Tahun 2023 akan menjadi ajang pertaruhan kualitas jurnalisme, Ombudsman tetap mengawal dan terus-menerus mengingatkan editorial Kompas pada pilihan jalan yang semestinya dipijak.
Oleh
Bestian Nainggolan
·4 menit baca
Sejatinya, dalam menjalankan kerja dan visi jurnalistiknya, tahun 2023 menjadi babak pertaruhan yang riil bagi setiap pers berorientasi pada kualitas. Tantangan yang dihadapi pers dalam menjalankan fungsi ekonomi dan sosialnya sedemikian problematik.
Di satu sisi, agar tetap mampu bertahan, pers berjibaku dalam menyelamatkan tuntutan pemenuhan fungsi ekonomi industri medianya. Apa yang dihadapi sesungguhnya bukanlah perkara ringan. Berturut-turut halangan menghadang. Setelah perubahan teknologi bermedia lebih dahulu mendisrupsi pasar audiens dan iklan media, menyusul pula masa pandemi yang mempersempit ruang gerak ekonomi industri. Saat ini, dampak pandemi belum juga surut, ancaman baru instabilitas ekonomi global menanti.
Pada sisi yang lain, fungsi sosial jurnalistik yang diemban pers pun semakin banyak menguras perhatian. Persoalan di sini, di tengah luapan informasi, bagaimana pers masih dapat dipercaya?
Kredibilitas pers dalam mengemban fungsi sosialnya, terancam. Pemilu 2024, yang tahapannya mulai semakin intens pada 2023 mendatang, misalnya, menjadi salah satu babak penentu bagaimana pers masih dapat bersikap independen dan dipercaya. Di tengah persaingan berbagai kekuatan politik yang kian menghangat, amat potensial pers terseret dalam pusaran kepentingan politik partisan. Pers mudah beralih menjadi parsial, dan sekaligus menepiskan visi editorialnya.
Tahun mendatang, menjaga dualitas fungsi sosial dan ekonominya tetap bertumbuh di era yang paling menantang inilah jurnalisme, terlebih khusus jurnalisme Kompas, sesungguhnya tengah dipertaruhkan. Sebagaimana tesis pengaruh sosial pers yang dibuktikan Meyer (1991), Kompas pun meyakini jika kualitas konten yang dibangun media akan memperkokoh kredibilitas, sementara dengan kredibilitas yang kokoh semakin memperkuat pengaruh sosial, dan pada gilirannya dengan kuatnya pengaruh sosial itu fungsi ekonomi terpenuhkan.
Guna menjaga sekaligus memperkuat kualitas inilah Ombudsman Kompas yang terbentuk sejak lebih dua dekade lalu (2000) rutin mencermati berbagai keluhan pembaca dan publik, mengevaluasi kualitas jurnalistik, sekaligus merekomendasikan tawaran perspektif dalam setiap praktik jurnalistik maupun etik.
Mempertahankan capaian kualitas, memang bukan perkara ringan. Becermin dalam diskusi forum Ombudsman penutup tahun, Jumat (16/12/2022), sepanjang tahun 2022 tidak kurang banyak bahasan persoalan editorial yang diangkat dan diperdebatkan. Dalam menghadapi persoalan bencana alam dan lingkungan yang berulang terjadi di negeri ini, misalnya, pemberitaan tidak lagi cukup hanya bermodal konstruksi persoalan yang bertumpu pada sebatas peristiwa, penyebab, dan korban yang ditimbulkannya.
Dalam mendudukan perkara, upaya perekonstruksian hulu ke hilir dengan sentuhan pilihan perspektif maupun prediksi masa datang kualitas lingkungan dan bencana dilakukan. Pilihan pola semacam ini, bencana tidak lagi hanya sebatas dimaknai peristiwa yang telah terjadi, namun sebagai sesuatu potensi persoalan yang dapat tereduksi.
Mendudukan persoalan dan membobotinya dengan pilihan berbagai keterbaruan perspektif yang sejalan visi editorial Kompas ini pula yang menjadi perhatian Ombudsman bersama jajaran editorial tatkala mengevaluasi pemberitaan berbagai tragedi kemanusiaan, seperti konflik bersenjata Rusia-Ukraina, konflik Papua, hingga tragedi Kanjuruhan, Malang, beberapa waktu lalu. Sisi kemanusiaan yang terwujud dalam pertimbangan-pertimbangan keadilan dan keberpihakan pada korban tidak pernah lekang seperti tergambarkan dalam kasus-kasus berkaitan aparat keamanan yang mempertontonkan kekuasaan dan kesewenangan.
Upaya menjaga marwah jurnalisme berkualitas yang diembannya itu, dalam praktik memang tidak lagi cukup menjaminkan produksi berita Kompas yang komprehensif. Begitu pula, modal kreasi jurnalis yang mengandalkan indra instingtif nose for news dalam mencerna kelayakan nilai suatu peristiwa, ataupun pemroduksian berita yang didasarkan pola reportase jalinan komentar nara sumber. Pencermatan Ombudsman, setahun terakhir jajaran editorial telah berupaya membakukan model-model interpretative news dalam kemasan jurnalisme data, yang mencoba mengungkapkan pemaknaan suatu peristiwa dari hasil pemrosesan informasi maupun penganalisisan data (data driven journalism).
Dalam pergulatan menjaga jurnalisme berkualitas itu, tidak kurang banyak pula kritik dari pembaca dan publik yang tersampaikan. Melalui media email ombudsman@kompas.id misalnya, sebagian pembaca mempertanyakan pilihan perspektif yang digunakan Kompas dalam pemberitaan luar negeri, khususnya konflik Rusia-Ukraina, ataupun dalam memandang kebijakan luar negeri China yang bersinggungan dengan keberadaan Taiwan.
Terhadap rubrikasi lainnya, dipertanyakan pula dimana sebenarnya pijakan posisi editorial Kompas dalam kasus-kasus kontroversial, seperti pemanfaatan nuklir sebagai sumber energi. Begitu pula terhadap produk survei opini publik Kompas, yang sejatinya merupakan agregasi opini warga di negeri ini pun tidak luput dipersoalkan akurasinya.
Dalam persoalan bersinggungan dengan politik, terlebih bersentuhan dengan kiprah tokoh publik, sensitifitas menjadi lebih terasa. Keluhan dan protes disampaikan pada setiap sisi. Materi pemberitaan, baik judul, susunan kalimat, pilihan angle, hingga sisi-sisi faktual pencantuman foto yang semestinya dimaknai sebatas denotatif saja, dikeluhkan dengan acuan sandaran pemaknaan konotatif.
Pengamatan Ombudsman, dapat saja kasus-kasus keberatan semacam ini, pada tahun mendatang yang sarat dengan peristiwa politik, banyak terjadi. Namun bagaimanapun, bagi Kompas, kritik pembaca dan harapan publik tetap menjadi bagian yang tidak terlepaskan dalam komitmen menjaga kualitas jurnalisme.
Itulah mengapa, di tahun 2023 yang sekaligus menjadi ajang pertaruhan kualitas jurnalisme ini, Ombudsman tetap mengawal dan terus-menerus mengingatkan editorial Kompas pada pilihan jalan yang semestinya dipijak.
Bestian Nainggolan
Anggota Ombudsman ”Kompas”
Jika memiliki pendapat tentang pemberitaan ”Kompas”, silakan kirim pendapat Anda ke ”e-mail” ombudsman@kompas.id.