Strategi Ambidekteritas dan “Cash is King” Menghadapi Tahun Sulit 2023
Tahun 2023 akan menjadi tahun yang sulit bagi sebagian besar perusahaan. Untuk siap menghadapinya, perusahaan harus menerapkan strategi ambidekteritas.
Oleh
MANEREP PASARIBU
·5 menit baca
Buku laris Post Corona (2020) oleh Scott Galloway (Profesor New York University) mengingatkan pasca Covid-19 akan berdampak berat pada tahun mendatang, namun juga membawa peluang baru. Diperkirakan tahun 2023 menjadi tahun sulit dengan tekanan finansial yang berat. Maka masa depan tercampur: tahun sulit dan tahun peluang baru. Hal ini sesuai peringatan dari Presiden Joko Widodo di The Jakarta Post (1 Desember 2022).
Salah satu cara menghindari tekanan finansial di berbagai aktivitas adalah perlu memakai strategi ambidekteritas (fungsi eksploitasi dan eksplorasi atau inovasi saling melengkapi) berlandaskan prinsip manajemen keuangan cash is king (Sablik, Federal Reserve Bank of Richmond, 2018). Pada 28 November lalu, ILUNI PPIM Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UI dalam rangka Dies Natalis ke 72 FEB UI juga membedah buku Post Corona (Scott Galloway, 2020) di Markplus Kuningan, yang terkait masalah tersebut.
Dalam pembahasan intens diperoleh kesimpulan: Pertama, pandemi Covid-19 telah mempercepat semua kegiatan masyarakat yang bersifat baru termasuk bisnis. Pedoman jaga jarak sosial telah mempercepat masyarakat memakai teknologi digital.
Kedua, mengutip Presiden JF Kennedy bahwa tiap masalah atau krisis selalu menciptakan peluang baru (new opportunity). Hal ini sesuai dengan teori kewirausahaan (Joseph Schumpeter,1951), pengusaha yang selalu mencari peluang untuk berinovasi dengan menjalankan bisnis baru atau mencipta produk baru di pasar.
Ketiga, paska korona akan memunculkan banyak masalah yang sulit bagi bisnis sehingga perlu menggunakan pengelolaan uang secara bijaksana dengan prinsip manajemen keuangan “cash is king”. Harus tersedia arus kas agar terhindar dari kebuntuan keuangan.
Menurut Profesor Hill & Birkinshaw (London Bsuiness Scool, 2006), arti dasar ambidexterity adalah tangan kanan dan kiri proaktif saling membantu secara kreatif, atau mampu berpikir dan bertindak dengan cara yang inovatif dan efisien, sambil meningkatkan kinerja secara konsisten. Hal ini berarti menjadi mampu untuk melakukan hal-hal baru dengan baik dan tetap fokus pada pencapaian tujuan bisnis utama.
Ambideksteritas [bahasa Latin] berarti “memiliki kedua tangan” yang seimbang untuk melangkah dalam kegiatan. Satu tangan berupa eksploitasi (meneruskan yang sudah ada, untuk tetap mencari untung), sedangkan satu tangan lagi berupa ekplorasi (mencari terobosan dengan cara baru atau inovasi). Pada investasi besar, strategi ambideksteritas yang meliputi eksploitasi dan eksplorasi, sangat bermanfaat untuk kesuksesan progran.
Pada dunia korporasi atau dunia bisnis, telah lama dipakai kedua kegiatan yang dilakukan sekaligus, yaitu eksploitasi dan eksplorasi. Pandemi covid global juga telah menjungkirbalikkan dunia bisnis.
Perusahaan berjuang untuk menemukan pijakan yang aman, khususnya saat beradaptasi dengan transisi pada gaya hidup normal baru. Bagi sebagian orang, hal ini berarti memangkas biaya dan berfokus pada keuntungan jangka pendek. Tetapi yang lain melihat perlunya mengambil pendekatan yang berbeda, yang diperkirakan lebih menjanjikan; yaitu, memilih berinvestasi untuk pertumbuhan jangka panjang atau sumber cash flow baru.
Perbedaan strategi jangka pendek dan jangka panjang, tercermin dalam cara perusahaan menggunakan cadangan kas. Di satu pihak, manajemen memfokus pada keuntungan jangka pendekm atau cenderung membangun uang tunai, sementara di lain pihak manajemen berinvestasi untuk masa depan, yang cenderung memutar kelebihan uang tunai ke dalam usaha baru atau investasi baru. Investasi jangka pendek dan jangka panjang dapat saling melengkapi (Petersen dkk, 2002).
Perbedaan antara kedua pendekatan ini terlihat jelas dalam kasus dua perusahaan teknologi besar: Google dan Microsoft. Google sangat ketat dengan uang tunainya sejak pandemi dimulai. Perusahaan telah menggunakan cadangan kasnya untuk membeli kembali saham dan membayar deviden, daripada berinvestasi dalam proyek-proyek baru. Fokusnya pada pengembalian pemegang saham ini adalah penyimpangan dari strategi Google yang biasa menginvestasikan kembali laba ke dalam inisiatif baru pada pertumbuhan jangka panjang.
Microsoft, di sisi lain, telah menggunakan uangnya untuk mendorong transformasi menjadi pembangkit tenaga komputasi awan (cloud computing). Perusahaan ini telah membuat taruhan besar pada investasi jangka panjang, seperti akuisisi GitHub senilai 7,5 miliar dollar AS dan investasinya pada OpenAI senilai 19 miliar dollar AS.
Langkah-langkah tersebut menunjukkan Microsoft berkomitmen untuk tumbuh, bahkan di tengah pandemi. Jadi pendekatan mana yang lebih baik? Tidak ada jawaban.
Kedua perusahaan ini sumber dananya besar sekali, dan tidak tergantung pada siapapun, dan tidak ada bantuan dari pemerintah. Sedangkan Amazon menjalankan eksploitasi pada segmen pasar yang sudah ditekuni, yaitu pembelanja online; sedangkan eksplorasinya pada segmen pasar yang baru bagi Amazon, yaitu pembelanja off-in, dengan investasi membuka retail besar atau aliansi dengan retail besar di kota kota besar.
Tekanan Finansial.
Buku Post Corona dari Galloway mengingatkan tahun 2023 adalah tahun sulit. Menghindari tekanan finansial di berbagai aktivitas perlu menghindari risiko kegiatan usaha. Kita tidak boleh lupa untuk selalu waspada dalam setiap langkah yang kita ambil.
Stres keuangan adalah salah satu hal yang dapat mempengaruhi seluruh aspek aktivitas bisnis. Oleh karena itu, penting untuk memiliki strategi untuk mengatasi stres keuangan. Untuk menghindari tekanan finansial, gunakan strategi ambideksteritas dengan prinsip manajemen keuangan, yang disebut “Cash-Not Profit- is King” (Keown, dkk, 1998).
Uang tunai adalah raja bukan profit. Selain itu Galloway mengingatkan bahwa dalam masa pandemik dan ke depan bahwa perusahaan yg mengelola uang kas dengan baik, disertai utang rendah dan bunga rendah, memiliki asset-aset bernilai tinggi (high-value assets), biaya asset tetap rendah( low fixed cost) akan terhindar dari financial stress dan selamat menghadapi tahun2 sulit ke depan.
Bagaimana strategi ambidekteritas dapat membantu perusahaan di tahun 2023? Strategi ambidekteritas adalah pendekatan yang memfokuskan pada kemampuan perusahaan untuk berinovasi secara berkelanjutan dan menciptakan nilai tambah bagi konsumen. (Birkinshaw,2010).
Perusahaan yang mampu mengimplementasikan strategi ambidekteritas dengan baik akan dapat bertahan dan dapat bertumbuh pesat di tengah kondisi ekonomi yang sulit seperti yang akan terjadi di tahun 2023. Kondisi ekonomi global yang sedang mengalami krisis akibat pandemi Covid-19 akan berdampak pada seluruh sektor bisnis.
Tahun 2023 akan menjadi tahun yang sulit bagi sebagian besar perusahaan. Untuk siap menghadapinya, perusahaan harus menerapkan strategi ambidekteritas. Strategi ini akan membantu perusahaan mendiversifikasi bisnisnya sehingga tidak tergantung pada satu produk atau pasar tertentu.
Selain itu, perusahaan juga harus memastikan bahwa ia mampu memberikan nilai tambah kepada pelanggan dengan cara yang berbeda dari pesaingnya. Intinya jangan lebih besar pasak dari tiang.