Beban Lonjakan Penduduk Dunia
Lonjakan penduduk dunia memberi tantangan bagi setiap negara. Dampak lonjakan ini dapat dirasakan secara langsung atau tidak langsung oleh setiap negara. Idealnya setiap negara mencermati dan bersiap menghadapi hal ini.
PBB dalam ”World Population Prospects 2022” mengungkapkan, per 15 November 2022, penduduk dunia telah menembus 8 miliar jiwa.
Kenaikan jumlah penduduk ini lebih cepat daripada prediksi semula. Diperkirakan angka ini akan terus naik menjadi 8,5 miliar pada 2030, kemudian 9,7 miliar pada 2050, dan 10,4 miliar pada 2100.
Lonjakan tertinggi jumlah penduduk, menurut PBB, terjadi di negara-negara Asia Timur dan Asia Tenggara. Jika pada 2022 jumlah penduduk terbanyak adalah China (1,426 miliar), pada 2050 posisinya digantikan India (1,668 miliar).
Indonesia yang berada di peringkat keempat (275 juta) akan turun ke peringkat keenam dengan jumlah penduduk 317 juta jiwa atau 3,51 persen penduduk dunia.
Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia berdasarkan data BPS menurun dalam tiga tahun terakhir, yaitu 1,25 persen (2020), 1,22 persen (2021), dan 1,17 persen (2022). Sebaran penduduk terbesar berdasarkan Sensus Penduduk 2020 berada di Jawa Barat (18 persen), Jawa Timur (15 per sen), dan Jawa Tengah (14 persen).
Sebaran penduduk ini akan menentukan kebijakan pembangunan secara mendasar.
Baca juga : Penduduk Bumi Mencapai 8 Miliar Jiwa
Indikator-indikator penting
Lonjakan jumlah penduduk dunia memaksa kita mencermati indikator-indikator penting terkait pertumbuhan penduduk, kualitas hidup, dan kondisi lingkungan. PBB juga menyoroti angka fertilitas, mortalitas, dan harapan hidup sebagai indikator yang ikut memengaruhi lonjakan penduduk.
Mencermati indikator mortalitas salah satunya dengan melihat kematian bayi. Angka kematian bayi di Indonesia turun secara tajam mulai dari tahun 2000 meskipun masih termasuk tinggi dibanding negara-negara tetangga.
Sekarang angka kematian bayi di Indonesia 24 per 1.000 kelahiran hidup, dari 70 per 1.000 kelahiran hidup pada 1990. Sebagai perbandingan, angka kematian bayi di Singapura 9 per 1.000 kelahiran hidup.
Turunnya angka kematian bayi, diiringi peningkatan kualitas hidup yang baik, akan memperpanjang usia penduduk dan berkontribusi pada penambahan jumlah penduduk.
Angka kematian dewasa usia 15-45 tahun juga turun sejak 2010. Pada 2015 jumlah kematian dewasa laki-laki 171,06 per 1.000 penduduk dan kematian dewasa perempuan 122,03 per 1.000 penduduk. Menurunnya angka kematian dewasa juga berkontribusi pada penambahan jumlah penduduk.
Angka harapan hidup menggambarkan jumlah rata-rata tahun yang dilalui orang dalam hidup. Angka harapan hidup Indonesia terus naik. Pada 2015 angkanya 72,1 tahun. Dengan tingginya angka harapan hidup, peluang hidup penduduk Indonesia menjadi lebih besar.
Fertilitas menggambarkan rata-rata jumlah anak yang akan dilahirkan oleh perempuan pada masa akhir reproduksinya. Angka fertilitas di Indonesia terus menurun sejak 1971. Pada 2015 angka fertilitas 2,28. Dari data ini bisa dipahami bahwa perempuan Indonesia tak lagi memilih memiliki banyak anak seperti pada periode 1971 dan sebelumnya.
Angka fertilitas yang turun, tetapi diiringi menurunnya angka-angka pada indikator mortalitas dan meningkatnya angka harapan hidup dapat berpengaruh pada perkembangan jumlah penduduk Indonesia.
Kualitas vs kuantitas
Pertumbuhan penduduk harus diimbangi dengan peningkatan kualitas hidup. Kualitas hidup penduduk Indonesia bisa dilihat dari beberapa indikator. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menggambarkan akses penduduPertumbuhan penduduk harus diimbangi dengan peningkatan kualitas hidup. Kualitas hidup penduduk Indonesia bisa dilihat dari beberapa indikator. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menggambarkan akses penduduk terhadap hasil pembangunan. IPM di masa pandemi tumbuh melambat dari 71,90 pada 2019 menjadi 71,99 pada 2020 dan 72,18 pada 2021.
Pertumbuhan penduduk harus diimbangi dengan peningkatan kualitas hidup.
Untuk penguasaan terhadap bangunan tempat tinggal oleh rumah tangga di Indonesia, pada 2021 sebesar 18,92 persen rumah tangga masih menempati bangunan bukan milik sendiri (sewa/kontrak/lainnya). Rumah tangga yang belum bisa mengakses sumber air minum layak 9,22 persen. Sanitasi yang layak masih belum dapat diakses oleh 19,71 persen rumah tangga di Indonesia.
Kemiskinan menjadi salah satu indikator ekonomi penting. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2022 mencapai 26,16 juta orang. Dibanding September 2021, jumlah penduduk miskin turun 0,34 juta orang. Sementara dibandingkan dengan Maret 2021, jumlah penduduk miskin menurun 1,38 juta orang.
Persentase penduduk miskin pada Maret 2022 tercatat 9,54 persen, turun 0,17 persen poin dari September 2021 dan 0,60 persen poin dari Maret 2021.
Tantangan dan peluang
Lonjakan penduduk dunia memberi tantangan bagi setiap negara. Dampak lonjakan ini dapat dirasakan secara langsung atau tidak langsung oleh setiap negara. Idealnya setiap negara mencermati dan bersiap menghadapi hal ini.
Indonesia dengan indikator kuantitas dan kualitas yang masih cukup terkontrol harus tetap mempertahankan, bahkan terus meningkatkan.
Pilar kekuatan harus diletakkan pada jejaring lokal (nasional) dan jejaring global (internasional). Jejaring lokal untuk mengupayakan agar angka pertumbuhan penduduk Indonesia tetap terjaga sehingga kualitas penduduk dapat terus ditingkatkan dan beban pembangunan tidak menjadi berat.
Pilar pada jejaring global harus diperkuat melalui berbagai kerja sama antar-negara agar dampak penduduk dunia pada negara-negara tertentu, baik secara ekonomi maupun secara sosial, tidak secara langsung memengaruhi Indonesia.
Dampak lain yang tidak kalah penting adalah beban yang harus ditanggung oleh alam. Dengan beban yang semakin besar, semakin besar peluang kerusakan alam yang dapat terjadi.
Dampak lain yang tidak kalah penting adalah beban yang harus ditanggung oleh alam. Dengan beban yang semakin besar, semakin besar peluang kerusakan alam yang dapat terjadi. Kebutuhan air bersih, efek rumah kaca, dan udara bersih menjadi hal-hal yang harus diperhatikan. Di sisi lain, ketahanan pangan juga harus dipersiapkan dengan baik agar tak terjadi krisis pangan nasional.
Peluang di tengah lonjakan penduduk dunia tetap harus dimanfaatkan. Bonus demografi menuju Indonesia Emas pada 2045 yang terjadi bersamaan dengan lonjakan penduduk dunia harus dioptimalkan. Angka ketergantungan pada masa bonus demografi memberi modal bagi pembangunan walaupun dengan prasyarat adanya SDM yang berkualitas.
Peluang lain yang dapat dikejar adalah posisi Indonesia untuk mengambil tempat menjadi pemimpin negara-negara di pusat terbesar sebaran penduduk dunia. Hal ini jadi peluang yang secara cermat dan cerdik bisa dimanfaatkan Indonesia.
Margaretha Ari AnggorowatiDosen Politeknik Statistika STIS