Hasil survei OJK, kenaikan jumlah investor ternyata tidak dibarengi dengan peningkatan pemahaman tentang investasi di pasar modal. Bukan tidak mungkin, banyak yang melakukan investasi karena ikut-ikutan teman.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·3 menit baca
Hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan 2022, khususnya untuk industri pasar modal, menunjukkan ada penurunan tingkat literasi menjadi 4,11 persen pada tahun 2022.
Pada hasil survei 2019, angka literasi masih 4,97 persen. Bahkan, jika dibandingkan dengan tingkat literasi pada tahun 2016, angka literasinya masih lebih tinggi, yakni 4,40 persen.
Di sisi lain, inklusi pada sektor pasar modal melesat. Tingkat inklusi pada tahun ini mencapai 5,19 persen, naik dari 1,55 persen dibandingkan tahun 2019. Artinya, paparan masyarakat terhadap produk pasar modal semakin tinggi. Hanya saja, paparan yang sangat masif ini tidak dibarengi dengan pemahaman tentang produk pasar modal.
Data Kustodian Sentral Efek Indonesia menunjukkan, per 23 November 2022 ada 10.115.140 investor pasar modal menurut single investor identification (SID). Jumlah ini naik 35,06 persen dibandingkan akhir tahun 2021. KSEI mengidentifikasi, lonjakan jumlah investor ini ditopang oleh kemajuan teknologi digital dan situasi pandemi.
Tren kenaikan jumlah investor sudah terlihat sejak tahun 2019. Tahun itu, jumlah investor sebesar 2,48 juta investor. Pada tahun 2020, jumlahnya meningkat 56,21 persen menjadi 3,88 juta investor dan naik lagi 92,99 persen pada tahun 2021 menjadi 7,48 juta investor.
Jika mengacu pada hasil survei OJK, kenaikan jumlah investor ini ternyata tidak dibarengi dengan naiknya pemahaman tentang investasi di pasar modal. Bukan tidak mungkin, kebanyakan dari mereka berinvestasi karena ikut-ikutan teman. Padahal, investasi adalah hal yang sangat khusus, sangat spesifik, bagi tiap-tiap orang.
Meningkatkan literasi di sektor pasar modal sebenarnya bukan hanya tanggung jawab OJK, Bursa Efek Indonesia, atau perusahaan sekuritas. Pasalnya, para pemangku kepentingan di pasar modal ini tidak mungkin dapat menjangkau 10 juta investor yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia dengan tingkat pendidikan dan pemahaman beragam.
Mengedukasi diri sendiri merupakan tanggung jawab setiap investor. Seorang samurai, Miyamoto Musashi, dalam bukunya Kitab Lima Cincin membahas, antara lain, tentang proses panjang menemukan jalan kehidupan.
Jalan itu dapat ditemukan dengan meniru dan mencari. Meniru langkah orang ahli atau mencari pengetahuan dari orang pintar. Setiap orang akan menjalani prosesnya masing-masing. Tidak akan ada orang yang mengalami kejadian persis dengan orang lain dalam mencari jalan tersebut. Musashi juga mengatakan, perlu keteguhan hati dalam menjaga jalan yang akan ditempuh.
Mengedukasi diri sendiri merupakan tanggung jawab setiap investor.
Berinvestasi merupakan sebuah proses panjang, bak perjalanan dengan berbagai tujuan. Jalan yang dilalui setiap investor akan berbeda. Dalam menapaki perjalanan tersebut dibutuhkan bekal bukan hanya uang, melainkan juga pengetahuan.
Modal uang harus dicari, demikian pula dengan modal pengetahuan. Pengetahuan dan keterampilan dapat diperoleh dari berbagai macam sumber. Memang, adakalanya sumber yang dirasa dapat dipercaya ternyata tidak amanah, hanya senang menjebloskan dan mendapat keuntungan pribadi. Untuk mengenalinya merupakan proses belajar.
Salah satu sumber pengetahuan dan keterampilan yang dapat menjadi modal adalah komunitas. Bergabung dengan komunitas investor akan membantu perjalanan investasi. Perlu proses untuk mendapatkan dan menemukan komunitas yang benar-benar selaras dengan kita. Dengan berjalan bersama, keteguhan hati dapat dijaga.
Temukanlah teman sejalan dalam menyusuri jalan pedangmu agar tidak terlalu lama menjadi ritel mumet.