Gairah warga untuk berekreasi di masa liburan Natal dan Tahun Baru 2023 harus disesuaikan dengan kondisi cuaca yang serba tak menentu.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Antusiasme publik untuk berwisata di akhir tahun sudah terekam sejak akhir pekan lalu. Di Jakarta, misalnya, Taman Impian Jaya Ancol menjadi salah satu destinasi favorit. Pengelola mencatat, lebih kurang 136.000 warga mengunjungi Ancol sejak Sabtu (24/12/2022) hingga Senin (26/12/2022). Volume pengunjung normal di masa pandemi untuk kurun tiga hari, biasanya 120.000 orang.
Cuaca juga tak menyurutkan kunjungan warga ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Menurut data Humas TMII, sekitar 7.000 pengunjung memadati TMII pada Senin (26/12/2022) pukul 11.00, saat hujan deras. Jumlah ini terus meningkat. Bahkan, pukul 13.00 total pengunjung hampir 12.000 orang.
Pengelola TMII menargetkan sebanyak 262.000 wisatawan akan berkunjung ke TMII pasca-revitalisasi, selama periode Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 (Kompas.id, 27/12).
Di sebagian wilayah RI, animo berekreasi juga terekam. Hanya saja, geliat wisata itu terganggu kondisi cuaca yang kurang bersahabat. Di Lombok, Nusa Tenggara Barat, misalnya, cuaca mendung dan ombak yang terpantau tinggi mengurungkan niat pelancong di sejumlah kawasan wisata, seperti Pantai Loang Baloq, Pantai Duduk, dan Pantai Senggigi.
Sebanyak 335 turis yang berwisata di Pulau Karimunjawa, Jawa Tengah, juga tertahan di pulau tersebut karena hadangan ombak tinggi. Mereka tidak bisa menyeberang ke Jepara karena kondisi ombak yang mencapai 2,3-3 meter. Kapal Motor Kelimutu milik PT Pelni dikerahkan untuk proses evakuasi para wisatawan pada Selasa (27/12/2022).
Seiring melandainya pandemi Covid-19, setelah dua tahun sebelumnya disertai pembatasan sosial, wajar jika animo warga bertamasya di akhir tahun menyala kembali. Bersamaan dengan gairah masyarakat itu, pengelola kawasan tujuan wisata juga mempromosikan berbagai paket wisata.
Antusiasme masyarakat berwisata juga menggairahkan perekonomian daerah. Biro perjalanan, berikut sarana akomodasi seperti hotel, losmen, serta homestay yang mayoritas dikelola warga setempat, aktif kembali. Kuliner setempat juga hidup lagi, begitu juga dengan aktivitas pemandu wisata, atau bisnis-bisnis turunan lain seperti persewaan mobil atau bus.
Sepatutnya gairah wisata yang aktif kembali bisa diwujudkan seoptimal mungkin, dengan mempertimbangkan berbagai situasi yang mungkin terjadi. Salah satunya terkait pesan kewaspadaan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) seputar prediksi cuaca buruk dan peningkatan gelombang tinggi di sejumlah perairan.
Perlu kedewasaan untuk menyesuaikan antusiasme berwisata dengan sejumlah kemungkinan terkait cuaca. Bisa dengan menghindari kegiatan wisata di perairan, atau menggeser tanggal liburan pada hari-hari tanpa kewaspadaan cuaca buruk. Kearifan sungguh perlu demi mengantisipasi jatuhnya korban di tengah kegiatan wisata yang bertujuan menghibur warga dari kepenatan.