 Februari tahun depan, empat hari setelah tahun Kelinci Air berakhir, diharapkan juga berlangsung damai dan menghasilkan pemerintahan yang bisa membawa kesejahteraan dan kemakmuran bagi rakyat. Harapan ini hanya dapat terwujud, jika seluruh rakyat Indonesia saling menghormati dan bekerja bersama bagi kesejahteraan bersama pula, dalam suasana yang harmonis.
Saat perayaan Imlek 2573, pada 5 Februari 2022, Presiden Joko Widodo mengingatkan, perayaan itu harus menjadi momentum untuk memperkuat kehidupan keagamaan yang moderat dan toleran. Toleransi menjadi bagian terpenting dalam menjaga kehidupan berbangsa dan bernegara. Pemerintah pun berkomitmen untuk terus menghidupkan moderasi beragama dalam kehidupan bermasyarakat. Gong Xi Fa Cai....
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Festival Lampion di gedung tua bekas istal kuda di Pecinan Tambak Bayan, Surabaya, Jumat (20/1/2023).