Saya berharap ke depan teknologi digital bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya. Aplikasi Peduli Lindungi seharusnya bisa menggantikan sistem manual seperti menyerahkan fotokopi KTP.
Oleh
FX Wibisono
·3 menit baca
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Tenaga medis menyuntikkan vaksin covid-19 dosis ketiga (booster) kepada pekerja di Menara Kompas, Jakarta, Selasa (25/1/2022). Vaksin booster produksi Pfizer ini diberikan kepada mereka yang pada vaksin 1 dan 2 telah mendapat vaksin Sinovac. Vaksin booster dinilai ampuh dalam menangkal Covid-19 varian omicron. Kompas/Heru Sri Kumoro 25-01-2022
Layanan pemberian vaksin penguat kedua untuk warga lansia sudah berlangsung. Di Puskesmas Jatimakmur, Kecamatan Pondokgede, Kota Bekasi, pelaksanaan berlangsung cepat. Sejak mendaftar, periksa kesehatan, hingga disuntik vaksin, kurang dari 10 menit.
Untuk mendapatkan pelayanan tersebut, saya berkomunikasi via Whatsapp dengan salah satu petugas di sana. Dijawab ada layanan pemberian vaksin penguat kedua, cukup membawa fotokopi KTP. Jumat (25/11/2022) saya datang ke lokasi puskesmas sekitar pukul 09.00.
Untuk kepentingan administrasi, saya diminta mengisi kertas formulir isian ukuran 7 x 10 cm, sangat kecil bagi mata lansia. Dalam kertas formulir ini harus ditulis nomor induk kependudukan, nama lengkap, alamat, tanggal lahir, jenis kelamin, nomor ponsel, dan lokasi vaksinasi.
Selesai menyerahkan formulir isian kepada petugas dan menunggu kurang dari tiga menit, saya dipersilakan masuk ruang pemeriksaan. Dokter menanyakan hal-hal dasar, seperti sudah makan belum, tinggi badan, dan berat badan. Selanjutnya tekanan darah diukur. Berdasarkan laporan kondisi kesehatan, saya pun divaksinasi.
Jika pengalaman vaksin pertama, kedua, dan penguat pertama setelah diinjeksi harus ”istirahat” dulu, untuk penguat kedua boleh langsung pulang.
Sampai di rumah, dalam tempo kurang dari setengah jam, data vaksinasi penguat kedua saya sudah muncul di aplikasi Peduli Lindungi. Saya jadi teringat apa yang disampaikan Presiden Joko Widodo: ”Untuk mencapai Indonesia Maju, yang kita perlukan adalah kerja cepat.”
A RistantoJatimakmur, Pondokgede, Kota Bekasi
Teknologi Digital
Pada 23 November 2022 beredar di media sosial surat edaran dari Dirjen Pengendalian dan Pencegahan Kementerian Kesehatan, perihal vaksin Covid-19 dosis penguat kedua bagi usia lanjut.
Di kota Semarang, untuk mencegah penumpukan dan melebihi kuota vaksin, pemohon harus mendaftar terlebih dahulu melalui http://victori.semarangkota.go.id.
Di lokasi pemberian vaksin, pemohon harus menyerahkan fotokopi KTP dan mengisi data diri di formulir yang telah disediakan. Selesai divaksin, diberikan potongan kertas kecil, bertuliskan nama, tanggal vaksin, dan jenis vaksin.
Saya berharap ke depan teknologi digital bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya. Aplikasi Peduli Lindungi seharusnya bisa menggantikan sistem manual seperti menyerahkan fotokopi KTP.
Semoga kita bisa mengatasi ketertinggalan dengan lebih baik dan lebih cepat merespons teknologi digital (G4). Akan lebih memprihatinkan jika kelak, tahun 2030, saat G6 sudah mendunia, kita belum bisa memanfaatkan teknologi digital secara maksimal.
FX WibisonoJl Kumudasmoro Utara, Semarang 50148
Pendidikan Dulu
Ki Hadjar Dewantara statue in front of pendapa at Taman Siswa school complex, Jalan Taman Siswa, Yogyakarta, Monday (11/4/2016). The school was founded on July 3, 1922 at the residence of the deceased national education figure Ki Hadjar Dewantara and continues to play a role in educating the nation's next generation.
Saya ingin menyambung tulisan ”Mencari Jejak Ki Hajar” (Kompas, 6/7/2022). Kisahnya mengenai sekolah menengah atas di masa peralihan ketika Semarang dikuasai oleh NICA (Netherlands Indies Civil Administration) 1946-1949.
Mereka mendirikan sekolah menengah atas bernama VHO (Voorbereidend Hoger Onderwijs = sekolah persiapan masuk perguruan tinggi).
Beberapa remaja Indonesia ada yang masuk. Saya juga diajak teman ke VHO, tetapi ayah saya melarang.
Dua tokoh nasional yang prihatin, Wirasto dan Prayitno, membuka sekolah swasta Taman Madya, menginduk pada Perguruan Taman Siswa milik Ki Hajar Dewantara. Banyak remaja kita yang masuk.
Setelah SMA negeri resmi didirikan tahun 1950, mereka mengundurkan diri dari persekolahan Taman Siswa dan kemudian pindah ke tempat lain. VHO dengan sendirinya terhapus dari sistem pendidikan Republik Indonesia.
Namun, mereka telah menyelamatkan pendidikan nasional di Semarang. Terima kasih atas jasa kedua tokoh nasional tersebut.