Tantangan bagi Indonesia sebagai Ketua ASEAN 2023 dan semua negara anggota ASEAN adalah mendorong langkah lanjutan dan merangkul semua pihak terkait di Myanmar supaya pelaksanaan lima poin konsensus ASEAN bisa berjalan.
Oleh
BEGINDA PAKPAHAN
·5 menit baca
SUPRIYANTO
Ilustrasi
Kita akan meninggalkan tahun 2022 dan akan memasuki tahun 2023. Indonesia memegang Keketuaan ASEAN di tahun 2023 dengan tema “ASEAN Matters: Epicentrum of Growth” (ASEAN penting dan menjadi pusat pertumbuhan dunia).
Dengan tema tersebut, Indonesia ingin menunjukkan dan masih mempercayai bahwa ASEAN relevan dan posisinya strategis sebagai pusat pertumbuhan, kemajuan, dan kesejahteraan di segala aspek kehidupan bagi rakyat ASEAN dan dunia (Kementerian Luar Negeri RI, 2022). Tulisan ini menjelaskan beragam tantangan yang sedang dan akan dihadapi Indonesia sebagai Ketua ASEAN dan ASEAN di tahun 2023.
Pertama, Indonesia dan ASEAN menghadapi peningkatan kompetisi pengaruh dan proyeksi kekuatan antara negara-negara besar di kawasan Asia Tenggara dan Indo-Pasifik. Negara-negara ASEAN berada di tengah-tengah dari pelbagai negara besar yang sedang bersaing di Asia Tenggara dan Indo-Pasifik. Ketegangan geopolitik, pembentukan aliansi pertahanan di luar ASEAN, potensi kehadiran kapal selam bertenaga nuklir dan perlombaan senjata antara negara-negara besar di Asia Tenggara dan Indo-Pasifik membayangi ASEAN dan menjadi realitas baru di kawasan.
Ke depan, kerja sama pertahanan bisa lebih mendominasi daripada kerja sama ekonomi di Asia Tenggara. Tantangan bagi Indonesia dan ASEAN adalah berada pada posisi yang sulit dan dilematis merespon situasi tersebut.
Dinamika lingkungan internal dan eksternal dari kawasan Asia Tenggara juga mempengaruhi perdamaian dan stabilitas di Asia Tenggara. Jika ada salah pengertian dan miskalkulasi antara semua negara/pihak yang terkait, maka tidak menutup kemungkinan ketegangan meningkat dan terjadinya konflik terbuka di Asia Tenggara, Asia Timur, dan Indo-Pasifik, situasi tersebut akan mempengaruhi perdamaian dan stabilitas kawasan.
Contohnya, Laut China Selatan menjadi perairan strategis di mana negara-negara besar saat ini sedang memperuncing persaingan dan menunjukkan power mereka yang bisa meningkatkan ketegangan dan menciptakan konflik terbuka di kawasan Asia Tenggara.
AP PHOTO/PETTY OFFICER 3RD CLASS JASON TARLETON
Dalam foto yang disediakan Angkatan Laut Amerika Serikat ini, tampak Kapal USS Ronald Reagan (CVN 76) dan USS Nimitz (CVN 68) sedang mengikuti latihan di Laut China Selatan, Senin, 6 Juli 2020. China berang dan menuding AS unjuk kekuatan militernya.
Contoh lainnya, kunjungan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat Nancy Pelosi ke Taiwan pada 2 Agustus 2022 meningkatkan ketegangan antara China dan Amerika Serikat di Selat Taiwan. China tidak setuju atas kunjungan tersebut.
Setelah itu, China melaksanakan latihan perang dan unjuk kekuatan di perairan sekitar Taiwan pada Agustus 2022. Seluruh kapal dan pesawat diminta menjauh dari wilayah latihan karena latihan militer tersebut menggunakan puluhan rudal dan pelbagai roket yang asli. Lokasi latihan tersebut berdekatan dengan dua pangkalan Amerika Serikat di Okinawa, Jepang secara khusus (Kompas, 2022) dan Asia Timur, Laut China Selatan dan Asia Tenggara secara umum.
Kedua, berbagai dampak dari krisis Ukraina, pandemi Covid-19, dan risiko resesi global 2023 terhadap situasi politik dan ekonomi dari negara-negara anggota ASEAN membayangi kemajuan dan realisasi masyarakat ASEAN ke depan sesuai dengan ASEAN Community Vision 2025.
Krisis Ukraina membuat harga energi meningkat, harga pangan melambung tinggi, dan gangguan terhadap rantai pasok di seluruh dunia. Krisis energi, peningkatan harga pangan dan tingkat inflasi yang meroket adalah tantangan nyata di tingkat domestik bagi Indonesia dan negara-negara anggota ASEAN. Mereka khawatir atas ketersediaan pangan, energi, dan pupuk bagi rakyat mereka masing-masing. Beberapa negara ASEAN sedang berada di dalam situasi politik dan ekonomi yang rentan dan kian tidak pasti di dalam negeri mereka masing-masing, contohnya Laos dan Myanmar.
Selain itu, laporan Bank Dunia berjudul Is Global Recession Imminent? yang dipublikasi pada pertengahan September 2022 mengungkapkan bahwa pelambatan perekonomian dunia kemungkinan besar akan berubah menjadi resesi global pada 2023. Dalam jangka waktu panjang, situasi tersebut akan berdampak terhadap negara-negara maju, negara-negara ekonomi berkembang, dan negara-negara berkembang di dunia yang sekarang sudah terdampak signifikan dari pandemi Covid-19 (Bank Dunia, 2022 dan Kompas, 2022).
Contohnya, Uni Eropa mengalami inflasi yang tinggi pada Oktober 2022 sebesar 10,7 persen karena meroketnya harga energi, harga pangan, dan pelbagai kebutuhan lainnya. Akibatnya, pelambatan ekonomi juga sedang terjadi di Uni Eropa. Hal itu berdampak terhadap ekspor Asia Tenggara ke Uni Eropa (Mada, 2022). Uni Eropa adalah salah satu tujuan ekspor utama dan mitra perdagangan ketiga terbesar dari ASEAN dengan porsi 9,4 persen dari jumlah perdagangan eksternal ASEAN di tahun 2020, selain China yang porsinya 15,7 persen dan Amerika Serikat yang porsinya 15,2 persen (ASEAN Secretariat, 2021).
Mayoritas negara-negara anggota ASEAN adalah negara berkembang. Mereka berpotensi terkena dampak langsung dari resesi global 2023 yang dapat membuat ekonomi domestik mereka melambat dan situasi tersebut kemungkinan akan mengakibatkan ekonomi regional ASEAN juga ikut menurun. Konsekuensinya, negara-negara ASEAN fokus mengurusi ketersediaan pangan dan menjaga pasokan energi bagi dalam negeri mereka, mengantisipasi dampak resesi global 2023, dan menurunkan perhatiannya terhadap kemajuan dan realisasi Masyarakat ASEAN sesuai ASEAN Community Vision 2025. Ini tantangan bagi Indonesia sebagai Ketua ASEAN 2023 dan juga negara-negara anggota ASEAN.
BIRO PERS SEKRETARIAT PRESIDEN - LAILY RACHEV
Presiden Joko Widodo menerima palu dari Perdana Menteri Hun Sen sebagai simbol estafet keketuaan ASEAN dari Kamboja ke Indonesia pada Upacara Penutupan KTT ke-40 dan ke-41 serta KTT Terkait lainnya di Hotel Sokha Phnom Penh, Kamboja, Minggu (13/11/2022). Indonesia akan menjadi Ketua ASEAN pada 2023.
Ketiga, pelaksanaan lima poin konsensus ASEAN terkait krisis Myanmar yang belum optimal kemajuannya. Lima poin konsensus ASEAN tersebut disepakati oleh para pemimpin ASEAN dan pimpinan militer Myanmar saat Pertemuan Para Pemimpin ASEAN di Jakarta pada 24 April 2021. Dalam perkembangannya, Brunei Darussalam sebagai Ketua ASEAN 2021 dan Kamboja sebagai Ketua ASEAN 2022 beberapa kali mengajak dan mendorong pihak otoritas militer Myanmar untuk melaksanakan lima poin konsensus ASEAN.
Namun, ASEAN mengungkapkan keprihatinannya atas kemajuan terbatas dan lemahnya komitmen pihak otoritas Myanmar dalam mengimplementasi lima poin konsensus ASEAN. Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ke-40 dan Ke-41 ASEAN di Phnom Penh, Kamboja pada 11-13 November 2022, para pemimpin dari negara-negara anggota ASEAN mengeluarkan keputusan kolektif dengan bersikap lebih tegas terhadap otoritas militer di Myanmar, meski tidak keras kepada Myanmar. ASEAN mengarah kepada pembekuan de facto Myanmar di ASEAN (Kompas, 2022).
Tantangan bagi Indonesia sebagai Ketua ASEAN 2023 dan semua negara anggota ASEAN adalah mendorong langkah lanjutannya dan merangkul semua pihak terkait di Myanmar supaya pelaksanaan lima poin konsensus ASEAN bisa berjalan baik dan efektif ke depan.
Beginda Pakpahan, Analis Politik dan Ekonomi Global dengan PhD dari University of Edinburgh, Inggris