Saya pernah meneliti metabolisme sel kanker di ”Negeri Tirai Bambu” itu. Di sana, walaupun masih sebagai mahasiswa, kami mendapat fasilitas ”mewah”. Selain itu kami dibimbing profesor dan peneliti senior di bidang itu.
Oleh
Prillia Setiarini
·3 menit baca
Setelah membaca Surat kepada Redaksi ”Anak Indonesia Pintar-pintar” (Kompas, 15/12/2022), saya ingin berbagi pengalaman. Kebetulan saya pernah belajar di negeri China.
Pada surat pembaca tersebut, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) diminta agar menarik warga Indonesia lulusan luar negeri untuk pulang, menjadi pengajar atau peneliti di lembaga-lembaga ilmu pengetahuan.
Menurut saya, untuk menarik lulusan terbaik bangsa diperlukan lebih dari sekadar menyediakan lapangan pekerjaan. Dalam hal ini saya ingin menjadikan pengalaman saya sebagai contoh.
Saya pernah meneliti tentang metabolisme sel kanker di ”Negeri Tirai Bambu” itu. Di sana, walaupun masih sebagai mahasiswa, kami mendapat fasilitas yang begitu ”mewah”. Tidak hanya secara fasilitas, tetapi kami juga dibimbing oleh profesor dan rekan-rekan yang sudah lama meneliti di bidang itu, sebelum kami mulai.
Maksud saya, dalam hal ini, pada saat yang bersamaan infrastruktur dan para ahli perlu bersama dan secara kontinu bergerak maju untuk kemudian menyediakan lapangan pekerjaan bagi lulusan baru.
Harus diakui, untuk skala penelitian di bidang sains, Indonesia saat ini belum mampu untuk membangun infrastruktur yang mendukung para ahli (sains) untuk bekerja secara optimal. Memang hal itu merupakan proses yang butuh waktu tidak sebentar. Namun, saya optimistis Indonesia akan mampu mengayomi peneliti-peneliti yang pintar-pintar dan membantu mereka berkembang sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan.
Sikap optimistis saya didasari oleh sikap pemerintah yang terbuka dalam mengambil keputusan dan mau belajar dari keputusan yang dibuat. Semoga kondisi yang baik terus berlangsung dengan pemimpin yang jujur, bersih, dan visioner untuk membangun Indonesia maju.
Prillia SetiariniJl Tuban, Antapani 40291
Perpanjangan Kartu Lansia
Infografik Kompas.id Orang Tua Lansia Grafik 1 Tren Meningkatnya Jumlah Lansia 2015-2045
Terima kasih kepada Pemda DKI Jakarta yang bermurah hati memberi kemudahan berupa kartu gratis untuk naik bus Transjakarta bagi warga berusia lanjut (lansia). Sekian tahun silam, saya mengurus kartu lansia ini di Terminal Lebakbulus.
Kartu cantik ini dilengkapi foto wajah pemiliknya. Ketika masa berlakunya habis, perpanjangan bisa dilakukan di Halte Kuningan Timur yang nyaman; kemudian di Bank DKI cabang Balai Kota.
Setelah lama tak pernah dipergunakan, kartu harus diperpanjang. Akhirnya, 8 Desember silam, saya nekat ke Bank DKI cabang kantor Wali Kota Jakarta Selatan untuk memperpanjang kartu.
Oleh petugas, kartu saya diperiksa. Ternyata saya mesti ganti kartu baru. Petugas pun mengantar saya ke dalam dan dilayani petugas yang ramah. Kartu lansia lama, KTP, dan NPWP saya serahkan kepada petugas. Hanya beberapa menit diproses, saya disodori blangko perpanjangan kartu untuk ditandatangani.
Saya pikir kartu baru akan diserahkan saat itu juga, ternyata saya diminta kembali tanggal 28 Desember. Artinya saya mesti menanti 20 hari.
Untuk dapat fasilitas kemudahan berupa kartu gratis, saya mesti sabar menanti.
Saya akan mencari nomor telepon kantor Bank DKI cabang Wali Kota Jakarta Selatan bagian pelayanan kartu Transjakarta. Sebelum mengambil kartu 28 Desember nanti, saya akan pastikan kartu sudah siap. Jangan sampai sudah jauh-jauh ke sana, kartu belum tersedia.
Zaman sudah begitu maju, semoga pelayanan di lingkungan pemda DKI juga semakin mudah dan nyaman.
Sugeng HartonoBona Indah, Lebakbulus, Jakarta, 12440