2023, Saatnya Miliki Instrumen Investasi dengan Imbal Hasil Tetap
Awalnya, orang mengenal instrumen yang memberikan penghasilan tetap adalah bunga deposito. Belakangan, ketika rakyat jelata boleh membeli obligasi minimal Rp 1 juta, popularitas obligasi semakin meningkat.
Penawaran Sukuk SR-004
Memiliki investasi yang memberikan penghasilan tetap barangkali menjadi salah satu resolusi keuangan Anda pada tahun 2023. Artinya, setiap bulan akan memperoleh hasil investasi yang tetap. Investasi jenis ini biasanya hasilnya lebih rendah, tetapi ajek memberi hasil lketimbang investasi yang berfluktuasi.
Contohnya, imbal hasil obligasi yang telah ditentukan di awal emisi, nilainya imbal hasilnya lebih kecil ketimbang dari trading saham yang berfluktuasi. Di sisi lain, imbal hasil tinggi tentu berisiko lebih tinggi, lagi pula belum tentu memberikan hasil yang stabil. Dalam melakukan trading saham, ada kemungkinan mendapat untung besar, bukan tidak mungkin juga merugi besar.
Awalnya, orang mengenal instrumen yang memberikan penghasilan tetap adalah bunga deposito. Belakangan, ketika rakyat jelata boleh membeli obligasi minimal Rp 1 juta, popularitas obligasi sebagai pemberi imbal hasil tetap semakin meningkat.
Misalnya saja ORI022 yang terbit Oktober 2022. ORI022 memberikan imbal hasil sebesar 5,95 persen per tahun. Bunga ini tetap hingga ORI022 jatuh tempo pada 15 Oktober 2025. Bunga diberikan setiap bulan setelah dipotong pajak sebesar 10 persen.
Jika seorang investor membeli 1.000 unit obligasi tersebut dengan nilai Rp 1 miliar, dalam satu tahun akan mendapatkan bunga sebesar Rp 59,5 juta dipotong pajak Rp 5.950.000 sehingga menjadi Rp 53.550.000. Dengan demikian, imbal hasil bersih yang didapatkan setiap bulan Rp 4.462.200.
Baik pokok maupun bunga dari obligasi pemerintah ini dijamin sepenuhnya, sehingga dapat dikatakan instrumen ini bebas risiko jika dipegang hingga jatuh tempo. Jika dijual sebelum jatuh tempo, ada risiko penurunan harga.
Tahun 2023 pemerintah akan menerbitkan enam surat berharga negara, termasuk obligasi ritel atau ORI. Pilihan lain adalah produk obligasi yang diterbitkan oleh swasta.
Obligasi ini memberikan imbal hasil lebih tinggi ketimbang obligasi terbitan pemerintah. Namun, tentu risikonya lebih tinggi pula karena tidak ada jaminan dari perusahaan yang menerbitkannya.
Paling anyar adalah obligasi terbitan PT Pos Indonesia (Persero) yang ditawarkan pada 22-23 Desember lalu. BUMN ini akan menerbitkan pokok obligasi sebesar Rp 500 miliar dalam dua seri.
Saat ini, para penyelenggara securities crowdfunding atau urun dana juga sudah diperbolehkan menjual obligasi selain menjual saham.
Seri A sebesar Rp 100 miliar dengan tingkat bunga tetap 10,9 persen berdurasi tiga tahun. Sementara seri B dengan pokok sebesar Rp 400 miliar menawarkan bunga tetap 11,75 persen dengan tenor 5 tahun.
Biasanya, produk ini diserap oleh investor institusi, seperti perusahaan asuransi, dana pensiun atau manajer investasi. Meskipun terkadang ada juga korporasi yang menawarkan obligasinya untuk investor ritel lewat bank kepada nasabah prioritas atau melalui perusahaan sekuritas.
Tidak usah khawatir bagi para pemburu obligasi korporasi dengan modal cekak. Saat ini, para penyelenggara securities crowdfunding atau urun dana juga sudah diperbolehkan menjual obligasi selain menjual saham. Sebagian besar menggunakan skema sukuk yang memberikan imbal hasil tetap.
Baca juga: 2023, Apa yang Perlu Dicermati Investor Ritel?
Penerbitnya tentu bukan perusahaan multinasional dengan aset triliunan, melainkan perusahaan berskala kecil menengah. Perusahaan seperti ini banyak memerlukan dana untuk ekspansi tetapi sulit masuk ke bursa saham untuk menawarkan obligasi karena skala ekonominya yang belum mencukupi.
Perusahaan tersebut mengeluarkan obligasi bernilai Rp 1 miliar-Rp 5 miliar saja. Produk yang banyak ditawarkan adalah sukuk mudharabah sehingga bagi hasilnya sudah ditentukan di awal.
Misalnya, sebuah perusahaan konstruksi yang mendapatkan proyek dari perusahaan lebih besar. Perusahaan konstruksi ini menerbitkan sukuk mudharabah dengan porsi nisbah atau bagi hasil sebesar 30 persen dari laba bersih proyek tersebut. Indikasi nisbah sebesar 4,5 persen dengan masa jatuh tempo selama lima bulan. Sukuk ini dapat dibeli dengan minimal investasi Rp 1 juta saja.
Instrumen lain yang memberikan imbal hasil tetap adalah penyelenggara urun dana properti dengan skema syariah yaitu akad mudharabah atau bagi hasil. Penyelenggara membeli atau memperbaiki properti seperti rumah atau ruko, lalu mengumpulkan dana dari investor dan menjualnya, barulah mengembalikan dana kepada investor.
Baca juga: Pasangan Rentan Bertengkar Gara-gara Keuangan
Bagi hasil ditetapkan 15-18 persen per tahun. Proyek pembangunan properti ini paling lama berdurasi 12 bulan. Imbal hasil diberikan setelah proyek berjalan satu bulan. Pada akhir periode, seluruh dana investasi akan dikembalikan kepada investor.
Contoh simulasinya, sebuah proyek rumah di Bogor bertenor tiga bulan dengan imbal hasil 18 persen per tahun dan dana investasi Rp 100 juta. Pada bulan pertama akan diterima imbal hasil sebesar Rp 1.166.600, bulan kedua Rp 2 juta serta bulan ketiga sisa imbal hasil Rp 1.250.000 dan pokok investasi sebesar Rp 100 juta.
Dalam tiga bulan, dengan investasi sebesar Rp 100 juta akan diterima imbal hasil sebesar Rp 4.416.600. Lumayan kan? Namun, investasi pada penyelenggaran securities crowdfunding ini tidak dijamin pemerintah. Dengan demikian, risiko ada di tangan setiap investor.
Silakan dipilih instrumen mana yang akan menjadi salah satu sumber pendapatan tetap di tahun depan. Jangan lupa untuk mempelajarinya dulu dengan saksama ya....