Pengendalian penyakit hewan menular membutuhkan dana besar untuk vaksinasi ataupun pengobatan dan pencegahan sehingga diperlukan sokongan anggaran untuk mengendalikan LSD.
Oleh
drh Richard Alfonsus Saroha Situmorang
·2 menit baca
Wabah lumpy skin disease atau LSD yang muncul awal tahun 2022, sebelum merebaknya penyakit mulut dan kuku, membuat pemerintah harus menangani dua penyakit sekaligus. Keduanya merugikan peternak secara ekonomi di tahun yang sama.
Penyakit mulut dan kuku (PMK) yang muncul kemudian menyebabkan pengendalian LSD terkesan teralihkan karena dampak penularan PMK yang lebih cepat. Namun, wabah LSD kembali muncul di Pulau Jawa belakangan ini meski kasus awal di Provinsi Riau sudah bisa dikendalikan.
Pemerintah harus menyiapkan strategi khusus untuk mengendalikan LSD agar tidak menyebar sangat cepat ke seluruh pulau dengan kerja sama semua aspek. Fokus pengawasan lalu lintas ternak dan pengendalian vektor juga harus sangat diperhatikan.
LSD pada ternak sapi berdampak terhadap menurunnya produksi susu, terganggunya reproduksi, dan terhambatnya pertambahan bobot badan sapi. Pemahaman peternak tentang LSD masih sangat minim sehingga perlu penyebaran informasi yang jelas agar tidak terjadi kepanikan sehingga ternak tidak dijual.
Deteksi dini untuk pengendalian LSD juga sangat diperlukan sehingga perlu adanya pemahaman peternak akan gejala penyakit ini. Dengan demikian, jika ditemukan kasus, bisa diatasi dengan penanganan yang tepat dan mencegah penularan secara cepat.
Pengendalian penyakit hewan menular membutuhkan dana besar untuk vaksinasi ataupun pengobatan dan pencegahan sehingga diperlukan sokongan anggaran untuk mengendalikan LSD.
Pemerintah bisa belajar dari Provinsi Riau, bagaimana cara mengendalikan LSD sehingga tidak menyebar ke daerah lain. Semoga menjadi perhatian bersama.
drh Richard Alfonsus Saroha Situmorang Sekretaris PDHI Kalimantan Utara, Griya Persemaian, Kota Tarakan, Kalimantan Utara