Muktamar Ke-48 Muhammadiyah di Sukoharjo, Jawa Tengah, ditutup pada Minggu (20/11/2022) malam. Selain memilih kepengurusan baru, organisasi ini juga menegaskan komitmen dan peran strategisnya untuk bangsa Indonesia.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Sebelum penutupan, muktamar telah memutuskan Haedar Nashir untuk kembali menjadi Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah 2022-2027 didampingi Abdul Mu’ti sebagai sekretaris umum. Kedua tokoh ini melanjutkan posisi sama pada periode sebelumnya. Pemilihan berjalan melalui beberapa tahapan secara demokratis, dibantu teknologi e-voting, oleh para peserta (muktamirin) di Edutorium KH Ahmad Dahlan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Proses muktamar yang berlangsung baik dan produktif kembali menunjukkan kematangan organisasi ini. Didirikan oleh KH Ahmad Dahlan di Kota Yogyakarta pada 1912, Muhammadiyah terbukti bertahan melampaui masa penjajahan, proses kemerdekaan, pascakemerdekaan, Reformasi, sampai sekarang. Selama 110 tahun, perserikatan ini berperan memajukan umat Islam dan bangsa Indonesia.
Sejak didirikan, Muhammadiyah berkomitmen untuk mendorong kemajuan keagamaan dan kebangsaan. Organisasi ini menjadi bagian penting dalam proses kemerdekaan. Beberapa tokoh dari komunitas ini adalah penggerak kemerdekaan Republik Indonesia, seperti Proklamator/Presiden pertama RI Soekarno, Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman, serta anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), Ki Bagus Hadikoesoemo.
Selain mendorong pencerahan pikiran dan wacana kemajuan keislaman, Muhammadiyah juga berkiprah nyata melalui banyak usaha pemberdayaan masyarakat. Para pengurus organisasi ini mendirikan, merawat, dan terus mengembangkan lembaga dakwah, pendidikan, kesehatan, sosial, dan ekonomi. Banyak masyarakat, termasuk di luar komunitas Islam, menikmati manfaat khidmat (layanan) ini.
Semua kiprah untuk memajukan bangsa Indonesia itu diharapkan terus diperkuat sesuai dinamika zaman. Sekarang negeri ini menghadapi penurunan ekonomi setelah digerus pandemi Covid-19. Persatuan dan kebersamaan bangsa juga diuji oleh kontestasi politik pragmatis lokal dan nasional, terdekat Pemilu 2024. Saat bersamaan, potensi infiltrasi ekstremisme pemahaman keagamaan global masih mengancam keharmonisan hubungan masyarakat yang majemuk.
Muhammadiyah menjadi salah satu andalan bangsa Indonesia dalam mengatasi berbagai masalah tersebut. Pengalaman, kematangan, manajemen baik, serta kontribusi sumber daya manusia perserikatan ini menjadi bagian penting dari usaha mewujudkan kehidupan bangsa yang lebih cerdas dan sejahtera pada masa depan.
Kita optimistis harapan itu dapat terpenuhi. Apalagi, semangat itu juga diungkapkan dengan terang oleh pimpinan organisasi ini. Mengutip pidato Haedar Nashir pada muktamar, dalam usia 110 tahun, Muhammadiyah berkomitmen untuk membangun praksis Islam yang menghadirkan kemajuan hidup seluruh masyarakat bangsa, negara, dan kemanusiaan global.