Tidak ada gunanya bagi kita apabila kita tidak sanggup memanfaatkan bonus demografi untuk memenuhi cita-cita rakyat kita: hidup bahagia dan sejahtera.
Oleh
Hadisudjono Sastrosatomo
·3 menit baca
MAWAR KUSUMA WULAN/KOMPAS
Menteri Sekretaris Negara Pratikno menegaskan bahwa tidak akan ada perombakan kabinet pada bulan Januari ini. Hal ini diungkapkan Pratikno usai sidang kabinet paripurna perdana tahun 2023 di Istana Negara, Jakarta pada Senin (16/1/2023),
Jika pemerintah berkehendak meninggalkan warisan bagi bangsa, tulisan M Zaid Wahyudi di Kompas (Kamis, 28/12/2022), ”Mutu SDM Jadi Tantangan Besar”, patut dihayati.
Pada kalimat pembuka ditulis: Saat Indonesia berada di puncak bonus demografi, mutu sumber daya manusia jadi tantangan besar. Rendahnya kemampuan kognitif dan mutu kesehatan warga jadi masalah yang belum teratasi.
Ocehan saya (Kompas, 20/12/2022) menanggapi buruknya gizi mayoritas rakyat Indonesia terkait tengkes serta pertumbuhan tinggi badan, dan di tulisan lain tentang tingkat kecerdasan pelajar dalam studi PISA yang justru menurun saat ini, ditulis M Zaid lebih rinci.
Seperti biasa saya mengajak sidang pembaca untuk menelaah artikel M Zaid secara lengkap. Tidak satu pun aspiran yang bercita-cita menjadi nakhoda negeri tercinta ini tahun 2024, mengemukakan masalah mendasar masa depan bangsa ini: mutu manusia.
Bung Hatta dalam pidatonya di depan sidang KNIP 10 Desember 1949 menunjukkan watak pemimpin di zaman itu, bahwa Indonesia merdeka bukan tujuan akhir. Indonesia merdeka hanya syarat untuk bisa mencapai kebahagiaan dan kemakmuran rakyat.
Tidak ada gunanya bagi kita apabila kita tidak sanggup memanfaatkan bonus demografi untuk memenuhi cita-cita rakyat kita: hidup bahagia dan sejahtera jasmani ataupun rohani. Rohani dapat dimaknai sebagai urusan spiritual dan intelektual. Manusia Indonesia cerdas, maju, dan tangguh tidak cukup hanya diucapkan. Perlu arah kebijakan yang nyata.
Sebagai penutup saya sajikan satu ilustrasi yang dapat menggambarkan pelaksanaan cita-cita luhur Bung Hatta yang masih jauh dari pencapaian. Indonesia di Asia berada di urutan ke-75 untuk kemajuan sains, teknologi, dan inovasi. Jadi, bukan bonus demografi yang kita peroleh, melainkan beban demografi.
Hadisudjono SastrosatomoAnggota Tim Pengarah Pusat Etika Bisnis dan Organisasi SS-PEBOSS-STM PPM Menteng Raya, Jakarta
Kata para pakar psikologi, humor itu agresif. Saya setuju, tetapi saya tidak merasa terserang oleh humor Butet itu, sebab saya bukan lesan (target) serangannya. Pastilah ada pihak-pihak lain yang merah-panas daun telinganya.
Di paragraf pungkasan, Butet bilang tidak tahu apakah tulisan itu cerminan kehausannya untuk ditepuktangani karena nyalinya menyindir ke sana-sini.
Saya anjing yang menggonggong, tetapi saya tahu bahwa dia bukan tidak tahu. Dia cuma ”kura-kura dalam perahu”.
L WilardjoKlaseman, Salatiga
Bhinneka Tunggal Ika
Garuda dengan tulisan Bhinneka Tunggal Ika menjadi lambang NKRI. Arti tulisan itu berbeda-beda, tetapi satu.
Prinsip itu harus dipegang teguh agar kita dapat hidup bersama dengan siapa saja secara damai dan bahagia. Apalagi bangsa Indonesia sangat majemuk suku, warna kulit, bahasa, budaya, dan lainnya.
Membaca Surat kepada Redaksi (Kompas, 11/1/2023) dari Sdr Bharoto, Semarang, dengan judul ”Kandidat Presiden 2024”, saya setuju. Seluruh bangsa Indonesia harus menjadikan pilpres dan pemilu serentak 2024 sukses. Berlangsung penuh sukacita dan gairah, memegang teguh semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Dalam situasi global yang tak menentu dan bencana bertubi-tubi, egosentris tentu harus dibuang jauh. Jangan ada yang merasa kuat dan benar sendiri. Selesaikan masalah dengan musyawarah dan mufakat, buang semua kebencian agar energi bangsa tak terbuang percuma.
Suharno Warungboto, Yogyakarta
Terima Kasih
Saya pernah mencoba mengirim tulisan cerita anak, opini, artikel, cerita pendek, dan puisi ke Redaksi Kompas. Semua berakhir dengan surat pemberitahuan bahwa tulisan saya belum dapat dimuat.
Saya berganti haluan dengan menulis surat pembaca di Kompas, sejak 2013. Ada yang dimuat, ada yang tidak.
Di ruang sempit itulah saya mengeluarkan unek-unek, usul, dan tulisan singkat lainnya. Mungkin di sinilah ”ladang” saya menulis dan ikut berkarya untuk Kompas.
Terima kasih Redaksi Surat Pembaca yang sudah menghargai pembaca, dengan memuat tulisan-tulisan saya.