IMF mengajak dunia memecahkan Simpul Gordian dalam konteks terkini. Tidak dengan jalan pedang dan jalan kuasa yang merusak tatanan, melainkan melalui pemikiran “out of the box” yang kreatif, tegas, dan membangun.
Oleh
Hendriyo Widi
·5 menit baca
Saat para pembuat kebijakan dan pemimpin bisnis berkumpul di Forum Ekonomi Dunia (WEF), mereka menghadapi Gordian Knot, Simpul Gordian. Dari soal perlambatan ekonomi global, perubahan iklim, krisis biaya hidup, hingga tingkat utang yang tinggi, tidak ada cara mudah untuk memotongnya.
Ditambah lagi dengan ketegangan geopolitik, mengatasi masalah-masalah vital global akan semakin sulit. Meskipun membutuhkan lebih banyak kerja sama internasional di berbagai bidang, dunia menghadapi momok Perang Dingin baru. Hal itu dapat membuat dunia terfragmentasi menjadi persaingan blok ekonomi.
Begitu kata Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva di Davos, Swiss, Senin (16/1/2023). Petinggi IMF itu mengawali acara tahunan WEF dengan Simpul Gordian (Gordian Knot), sebuah legenda Frigia, kerajaan di bagian barat-tengah Anatolia yang kini menjadi bagian Turki.
Evan Andrews, dalam What Was the Gordian Knot? (History, 29/8/2018), menyebutkan, Simpul Gordian merupakan beberapa simpul tali yang saling terikat erat yang susah dibuat dan tak mudah dilepas. Simpul Gordian ini merupakan leksikon untuk menggambarkan solusi kreatif atau tegas guna memecahkan masalah yang tampaknya tidak dapat diatasi.
Simpul Gordian ini merupakan leksikon untuk menggambarkan solusi kreatif atau tegas guna memecahkan masalah yang tampaknya tidak dapat diatasi.
Legenda ini menjadi bagian kisah Alexander Agung (356 SM-323 SM). Pada 333 SM, sang penakluk Asia dan Persia ini memasuki Gordium, ibu kota Frigia. Dia menemukan gerobak sapi milik Gordius, raja pertama Frigia yang berasal dari Yunani. Bagian tangkai penarik gerobak itu diikat tali simpul rumit terbuat dari kulit kayu pohon cornel.
Ramalan kuno Frigia menyebutkan, orang yang dapat melepas simpul itu akan menjadi penguasa Asia. Ada dua versi yang berkembang tentang cara Alexander melepas simpul itu. Pertama, memotongnya dengan sekali tebasan pedang. Kedua, melonggarkan simpul dengan menarik pasak penghubung tangkai penarik dengan gerobak.
Georgieva mengutip leksikon itu bukan tanpa maksud. Simpul Gordian menjadi gambaran situasi dunia saat ini yang penuh ketidakpastian. Ekonomi global tengah menghadapi meningkatnya risiko perpecahan atau fragmentasi yang dipicu konflik dagang Amerika Serikat-China dan perang Rusia-Ukraina.
Fragmentasi ini muncul dalam bentuk pembatasan perdagangan, hambatan penyebaran teknologi, pembatasan lintas sektor yang memicu berkurangnya aliran modal, dan penurunan kerja sama internasional. Dalam skenario terbatas, fragmentasi perdagangan global bisa menyebabkan 0,2 persen dari produk domestik bruto (PDB) global hilang. Dalam skenario parah, dunia akan kehilangan 7 persen PDB.
Simpul Gordian menjadi gambaran situasi dunia saat ini yang penuh ketidakpastian. Ekonomi global tengah menghadapi meningkatnya risiko perpecahan atau fragmentasi.
IMF mengajak para pembuat kebijakan dan pimpinan bisnis yang menghadiri WEF memecahkan tantangan Simpul Gordian dalam konteks terkini. Tidak dengan jalan pedang atau kekerasan, jalan kuasa yang merusak tatanan, dan restriksi, melainkan melalui pemikiran dengan sudat pandang berbeda dari kebanyakan solusi (out of the box) yang kreatif, tegas, dan membangun.
Jalan RI
Meskipun diperkirakan tak berdampak besar, rambatan Simpul Gordian dunia tetap akan memengaruhi perlambatan ekonomi Indonesia. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS terdepresiasi, inflasi tinggi, dan pasar utama ekspor melemah sehingga berujung pada pemutusan hubungan kerja di sejumlah industri padat karya berbasis ekspor.
Terbaru, pada 16 Januari 2023, Badan Pusat Statistik merilis, inflasi tinggi akibat imbas kenaikan harga pangan dan energi menyebabkan garis kemiskinan (GK) meningkat tajam dan tingkat kemiskinan naik tipis pada September 2022. GK pada bulan tersebut sebesar Rp 535.547 per kapita per bulan. Dengan rata-rata rumah tangga miskin di Indonesia memiliki 4,34 orang anggota keluarga, rata-rata GK per rumah tangga miskin sebesar Rp 2.324.274 per bulan.
GK pada September 2022 itu merupakan peningkatan tertinggi dalam sembilan tahun terakhir atau sejak September 2013. Saat itu GK naik 6,84 persen juga lantaran harga bahan bakar minyak naik.
Kenaikan GK atau pengeluaran minimum yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok per kapita per bulan itu menyebabkan tingkat kemiskinan meningkat tipis dari 9,54 persen dari total penduduk menjadi 9,57 persen pada September 2022.
Kondisi itu menunjukkan RI punya Simpul Gordian sendiri yang perlu dipecahkan. Levelnya tak sesulit dan sepelik Simpul Gordian dunia, karena Indonesia belum berada dalam situasi kegentingan memaksa. Indonesia juga tidak akan mengalami resesi pada tahun ini, karena daya tahan perekonomiannya cukup kuat.
Pertumbuhan ekonomi sepanjang 2022 diperkirakan masih tumbuh di atas 5 persen, sedangkan pada 2023 diperkirakan masih berada di kisaran 4,7-5,3 persen. Neraca perdagangan sepanjang 2022 juga surplus sebesar 54,64 miliar dollar AS.
Konsumsi rumah tangga sebagai komponen terbesar penopang pertumbuhan ekonomi juga diperkirakan masih dapat tumbuh di kisaran 5 persen pada triwulan IV-2022. Kementerian Investasi bahkan memperkirakan total realisasi investasi pada 2022 bisa mencapai lebih dari 1.200 triliun.
Langkah-langkah itu masih cukup ampuh untuk menahan tekanan rambatan Simpul Gordian global ke dalam negeri. Bukannya justru mendadak mengambil jalan kuasa atas nama “kegentingan memaksa” untuk melahirkan Perppu Cipta Kerja.
Kendati begitu, RI tetap perlu mewaspadai dan menjaga inflasi yang bakal memengaruhi penurunan daya beli masyarakat di tengah pendapatan yang belum sepenuhnya pulih. Sepanjang 2022, inflasi tahunan Indonesia mencapai 5,51 persen, jauh di atas target Bank Indonesia dan pemerintah yang sebesar 2-4 persen. Selain itu, RI juga perlu mewaspadai dan menjaga nilai tukar rupiah, investasi, pasar ekspor, dan pengurangan tenaga kerja.
Sejumlah langkah konvensional maupun out of the box telah dilakukan pemerintah dan otoritas terkait untuk mengatasi Simpul Gordian RI tersebut. Misalnya, menaikkan suku bunga acuan bank sentral, menambah cadangan devisa melalui devisa hasil ekspor, mencari pasar ekspor baru, menyubsidi kedelai impor, memberikan jaring pengaman sosial, dan melanjutkan restrukturisasi kredit sejumlah sektor tertentu.
Langkah-langkah itu masih cukup ampuh untuk menahan tekanan rambatan Simpul Gordian global ke dalam negeri. Bukannya justru mendadak mengambil jalan kuasa atas nama “kegentingan memaksa” untuk melahirkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja.