Sayangnya, banyak orang lupa bahwa selalu ada risiko di balik investasi. Bagi pemula, sebaiknya berinvestasi pada instrumen investasi teregulasi. Ada aturan yang dibuat regulator untuk mengurangi risiko investor.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
Β·3 menit baca
Memperoleh penghasilan tambahan lewat investasi, apalagi tanpa perlu melakukan kerja terlalu keras, tampaknya menjadi dambaan banyak orang. Iming-iming imbal hasil investasi yang jumlahnya lebih tinggi dari suku bunga tabungan atau deposito menjadikan tawaran investasi seperti ini sangat menarik.
Sayangnya, banyak orang lupa selalu ada risiko di balik investasi. Mungkin karena berada di balik penawaran yang terdengar βwahβ, risiko menjadi tertutupi. Imbal hasil selalu menjadi daya tarik utama saat seseorang mengambil keputusan dalam berinvestasi.
Bagi pemula, sebaiknya berinvestasi pada instrumen investasi teregulasi. Ada aturan yang sudah ditetapkan regulator, dalam hal ini Otoritas Jasa Keuangan, untuk mengurangi risiko para investor.
Instrumen teregulasi antara lain reksa dana, saham, obligasi, securities crowdfunding, dan peer to peer lending. Instrumen seperti ini melibatkan banyak investor dan mengumpulkan dana dari orang banyak sehingga perlu diatur oleh aturan yang sama dan agar semua informasi diketahui semua pihak.
Memang, ada faktor risiko yang tetap dapat terealisasi dan di luar kendali regulator, seperti penurunan harga saham ketika berinvestasi di pasar modal, atau obligasi yang gagal bayar karena situasi keuangan perusahaan penerbit yang tidak bagus. Untuk mengurangi risiko pasar tersebut, diperlukan keterampilan dan pengetahuan investor.
Bagaimana dengan investasi tidak teregulasi? Investasi macam ini contohnya sekelompok orang membuat sebuah kafe. Biasanya sudah saling mengenal dan memiliki kesamaan visi dan misi. Jumlahnya pun tidak banyak, 3-5 orang saja. Mereka kemudian menyusun aturan, rencana bisnis, hingga pembagian hasil usaha. Regulasi dibuat sendiri dan mengikat semua pihak.
Untuk mengetahui apakah suatu tawaran investasi aman atau tidak bisa dicek di laman website Otoritas Jasa Keuangan.
Contoh lain, beberapa orang sepakat membuat usaha penyedia jasa penyelenggaraan acara. Aturan main dibuat sendiri, dari proposal hingga pembagian hasil usaha. Biasanya, jika terjadi ketidakcocokan atau salah satu melanggar kesepakatan, para investor akan bermusyawarah. Bisa berakhir dengan pembubaran usaha atau berakhir manis dengan kesepahaman baru.
Bagaimana jika ada penawaran investasi yang melibatkan ratusan orang, imbal hasil yang ditawarkan menggiurkan dan tidak teregulasi, tetapi investor tidak pernah bertemu langsung dengan penggagasnya?
Jadi, jika ada penawaran investasi massal yang ditawarkan dari mulut ke mulut dan menjanjikan imbal hasil tinggi, lebih baik cek terlebih dahulu.
Skema investasi seperti ini membuka peluang penipuan yang sangat besar. Dana investasi bisa saja dilarikan oleh penggagas investasi tersebut. Dalam banyak kasus, penggagas investasi massal yang tidak teregulasi dan ada kantornya saja sulit untuk dimintai pertanggungjawaban atas dana investasi yang hilang. Apalagi, orang yang sama sekali tidak dikenal.
Jadi, jika ada penawaran investasi massal yang ditawarkan dari mulut ke mulut dan menjanjikan imbal hasil tinggi, lebih baik cek terlebih dahulu. Setidaknya untuk mengetahui apakah investasi tersebut teregulasi atau tidak. Laman OJK memberikan petunjuk bagaimana caranya mengecek tawaran investasi tersebut.
Jika menemukan penawaran investasi massal yang tidak teregulasi, sebaiknya berhati-hati. Penggagas investasi abal-abal menyasar berbagai kalangan, termasuk para mahasiswa di perkotaan.