Kalau hasil investasi tahun lalu kurang menggembirakan bahkan merugi, akui saja. Dengan begitu, ada hal positif yang bisa dipelajari sebagai bekal rencana investasi tahun ini, misalnya mengubah strategi investasi.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·3 menit baca
Dalam kehidupan sehari-hari, terkadang kita sulit untuk mengakui kekalahan. Baik kekalahan dalam hal ”receh”, seperti kalah taruhan Rp 50.000 dalam pertandingan sepak bola, maupun kalah dalam hal yang lebih serius, seperti kalah menahan nafsu amarah.
Ketika berinvestasi, terkadang kita juga mengalami kekalahan, misalnya dalam instrumen investasi saham. Berharap harga saham naik, tetapi ternyata malah menurun atau bahkan merugi.
Atau ketika berinvestasi properti, kita berharap mendapat penyewa sehingga ada penghasilan dari penyewaan propeti, tetapi hingga berbulan-bulan penyewa tidak kunjung datang. Ada kecenderungan pada sebagian orang, mereka kemudian mencari-cari berbagai alasan penyebab kekalahan ketimbang mengevaluasi diri.
Awal tahun ini merupakan masa yang baik untuk melihat kembali kinerja investasi kita. Dengan demikian, dapat diketahui apakah investasi itu berkembang atau malah melorot.
Sepanjang tahun 2022, situasi perekonomian secara umum tidak terlalu baik. Bank sentral Amerika Serikat menarik likuiditasnya untuk melawan laju inflasi dengan menaikkan suku bunga.
Akibatnya, bukan hanya likuiditas di pasar keuangan AS saja yang terpengaruh, melainkan juga likuiditas pasar keuangan seluruh dunia. Senang atau tidak senang kenyataannya demikian karena bank sentral AS merupakan penyedia likuiditas, tidak hanya untuk AS tetapi juga untuk dunia. Apa pun langkah bank sentral AS akan memengaruhi seluruh pasar keuangan yang sudah tidak berbatas ini.
Salah satu pengaruhnya terhadap Indonesia adalah kenaikan kurs dollar AS terhadap rupiah. Akibatnya, banyak investor keluar dari pasar keuangan domestik, terutama dari surat utang dan pindah ke pasar uang AS.
Demikian pula dengan pasar saham yang lebih sedikit menarik investor. Meski demikian, pasar saham Indonesia sebenarnya dipandang masih cukup menarik karena saham-saham komoditas menguat seiring penguatan harga komoditas global.
Kalau hasil investasi tahun lalu kurang menggembirakan bahkan merugi karena, misalnya, saham-saham teknologi melorot, akui saja. Dengan begitu, masih ada hal-hal positif yang bisa dipelajari.
Misalnya, mengubah strategi investasi, seperti mengubah portofolio dari saham ke surat utang yang bunganya cenderung menguat. Atau mengubah alokasi saham teknologi atau bank digital menjadi saham komoditas.
Bisa jadi juga, kesibukan yang semakin tinggi setelah level PPKM rendah membuat sebagian orang tidak dapat melakukan trading secara cepat lagi.
Jadi perlu dipikirkan kembali strategi yang lebih cocok dengan situasi terbaru, apakah berinvestasi dengan membeli saham setiap bulan atau menggunakan strategi swing yang tidak perlu memperhatikan perdagangan setiap saat secara ketat.
Evaluasi seperti itu dapat menjadi bekal untuk merencanakan investasi tahun ini. Para ekonom memperkirakan, berbagai tantangan yang dialami tahun 2022 masih akan berlanjut pada 2023. Dengan melakukan evaluasi, ada pelajaran dari tahun 2022 yang dapat dijadikan pegangan dalam berinvestasi tahun ini.
Dengan demikian, potensi kekalahan atau kinerja investasi yang kurang baik pada tahun lalu dapat dikurangi untuk tahun ini.