Tahun Baru dan Ledakan Pariwisata Perkotaan
Di kota besar, pergantian tahun kali ini berarti pesta rakyat semalam suntuk. Kemeriahan pesta itu menandai peluang besar kembali bergeloranya wisata kota sepanjang tahun depan yang tak lagi ada pembatasan.

Neli Triana, wartawan Kompas
Setelah hampir dua tahun serba dibatasi, menyambut tarikh anyar kali ini seperti membuka keran selebar-lebarnya bagi semua warga untuk turun ke jalan, berkumpul, dan begadang bersukaria sebebasnya. Apalagi kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM sudah resmi dicabut oleh pemerintah.
Di Jakarta, pesta tahun baru digelar di lima kota dan acara utama di sepanjang ruas protokol Jalan Sudirman-Thamrin, juga di Taman Mini Indonesia Indah. Cuaca buruk pun tidak menyurutkan semangat itu. Rekayasa dengan menaburkan berton-ton garam di langit hingga mendorong penyebaran hujan sampai ke kawasan sekitar dilakukan agar cuaca tetap terkendali.
Mereka yang bergabung dalam kemeriahan pesta Tahun Baru di Jakarta diproyeksikan tidak hanya dari dalam wilayah Ibu Kota dan aglomerasinya. Warga dari kota lain, bahkan turis mancanegara, termasuk para ekspatriat, turut dinantikan bergabung dalam keramaian yang disiapkan sejak beberapa pekan lalu tersebut.
Baca juga : Jalinan Erat Kota dan Agama
Masa libur akhir tahun dan menyambut 2023 kali ini menjadi semacam unjuk gigi Jakarta kepada publik secara luas. Kota yang terus dibenahi dan dipercantik dalam beberapa tahun belakangan seakan mencoba menyatakan kawasannya layak dikunjungi, layak menjadi tujuan wisata, di luar fungsinya sebagai ibu kota ataupun pusat bisnis nasional.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2019%2F01%2F25%2F7bbd818c-3748-4927-bfe9-10e995d08ab1_jpg.jpg)
Kota Tua, Jakarta Barat, Jumat (25/1/2019). Kawasan cagar budaya ini menjadi salah satu tujuan wisata kota di DKI Jakarta.
Kota yang menjadi tujuan wisata memang telah menjadi tren dunia sejak lama. Siapa yang tak ingin melancong ke Paris di Perancis, New York di Amerika Serikat, sampai ke Tokyo, Jepang, juga Seoul di Korea Selatan.
Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO) menyatakan kota-kota itu sejak puluhan tahun tenar menawarkan keberagaman area urban dengan bangunan-bangunan bersejarah dan modern kekinian. Fasilitas publik termaju, seperti jaringan angkutan umum hingga taman kota, tak luput menjadi daya tarik. Pusat-pusat perdagangan yang menawarkan bermacam jenis produk mengundang siapa saja, yang benar-benar butuh barang tertentu sampai pehobi shopping.
Seiring perkembangan di berbagai belahan dunia, kota-kota lain pun telah mengelola potensinya dan menjadi tujuan wisata global. Apa pun di kota dapat dikemas menjadi obyek wisata. Dari makanan pinggir jalan dan pusat pedagang kaki lima, wisata kampung asli, sampai hotel bintang lima dapat menjadi tujuan wisata tersendiri.
Perhelatan konser musik dan pertandingan olahraga telah menjadi bagian dari atraksi wisata kota yang mumpuni. Apalagi jika sebuah kota punya keunikan, seperti memiliki situs bernilai historis tinggi, berperan penting seperti sebagai ibu kota, dekat dengan obyek wisata alam menakjubkan, atau dilengkapi taman hiburan besar.
Baca juga : Rasa Perancis di Maroko
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2019%2F01%2F08%2Fd8271230-e1f5-4c03-a26b-b790eb8d027e_jpg.jpg)
Pemandangan kompleks Gelora Bung Karno (GBK) di Jakarta malam hari pada saat menjelang pembukaan Asian Games 2018, Sabtu (18/8/2018). Kompleks GBK menjadi pusat wisata kota untuk perhelatan olahraga, juga berbagai pameran dan pertunjukan musik.
Merujuk Worlddata, per 2020 dan masih diganggu pandemi Covid-19, Indonesia dikunjungi 4 juta wisatawan dan menduduki peringkat ke-44 di dunia sebagai negara tujuan turis. Ada tiga kota di Indonesia yang masuk 100 kota tujuan wisata dunia, yaitu Denpasar, Jakarta, dan Batam.
Pada 2019, mengutip Euromonitor, Worlddata menyebutkan ada 8,58 juta wisatawan asing masuk melalui Denpasar, 4,7 juta orang via Jakarta, dan 2,85 juta turis lewat Batam. Pada tahun yang sama, Indonesia memanen keuntungan 18,41 miliar dollar AS dari sektor pariwisata atau sekitar 1,6 persen dari total nilai produk dan jasa nasional (produk nasional bruto).
Pandemi yang kemudian datang menutup keran pendapatan sektor pariwisata. Kini, setelah berangsur pulih, sektor ini menggeliat terutama pariwisata urban karena dinilai lebih siap. Akan tetapi, menjadi tujuan wisata yang dapat stabil diminati dan terus mengundang jutaan turis datang ternyata membutuhkan lebih banyak dukungan sarana dan prasarana. Hal ini yang tidak semua kota di Indonesia memilikinya.
Dalam bab "Urban Tourism" di buku Key Concepts in Tourism, pariwisata perkotaan mencakup kegiatan pengunjung internasional dan domestik serta penduduk lokal di daerah perkotaan, dikontekstualisasikan oleh lanskap buatan dan alami, fasilitas dan infrastruktur. Daerah perkotaan sebagai sumber wisatawan sekaligus tujuan wisata dan pintu gerbang ke tempat lain.
Baca juga : Dari Kota Linier Madrid ke Kota Futuristik The Line Arab Saudi
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2021%2F11%2F23%2F4681612a-7df9-467a-a30e-cd44a09b93af_jpeg.jpg)
Pesisir utara Jakarta terlihat dari udara beberapa waktu lalu. Kawasan pesisir ini, selain menjadi pusat industri, juga permukiman dan wisata pantai hingga kompleks tempat hiburan serta pusat perbelanjaan.
Pariwisata perkotaan ditentukan dari elemen primer seperti atraksi dengan kemampuan untuk menarik wisatawan dan elemen sekunder seperti transportasi yang digunakan wisatawan untuk pergi dan pulang pelesiran.
Pariwisata urban penting dikembangkan dan dikelola dengan bijak karena lebih dari 50 persen populasi dunia mengalami urbanisasi. Akibatnya, dinamika dan fitur pariwisata perkotaan penting dipahami sebagai penggerak ekonomi pariwisata global. Akan tetapi, pariwisata urban tidak dapat dipisahkan dari masalah sosial, spasial, ekonomi, dan teknologi serta tata kelola urbanisasi dan respons lokal terhadap globalisasi.
Pariwisata perkotaan ditentukan dari elemen primer seperti atraksi dengan kemampuan untuk menarik wisatawan dan elemen sekunder seperti transportasi yang digunakan wisatawan untuk pergi dan pulang pelesiran. Seusai pandemi Covid-19, elemen kebersihan dan kesehatan pun menjadi penting.
Kota pusat pariwisata urban setidaknya memiliki fasilitas dasar, yaitu mampu melayani orang yang datang melalui pesawat udara, angkutan darat, ataupun laut. Kemudian, mengalirkannya melalui angkutan perkotaan yang memadai, memiliki fasilitas gedung pertunjukan ataupun stadion terbaik untuk perhelatan tingkat nasional, juga global, obyek-obyek wisata yang dikelola profesional, hingga tempat penginapan murah sampai mewah.
Baca juga : Menepi di Kota Kecil
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2019%2F04%2F01%2F29b2b7cf-b8ce-4328-9310-2c312fd88708_jpg.jpg)
MRT Jakarta bersama KRL Jabodetabek, LRT, dan jaringan bus Transjakarta di Jakarta terbilang paling lengkap se-Indonesia. Banyak warga dari daerah lain ingin menjajal moda-moda angkutan umum tersebut dan menjadikannya obyek wisata tersendiri.
Fasilitas sewa kendaraan pribadi tentu tak bisa dilarang. Akan tetapi, memberikan alternatif pilihan jaringan angkutan umum massal dan reguler yang terintegrasi lagi nyaman menjadi tulang punggung pariwisata urban. Orang akan tertarik karena kemudahan mobilitas tersebut.
Di luar transportasi publik, isu kebersihan juga amat penting. Kebersihan terkait dengan makanan yang higienis, lingkungan terutama di seputar tempat wisata dan menginap terutama menjaga agar tidak mudah menularkan berbagai penyakit, juga sistem pengelolaan limbah perkotaan secara menyeluruh.
Menjadi tujuan wisata yang membuat orang ingin kembali, sebuah kota perlu memiliki kebijakan dan program pengelolaan sampah yang baik untuk dapat menerima lonjakan turis. Jangan sampai pariwisata berdampak pada menumpuknya sampah tak terkelola yang menjadi biang penyakit bagi kota itu dan para pencinta pelesiran.
Selain itu, penegakan aturan hukum menjadi panglima sehingga setiap orang yang berada di kota tersebut, turis maupun warga lokal, sama-sama merasa aman dan terjamin.
Baca juga : Mereformasi Kota-kota Egois

Lima kota termacet di Indonesia sesuai laporan INRIX 2021 Global Traffic Scorecard.
Di Indonesia, justru ketiga faktor tersebut, yaitu transportasi, kebersihan, dan keamanan, yang dinilai masih belum stabil benar. Kemacetan begitu biasa dihadapi wisatawan di Jakarta, Bandung, Denpasar, bahkan di kota lebih kecil seperti Semarang, Solo, dan Yogyakarta. Sampah menggunung di tempat-tempat wisata masih ditemukan di mana-mana.
Terkait keamanan, publik masih harus waspada mulai dari serangan teroris sampai premanisme dan pungutan liar. Contoh paling sederhana, sampai sekarang masih saja santer kasus dipalak biaya parkir tinggi atau pencurian sampai pencopetan di tempat wisata.
Di tahun-tahun mendatang, dengan semakin tumbuh dan berkembangnya kota-kota di dalam negeri maupun dunia, ledakan pariwisata urban hanya tinggal menunggu waktu. Pengelolaan kota yang makin memanjakan warga maupun turis akan menjadi kunci agar booming pariwisata perkotaan tidak berbuah bencana. Euforia publik yang menyambut gembira kebebasan bepergian setelah pandemi Covid-19 melanda diharapkan direspons cepat dengan pembangunan kota yang makin pro-warga.
Selamat Tahun Baru!
Baca juga : Catatan Urban