Setelah Sembilan Tahun UU Desa
Dana Desa telah menetaskan pertumbuhan ekonomi warga desa, pengurangan penganggur desa, hingga meningkatkan rata-rata lama sekolah dan harapan hidup warga desa. Ketika pandemi Covid-19, desa paling tahan terhadap krisis.
Masyarakat di pelosok Nusantara; sampai yang terpencil, terluar, dan di titik perbatasan negara; pada 15 Januari 2023 menggelar Selamatan Desa, memperingati Hari Lahir UU No 6/ 2014 tentang Desa.
Ini UU yang terus membawa mental reformasi: daulat desa, percaya desa, menyejahterakan golongan terbawah.
Sejak 15 Januari 2014 dimulailah paradigma baru pembangunan Indonesia, yakni membangun dari beranda Indonesia, membangun dari desa, membangun dari pinggiran, membangun dari perbatasan negara.
Jokowi dan desa
Kiprah Presiden Joko Widodo dan perkembangan desa tidak terpisahkan. Tidak hanya berkutat pada diskursus Nawacita, tetapi sekaligus mencipta kaki untuk bergerak di lapangan. Dibentuk Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi sekaligus disalurkan Dana Desa ke seluruh 74.961 desa, langsung dari rekening kas umum negara ke rekening kas desa.
Sebanyak Rp 468 triliun lebih dana desa yang disalurkan segera menyulut api kebangkitan sebagaimana terekam dalam Indeks Desa Membangun (IDM). Sepanjang 2015-2022, desa mandiri meningkat dari 174 desa menjadi 6.238 desa.
Desa maju bertambah dari 3.608 desa menjadi 20.249 desa. Desa berkembang juga meningkat dari 22.882 desa menjadi 33.902 desa. Sementara desa tertinggal dan desa sangat tertinggal terus berkurang, dari 33.592 desa tertinggal berkurang menjadi 9.584 desa, dan desa sangat tertinggal turun dari 13.453 menjadi 4.982 desa.
Manfaat Dana Desa bukan hanya sekadar pameran panjang jalan, jembatan, tambatan perahu, penahan tanah, drainase, melainkan juga unit dan volume kegiatan.
Manfaat Dana Desa bukan hanya sekadar pameran panjang jalan, jembatan, tambatan perahu, penahan tanah, drainase, melainkan juga unit dan volume kegiatan. Lebih dari itu, Dana Desa telah menetaskan pertumbuhan ekonomi warga desa, pengurangan penganggur desa, hingga meningkatkan rata-rata lama sekolah dan harapan hidup warga desa.
Bahkan, ketika pandemi Covid-19 merontokkan kehidupan masyarakat, desa membuktikan diri sebagai entitas yang paling tahan terhadap krisis. Ketika periode 2020-2022 kemiskinan kota meningkat dari 6,69 persen menjadi 7,5 persen, kemiskinan di desa justru turun 0,32 persen, dari 12,85 persen menjadi 12,29 persen.
Begitu pula ketika indeks ketimpangan di kota yang sudah tinggi terus melonjak, dari 0,390 ke 0,403, ketimpangan di desa tetap lebih rendah dan turun dari 0,320 ke 0,314.
Berbagai produk unggulan desa kini telah diterima pasar internasional. Sebutlah 600 ton kunyit, temulawak, dan jahe dari Ponorogo diterima pasar di India, Bangladesh, dan negara-negara Timur Tengah.
Sebanyak 12 ton buah-buahan tropis dari Banyuwangi telah diekspor ke Eropa, Timur Tengah, dan Singapura. Songket dari Deli Serdang kini sudah banyak digunakan dan dikoleksi warga Uni Emirat Arab, Australia, Jepang, Jerman, Malaysia, Singapura, dan Malaysia. Sebanyak 10 ton porang dari Lombok Utara juga sudah masuk pasar Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Jepang.
Kopi desa-desa Aceh juga sudah bisa dinikmati di Inggris, AS, dan Belanda. Tepung mocaf dari Banjarnegara sudah laku di Turki. Nilai ekspor produk dari desa tidak kurang dari Rp 20 miliar saban tahun.
Sebentar lagi akan lebih banyak produk dari desa-desa di Indonesia siap bersaing secara kompetitif dan diperdagangkan di pasar internasional. Telah siap produk beras organik, kopra, rumput laut, vanili, mete, produk anyaman, pisang cavendish, lada putih, hingga ikan koi.
Kebangkitan BUM Desa
Mesinnya berasal dari kelembagaan ekonomi desa yang kian lincah menggerakkan serta meningkatkan ekonomi warga desa. Untuk meningkatkan ekonomi desa melalui BUM Desa dan BUM Desa Bersama, sepanjang 2015-2022, Dana Desa Rp 5,8 triliun telah dialokasikan sebagai modal usaha. Hasilnya, Rp 1,8 triliun pendapatan asli desa bersumber dari bagi hasil keuntungan BUM Desa.
Pada 2014 baru berdiri 8.189 BUM Desa. Kini, pada 2022, sebanyak 60.417 BUM Desa telah beroperasi di desa. Tercatat pula berdirinya 6.583 BUM Desa Bersama sebagai wujud kerja sama usaha antardesa.
Sebentar lagi akan lebih banyak produk dari desa-desa di Indonesia siap bersaing secara kompetitif dan diperdagangkan di pasar internasional.
BUM Desa menguat menjadi badan hukum tersendiri. Sampai 12 Januari 2023 telah dikeluarkan nomor badan hukum bagi 11.994 BUM Desa dan 863 BUM Desa Bersama. Masih ada 35.245 BUM Desa dan 3.386 BUM Desa Bersama yang berproses register badan hukum.
Transformasi Unit Pengelola Kegiatan (UPK) eks PNPM Mandiri Perdesaan membuat kredit terjangkau bagi golongan termiskin di desa. Sebanyak 591 telah berbadan hukum BUM Desa Bersama LKD. Sebesar Rp 113 miliar lebih Dana Desa menjadi penyerta dana bergulir masyarakat ini. Tak pelak, telah lebih dari Rp 5,2 triliun aset bersama terbentuk.
Desa perbatasan negara
Presiden Jokowi menempatkan pembangunan dari pinggiran Indonesia sebagai salah satu agenda strategis.
Wilayah hukum Indonesia memiliki tiga perbatasan darat dengan Malaysia, Papua Niugini, dan Timor Leste. Sementara perairan Indonesia berbatasan dengan India, Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, Filipina, Palau, Australia, Timor Leste, dan Papua Niugini.
Sebanyak 1.899 desa berada di beranda depan Indonesia. Pada 2015-2022, Rp 13,784 triliun Dana Desa telah mengucur ke sana. Dana Desa dimanfaatkan untuk membangun fasilitas pendidikan, kesehatan, transportasi, pangan, dan sektor pembangunan lainnya.
Kemajuan desa-desa di perbatasan negara telah melompat. Dari semula tak ada sama sekali desa mandiri kini telah terwujud 118 desa mandiri dan 329 desa maju. Desa sangat tertinggal turun drastis dari 763 desa, kini tinggal 148 desa. Telah berkembang pula 1.445 BUM Desa, dan 180 di antaranya telah teregister sebagai badan hukum.
Berkat UU Desa, desa-desa di perbatasan Indonesia siap menjadi titik hubung kolaborasi pembangunan desa-desa lintas negara, sumbu konektivitas ekonomi, hingga asimilasi budaya, dengan tetap berpijak pada kedaulatan negara masing-masing.
Inilah wajah beranda Indonesia masa kini. Bukan lagi mimpi, desa-desa pinggiran turut membangun bangsa dan mewarnai dunia.
A Halim Iskandar, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi