Satu-satu pekerjaan rumah mari kita tangani, yaitu penyelarasan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri dengan pendidikan vokasi.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Salah satu tujuan dari kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka atau MBKM ialah kian dekatnya dunia pendidikan dan lulusannya dengan dunia industri.
Dengan begitu, tak terjadi lagi pendidikan menyusun kurikulum yang tak selaras dengan perkembangan di dunia industri. Jika lulusannya tak selaras dengan kebutuhan industri, diperlukan waktu dan biaya untuk melatih agar bisa bekerja dengan penyesuaian sesingkat mungkin. Menurut Staf Ahli Bidang Inovasi Kemendikbudristek Jonny Oktavian Hatyanto, dunia usaha dan dunia industri (DUDI) tidak membutuhkan lulusan yang siap latih, tetapi siap kerja (Kompas, 13/1/2023).
Keinginan itu perlu didukung oleh kebijakan DUDI untuk membuka diri demi tercapainya kolaborasi pengembangan sumber daya manusia. Namun, hingga kini masih ada kesenjangan, atau kebelumsiapan kedua pihak, untuk saling menyelaraskan kompetensi dan karakter yang dibutuhkan guna menghasilkan lulusan yang siap kerja.
Salah satu kegiatan untuk mempersempit kesenjangan DUDI dan dunia pendidikan berlangsung Kamis (12/1/2023) di Batam, melibatkan Politeknik Negeri Batam (Polibatam). Sebanyak 72 DUDI mendukung inisiatif Polibatam-Industry Festival ini.
Dari sudut pandang Polibatam, kegiatan ini merupakan wujud keterbukaan diri. Dari DUDI, keterlibatannya memperlihatkan kepercayaan kepada Polibatam untuk menyelaraskan diri dengan DUDI.
Kegiatan serupa itu, dan digelar di Batam, yang dari awal pengembangannya dimaksudkan untuk industri, kita pandang tepat. Dukungan terhadap pendidikan vokasi di Batam, seperti politeknik, SMK, balai latihan kerja, serta lembaga kursus dan pelatihan, seperti dikatakan Kepala Pusat Pengembangan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas dan Kawasan Ekonomi Khusus Badan Pengusahaan Batam Syakir Widyasa, merupakan hal nyata.
Satu ironi jika selama ini SDM yang dibutuhkan DUDI di Batam masih berasal dari luar daerah. Sebab itu, pendidikan vokasi di Batam harus dikuatkan. Hal ini didasarkan pada pengalaman selama ini bahwa ada banyak lowongan kerja, seperti di galangan kapal, yang kekurangan pelamar. Contoh di Batam juga perlu dicermati untuk daerah lain agar kesenjangan antara suplai dan kebutuhan SDM yang dihasilkan dunia pendidikan dan kebutuhan industri tidak melebar.
Keterkaitan DUDI dan pendidikan tidak saja dibutuhkan bagi tenaga yang baru lulus (fresh graduate), tetapi juga untuk tenaga ahli madya dan seterusnya. Sebelum ini, kita mengenal jargon triple helix (keterkaitan antara dunia pendidikan/akademik, bisnis, dan pemerintah) yang kini diperluas menjadi penta helix (ditambah komunitas dan media).
Satu-satu pekerjaan rumah itu mari kita tangani, yaitu penyelarasan antara kebutuhan DUDI dan pendidikan vokasi. Ini juga terkait Revolusi Industri 4.0 yang melahirkan jenis pekerjaan baru. Jangan sampai kita terlambat mengantisipasi jika tak ingin kesenjangan DUDI-pendidikan semakin lebar.