Pada tahun-tahun mendatang, risiko konflik bersenjata di Asia Timur rasanya tak berkurang. Jalur komunikasi di antara kekuatan yang bersaing harus terus dijaga agar jangan sampai ada salah perhitungan yang memicu perang.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
SAM YEH/AFP
Wartawan mengamati poster mengenai wajib militer di Taiwan dalam jumpa pers di Kantor Kepresidenan, di Taipei, Selasa (27/12/2022).
Asia Timur berkembang menjadi wilayah yang sangat panas. Potensi konflik bersenjata cukup besar di kawasan itu. Persaingan senjata tidak terhindarkan.
Pada Minggu (25/12/2022) hingga Senin, China mengerahkan 71 jet tempur dan tujuh kapal perang ke arah Taiwan. Sebanyak 47 pesawat di antaranya bahkan melintasi garis tengah imajiner Selat Taiwan dan memasuki zona identifikasi pertahanan udara Taiwan.
Taiwan mengklaim bukan bagian dari China. Amerika Serikat (AS), meski tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Taiwan, menjual persenjataan kepada pemerintahan di Taipei. Belum lama ini, undang-undang mengenai belanja pertahanan AS disahkan sehingga tersedia dana hingga 12 miliar dollar AS dari Washington ke Taipei.
WANG ZHAO
Warga bermaim ice skating di sungai yang membeku, di Beijing, China, Selasa (27/12/2022). China mengerahkan jet tempur ke arah Taiwan untuk merespons pengesahan undang-undang baru belanja pertahanan Amerika Serikat.
Pengerahan kekuatan ke Selat Taiwan, Minggu-Senin, merupakan respons China terhadap pengesahan undang-undang itu. Media China, Global Times, menulis, kekuatan yang dikerahkan lebih besar ketimbang kekuatan yang terlibat dalam latihan perang untuk merespons kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taipei, Agustus silam.
Bagi China, respons terhadap pengesahan undang-undang belanja pertahanan AS tidak sekadar memperlihatkan kemampuannya memblokade Taiwan. Pengerahan kekuatan ke Selat Taiwan juga membuktikan China mampu menyerang seketika jika tiba-tiba ada ”kedaruratan” (emergency) yang dapat mengubah status quo. Kedaruratan ini bisa berwujud deklarasi kemerdekaan secara resmi oleh Taipei atau operasi asing yang bisa diartikan mendukung kemerdekaan Taiwan.
Beberapa analisis mengakui Taiwan dapat menjadi titik panas pemicu konflik bersenjata AS-China meski ada usaha-usaha meredakan ketegangan yang dilakukan Presiden China Xi Jinping dan Presiden AS Joe Biden.
RICHARD A. BROOKS/AFP
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida (kedua dari kanan) disambut ketika tiba dalam pertemuan Perhimpunan Bisnis Jepang, atau Keidanren, di Tokyo, Senin (26/12/2022). Jepang meningkatkan anggaran pertahanan di tengah kondisi Asia Timur yang kian panas.
Di sisi lain, tidak mudah bagi AS memutuskan berperang dengan China. Penyebabnya, AS harus menempatkan keamanan dalam negeri (homeland security) serta nasib sekutunya, seperti Jepang dan Korea Selatan, sebagai prioritas. Artinya, meski tampak berada di pihak Taipei, bukan tidak mungkin AS enggan berkonfrontasi secara militer dengan China jika Beijing mengerahkan tentara ke daratan Taiwan. Dengan kekuatan militer China yang sudah mumpuni, siapa pun lawannya akan mengalami kerugian besar.
Perkembangan relasi AS-China dan Taiwan itu ikut mengubah kebijakan Jepang yang kini meningkatkan secara signifikan belanja pertahanan. Persaingan kekuatan militer pun terus meningkat di Asia Timur, apalagi Korea Utara kian agresif melakukan uji coba persenjataan, termasuk rudal.
Pada tahun-tahun mendatang, risiko konflik bersenjata di Asia Timur rasanya tidak berkurang. Jalur komunikasi di antara kekuatan yang bersaing harus terus dijaga agar jangan sampai ada salah perhitungan yang memicu perang. Diplomasi dan dialog perlu selalu dikedepankan karena perang sesungguhnya tak diinginkan oleh pihak-pihak yang bersaing.