Dengan pelonggaran di China, faktor kesuraman perekonomian global sedikitnya berkurang. Gairah konsumsi yang akan meningkat menjadi harapan bagi eksportir ke pasar China, termasuk Indonesia.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
CNS/AFP
Orang-orang melintas di area ski setelah lokasi itu dibuka kembali di Urumqi, Xinjiang, China, Senin (5/12/2022). Pembukaan kembali dilakukan menyusul dilonggarkannya pembatasan sosial terkait Covid-19.
Pengenduran langkah penanganan Covid-19 di China melegakan bagi perekonomian dunia. Aksi protes warga China pada awal Desember ini adalah pemicu pengenduran.
Aksi protes agaknya mengubah perilaku aparat sekaligus mendorong pemerintah melakukan pengenduran, kata R ”Ray” Wang, seorang analis. Belum jelas apa bentuk pengenduran yang disebut akan dilakukan lewat 10 langkah dan diumumkan pada hari ini, Rabu (7/12/2022).
Hanya dari perkembangan yang ada, terlihat perubahan drastis sikap pemerintah yang selama tiga tahun mencanangkan kebijakan ”zero covid”. Harian Global Times menuliskan 19 kota telah melakukan pelonggaran, seperti penghapusan syarat tes negatif Covid-19 saat memasuki area publik. ”China terus mengoptimalkan respons dan perlindungan kehidupan dan kesehatan warga sembari meminimalkan efek sosial serta pembangunan ekonomi,” kata Mao Ning, juru bicara Kementerian Kesehatan China, Senin (5/12).
HECTOR RETAMAL/AFP
Petugas kesehatan menunggu penumpang yang hendak menjalani tes Covid-19 di Stasiun Hongqiao, Shanghai, China, Selasa (6/12/2022).
Indikasi lain adalah penurunan status Covid-19 dari kategori penyakit ”A” menjadi kelas ”B”. Wakil Perdana Menteri China Sun Chunlan, yang mengawasi langkah-langkah terkait Covid-19, telah menyatakan bahwa kemampuan virus untuk menjangkiti warga sudah menurun.
Reaksi pasar Asia berlanjut positif hingga Selasa (6/12). Meski pasar global kembali anjlok, hal itu bukan lagi karena faktor China. Hal lebih penting bukan lagi sekadar reaksi pasar. Pengenduran di China, walau disebut akan bertahap, tetap memberikan kelegaan besar.
Pertumbuhan ekonomi China diperkirakan 3,2 persen pada 2022 atau di bawah target 5,5 persen. Dengan demikian, pertumbuhan China akan menjadi terendah dalam 40 tahun terakhir, tidak termasuk efek Covid-19 pada 2020. Akan tetapi, pelonggaran akan memberikan optimisme pada 2023.
CNS/AFP
Warga menerima vaksin Covid-19 di Guangzhou, China, Selasa (6/12/2022).
China merupakan basis produksi manufaktur global dengan porsi 30 persen. Porsi perekonomian China terhadap dunia sebesar 18,3 persen pada 2021. ”Kombinasi perekonomian China dan Amerika Serikat pada 2021 setara dengan 42 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) global atau sama porsinya dengan 25 negara pemilik PDB tertinggi dunia setelah AS dan China,” kata Profesor Zhou Muzhi, Kepala Cloud River Urban Research Institute, dikutip China.org.cn pada 5 Desember.
Begitu pentingnya arti perekonomian China terhadap dunia, hingga Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva mengingatkan efek kebijakan zero covid di China. Akan buruk bagi perekonomian dunia jika China tak melonggarkan kebijakan Covid-19. Ini mengingat perekonomian AS dan Eropa dipastikan memasuki kelesuan pada 2023.
Ekonom AS, Dr Nouriel Roubini, terus mengingatkan potensi krisis global terbesar dalam sejarah modern ekonomi akibat letupan utang global. Dengan pelonggaran di China, faktor kesuraman perekonomian global sedikitnya berkurang. Gairah konsumsi yang akan meningkat menjadi harapan bagi eksportir ke pasar China, termasuk Indonesia.